SOLOPOS.COM - Rumongso, Guru SD Djama’atul Ichwan Solo

Rumongso, Guru SD Djama’atul Ichwan Solo

Mula–mula saya tergerak untuk mengajak anak didik saya menulis 1.000 surat cinta untuk KPK. Anak–anak yang polos itu saya ajak menulis surat agar KPK tetap bersemangat dalam memberantas korupsi. Sebab kepada mereka saya katakan bahwa akibat korupsi keadaan Indonesia menjadi seperti sekarang ini, antara lain biaya sekolah mahal, biaya berobat mahal, jalan dan gedung sekolah rusak. Pokoknya sesuatu yang nyata–nyata mereka hadapi dan mereka rasakan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun niat itu saya tunda, setelah mendengar seorang presiden yang negaranya megap–megap karena kasus korupsi, berjanji akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi berbicara agar rakyat mengasihani para koruptor. Ini ibarat petir di siang bolong. Saya jadi ingat Buya Safi’i Ma’arif bahwa yang namanya pejabat di Indonesia itu beda antara laku dan lakak, berbeda antara yang dilakukan dengan yang dikatakan. Orang Jawa menatakan lamis lambe atau manis di bibir saja.

Betapa enaknya koruptor Indonesia. Mereka sudah mengambil uang rakyat namun disediakan karpet merah. Setiap tahun mendapat remisi alias bonus potongan masa hukuman, dibela oleh DPR, dilindungi oleh pejabat yang sama–sama korup. Lalu sekarang ada titah presiden agar mereka dikasihani. Alasannya mereka banyak yang tidak tahu bahwa yang dilakukan itu termasuk tindak pidana korupsi. Nalar ini kalah dengan anak didik saya yang masih sekolah dasar.

Ekspedisi Mudik 2024

Logika Terbalik

Apa yang dikatakan oleh presiden itu benar tetapi ora pener. Statement ini membuat hati para koruptor mongkog atau berbunga–bunga. Betapa tidak? Mereka mendapat pembelaan langsung dari seorang kepala negara. Logika presiden terbalik–balik. Ini mirip anak SD yang ketahuan menyontek lalu dihukum oleh guru, tiba–tiba kepala sekolah bilang kasihani anak yang menyontek itu.

Bagaimana dengan akibat yang diderita akibat ulah koruptor itu? Apakah presiden mengatakan jangan korupsi, kasihanilah rakyat kecil yang susah berobat, susah mendapat pendidikan, jalanan rusak, pasar kumuh? Semestinya presiden mengatakan itu dan dengan otoritas yang dia miliki menggerakkan pedang korupsi yang sudah diasah rakyat dengan sangat tajamnya. Bodoh sekali pejabat itu jika tidak tahu apakah hal yang dilakukan itu korupsi atau tidak.

Rakyat ini sudah bosan dan tidak lagi tertarik dengan slogan antikorupsi yang digembar-gemborkan setiap kampanye pemilu atau pemilukada. Kader partai yang mengatakan tidak kepada korupsi malah ditahan karena korupsi. Partai yang mengaku antikorupsi justru dihuni oleh para koruptor. Saya mengira–ngira presiden panik, malu dengan kelakuan para kader partainya.

Mantan Perdana Menteri (PM) China Li Peng justru meminta disediakan 100 peti mati buat pejabat negara yang melakukan korupsi. Satu dari peti mati itu buat dia sendiri jika melakukan korupsi. Elok sekali jika presiden mengatakan sediakan saya 1000 peti mati dan kain kafan buat para koruptor yang dihukum mati. Satu peti mati dan kain kafan itu buat presiden sendiri jika presiden melakukan korupsi. Ini baru presiden beneran. Para koruptor mendapat angin segar. Mereka akan merapatkan barisan. Mereka menyiapkan kantong–kantong baju dan celana lebih besar dan lebih besar. Pada saat yang bersamaan sumpah serapah rakyat tumpah ruah.

Andai Bertemu Presiden

Apakah yang akan saya katakan jika saya berkesempatan bertemu dengan presiden negeri ini? Saya akan katakan bahwa apa yang dilakukan oleh presiden itu salah sambil menatap matanya seperti yang saya lakukan kepada anak didik saya jika melakukan kesalahan. Namun nanti saya kena pasal penghinaan terhadap kepala negara sebagaimana diatur dalam Undang–Undang. Bukan penghinaan. Saya tidak ingin jiwa anak didik saya dikotori oleh pernyataan–pernyataan bodoh dan menyesatkan.

Bisa jadi analisis yang dikatakan oleh Mahfud MD perihal masuknya mafia ke dalam Istana benar. Logikanya mudah saja. Hanya orang bersihlah yang berani berbicara dan mengajak untuk hidup bersih. Jika Anda belepotan uang hasil korupsi lalu Anda berbicara antikorupsi pasti hati nurani Anda berontak. Sebab seseorang bisa menipu jutaan orang, namun tidak mampu menipu satu orang yakni diri sendiri.

Kalau presiden memberi amanat untuk mengasihani koruptor, jangan–jangan ia bagian dari mereka yang harus dikasihani itu. Mungkin presiden ingat asas hukum kita mengenal asas praduga tak bersalah (presumtion of innoncene) namun ini sering kali disalahgunakan. Mestinya yang dipakai asas asumtion of innoncence, minimal mereka mundur jika dituduh melakukan korupsi. Ada budaya malu.

Negara Tanpa Keteladanan

Jika seorang petinggi negara berkata melawan arus utama pola pikir rakyatnya, maka ia hidup di alamnya sendiri. Jika seorang presiden justru berpihak kepada aparaturnya yang korup, maka ia tidak memiliki keteladanan sebagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Memang rakyat sudah merasakan bahwa negara ini berjalan tanpa keteladanan. Pemimpin berjalan berlawanan arah dengan rakyatnya. Maka antara rakyat dan pemimpinnya tidak akan pernah bertemu.

Ketika anak didik saya mengatakan mengapa tidak jadi berkirim surat cinta buat KPK? Dengan terbata–bata saya jawab, “Anakku biarlah suara hatimu yang menembus langit, diamini para malaikat dan didengar oleh Allah. Tidak ada gunanya kalian berkirim surat meski itu surat cinta, sebab jika kamu tetap berkirim surat yang meminta agar KPK bersikap tegas bahkan menghukum mati para koruptor, kamu akan dikatakan tidak memiliki rasa belas kasihan kepada koruptor. Sebab ini ada perintah dari presiden agar seluruh rakyat Indonesia mengasihani koruptor!”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya