SOLOPOS.COM - Vida Robi'ah Al Adawiyah (Istimewa)

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Senin (13/11/2017). Esai ini karya Vida  Robiah Al-Adawiyah, ibu rumah tangga yang aktif di Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Benih di Kota Solo sekaligus konselor keluarga. Alamat e-mail penulis adalah mbakvida@gmail.com. 

Solopos.com, SOLOFather is first hero for his son  and first love for his daugthe. November adalah bulan penuh nuansa laki-laki. Begitu saya menyebutnya. Bulan yang di dalamnya terdapat Hari Pahlawan (10 November) dan Hari Ayah Nasional (12 November).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tidak berlebihan kalau dua spirit  peringatan itu digabungkan untuk mencari hikmah dan semangat. Di tengah hiruk pikuk kehidupan zaman digital dan serbasibuk, menilik kembali peran-peran keayahan adalah sebuah keniscayaan.

Vida Robi'ah Al Adawiyah

Vida Robi’ah Al Adawiyah (Istimewa)

Disadari atau tidak masyarakat di negeri  kita telah tergiring dalam kondisi fatherless country, peran-peran ayah sebagai sosok yang dirindukan dalam kehadiran fisik maupun peran mendidik dan menyentuh sisi-sisi emosional dalam keluarga begitu minim.

Ayah lelah mencari nafkah. Kalau pun ada waktu libur, sebagian para ayah mungkin memilih asyik dengan berolahraga, tidur, atau menikmati hobinya. Kapitalisme dan kesibukan memenuhi kebutuhan mencerabut peran-peran fitrah keayahbundaan sebagai pengasih, pengasah, dan pengasuh anak-anak dan keluarga.

Kebutuhan yang tak berkesudahan memaksa para ayah terus-menerus bekerja dan mencari hiburan di luar keluarganya karena waktu yang seolah-olah tak berjeda . Peran-peran ayah yang kita lihat pada masa lalu sebagai pengayom, pendidik, pelindung nyaris tak menyentuh sisi-sisi emosional anak-anak hari ini.

Selanjutnya adalah: Ayah hanya datang sebagai pahlawan kesiangan

Pahlawan Kesiangan

Di lain kasus, ayah hanya datang sebagai pahlawan kesiangan yang memenuhi keinginan dan rengekan anak-anak tanpa peduli sisi edukasi, atau datang sebagai eksekutor penghukum tanpa ampun, tanpa mengerti sebab anak melakukan penyimpangan dan kesalahan.

Sungguh, suasana  pengasuhan dan pendidikan tanpa keterlibatan ayah menjanjikan dampak yang sama-sama tak baik: anak yang kurang peduli dan pemberontak atau anak yang terlalu lemah karakternya.

Jika Anda seorang ayah, seberapa sering Anda memeluk putri-putri Anda yang telah mulai remaja? Mungkin Anda atau putri Anda mulai merasa canggung dan risih, padahal usia belasan tahun merupakan fase penting seorang anak perempuan lebih dekat dengan ayah mereka.

Mengapa? Pada usia belasan tahun (fase 10 tahun-15 tahun) kematangan fungsi reproduksi mulai terlihat, daya tarik seksual para gadis pun mulai terlihat. Lihatlah di sekitar kita, anak-anak usia sekolah dasar telah begitu luwes mempercantik dirinya, menghiasi wajah, tangan, dan tubuh mereka dengan hal-hal merona dan menarik pesona.

Pubertas dini yang dipicu makanan, tontonan, dan penggunaan gawai (gadget) telah mempercepat anak-anak perempuan kita menjadi dewasa secara fisik (baligh), meskipun secara akal (aqil) belum mencapai pemahaman bertanggung jawab.

Lalu apa hubungan interaksi ayah dengan putrinya pada fase ini? Tentu saja ada. Para calon gadis yang pada usia 10 tahun-11 tahun memperoleh limpahan pujian, rasa aman, cinta dan pelukan hangat dari ayah yang pengasih, mampu mengendalikan gejolak seksualnya untuk mencari perhatian lawan jenis di luar rumah.

Fitrah ketertarikan pada lawan jenis mereka yang memang masanya pasti muncul akan lebih terarah pada sebuah penghargaan pada diri mereka sendiri. Anak-anak gadis yang dekat dengan ayah mereka pada usia ini akan lebih bisa mengendalikan rasa malu, memiliki self esteem yang tinggi pada dirinya, sehingga ia akan menjaga kehormatan diri dan keluarganya (terutama ayah yang sangat mencintainya).

Selanjutnya adalah: Dilimpahi kasih sayang ayah

Kasih Sayang

Para putri kita yang dilimpahi kasih sayang ayah, akan ”jatuh cinta” pada laki-laki yang sosoknya ditemuinya pada sosok ayah yang pengasih, penuh penghargaan, suka memujinya, dan menghormatinya.

Sebaliknya, betapa banyak kasus-kasus pelecehan seksual, pelacuran anak di bawah umur, penyalahgunaan narkoba, anak-anak  yang terlempar ke jalanan yang sebagian besar mereka adalah anak-anak yang kurang harmonis dengan ayahnya, kurang mendapat pengayoman dan melihat figur ayah yang kurang menghargai ibunya.

Sebuah penelitian menjelaskan di antara dampak minimnya peran ayah atau hilangnya peran ayah dalam kehidupan anak perempuan adalah rentan pelecehan seksual dan agresif dalam perilaku sosial. Para ayah jangan lagi menunda memberikan perhatian pada anak-anak perempuan Anda!

Siapa idola anak-anak lelaki kita hari ini? Apa yang mereka lihat dari sosok idolanya? Keberanian? Keperkasaan? Kekuatan? Sosok pembela kebenaran dan keadailan? Nilai-nilai kepahlawan yang dilihat anak-anak kita hari ini lebih mereka yakini dari tokoh-tokoh fiksi.

Mereka meniru, mengkhayalkan, memberikan perhatian, bahkan mencita-citakan diri mereka bukan pada para tokoh, para alim, para pahlawan negeri ini, namun pada aktor film, superhero imajinatif. Inilah sejatinya peran lain ayah untuk anak laki-laki mereka.

Selanjutnya adalah: Laki-laki pertama yang dikenal anak

Laki-laki Pertama

Ayah sebagai laki-laki pertama yang dikenal anak memiliki tanggung jawab mengenalkan, melatih, dan membiasakan anak-anak lelaki dengan nilai-nilai kepahlawanan dan maskulinitas. Tentu saja hal tersebut lebih mengena dan berkesan dalam saat para ayah memberikan teladan langsung dalam interaksi dengan anak-anak dalam keseharian.

Mari kita renungi persoalan anak-anak dan para pemuda belasan tahun hari ini. Penyimpangan perilaku seksual di kalangan pemuda dengan maraknya pemerkosaan, pembunuhan oleh anak di bawah umur, bullying verbal maupun fisik, kecanduan obat terlarang, dan semua persoalan moralitas yang dahulu dianggap tabu kini muncul sangat biasa.

Para pemuda usia belasan tahun yang bertindak asusila, bahkan kejahatan, hampir tak pernah tersentuh efek jera hukum. Hilangnya rasa tanggung jawab di kalangan anak-anak lelaki dan pemuda tidak terlepas dari minimnya peran ayah dalam pengasuhan mereka.

Ayah memiliki peluang menjadi idola bagi para putranya. Diawali dari usia tujuh tahun, anak-anak lelaki semestinya mulai mengenal tanggung jawab terhadap dirinya. Mulai diajarkan adab, ibadah, mengenal etika. Di mana peran ayah?

Dalam agama Islam, misalnya, ayah mulai membiasakan salat ke masjid, mengajak anak lelakinya, mengajarkan disiplin salat agar kelak saat akil balig datang anak telah terbiasa. Pada usia ini pula anak lelaki memahami fitrah perbedaan laki-laki dan perempuan. Sebaiknya para ayah mulai hadir dalam banyak peran-peran penanaman karakter lelaki yang mulia.



Selanjutnya adalah: Mematri kenangan baik

Kenangan Baik

Tampilnya ayah sebagai ”first hero” dalam diri anak lelaki mereka akan mematri kenangan baik, kepercayaan diri, keamanan, idola yang patut, dan sifat-sifat mulia lainnya. Ayah yang hadir dalam momen-momen perkembangan anak lelakinya akan memunculkan intuisi yang kuat, kecerdasan, dan kecakapan.

Sebaliknya, minimnya peran ayah, terutama pada usia ini, akan memunculkan sikap penakut yang lahir karena tidak mendapat rasa aman atau sikap agresif karena tidak mendapat ”partner” untuk melatih motorik kasar dan jiwa lelakinya.

Demikian juga pada anak-anak lelaki yang menjelang remaja, usia 11 tahun-17 tahun. Kedekatan dan relasi yang hangat dengan ayah memunculkan sikap gentleman, sikap melindungi terhadap istri dan keluarganya kelak.

Pada fase inilah ayah menanamkan sikap mandiri finansial, mengajarkan keterampilan-keterampilan survival dalam kehidupan, mengajarkan pada anak lelakinya keberanian mengambil keputusan dan tanggung jawab. Dengan demikian, para pemuda akan tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, saleh, selalu bertindak benar, dan mampu bertanggung jawab

Waktu tak akan berulang, Ayah dan ibu adalah sosok-sosok pahlawan bagi anak-anak mereka. Jika boleh memilih, bukankah kita memilih untuk menjadi orang tua dan pahlawan yang terbaik? Mari kita rengkuh mereka sejak hari ini. Selamat Hari Pahlawan, Selamat Hari Ayah!







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya