SOLOPOS.COM - Seorang warga melihat foto saat pameran foto dan arsip di Pendapa Kantor Kecamatan Baki, Sukoharjo, Sabtu (28/11/2020). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Puluhan foto dengan beragam ukuran terpajang di Pendapa Kantor Kecamatan Baki, Sukoharjo. Foto-foto berbingkai dan tertata rapi memenuhi ruangan aula kantor kecamatan tersebut.

Tak hanya foto, beberapa peta wilayah dan kliping berita koran berbahasa Belanda juga turut terpajang pada ruangan tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pameran foto dan arsip bertajuk "Baki Tempoe Dulu" itu merupakan hasil kerja bersama para pegiat sejarah dengan masyarakat Baki.

Tambah 103 Kasus Positif Dalam Sehari, Satgas Covid-19 Kota Solo Waswas

Ekspedisi Mudik 2024

Selain foto dan arsip, pameran juga menampilkan benda-benda yang memiliki nilai historis seperti batu bata dan selongsong peluru bekas peninggalan penjajahan Kolonial Belanda.

Pameran foto dan arsip itu Kecamatan Baki, Sukoharjo, itu berlangsung selama dua hari pada 28 November-29 November. Pameran foto dan arsip itu menggambarkan perjalanan sejarah wilayah Baki pada 1827-1997.

"Perjalanan sejarah Baki mulai saat perang gerilya Pangeran Diponegoro pada 1827. Kala itu, pasukan Pangeran Diponegoro menyerang benteng kolonial Belanda di Gawok, Gatak. Lantaran gagal, pasukan Pangeran Diponegoro melarikan diri ke wilayah Baki," kata seorang pegiat sejarah Baki, Surya Harjono, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (28/11/2020).

Pilkada Solo 2020: Suhu Tubuh Di Atas 37,3 Derajat, Pemilih Gunakan Jalur dan Bilik Terpisah

Pada zaman dahulu, wilayah Kecamatan Baki, Sukoharjo, dikelilingi pabrik gula dan tembakau yang dikelola pemerintah kolonial Belanda. Ada empat pabrik besar yang memberikan pemasukan besar bagi Belanda.

Keempatnya berada di Bentakan, Gawok, Baki Pandeyan, dan Temulus. Kala itu, Belanda juga membangun infrastruktur guna menyokong perkebunan tembakau dan tebu wilayah Baki.

Sungai Berkelok-Kelok

Hasil produksi gula dan tembakau dipasarkan ke sejumlah daerah di Indonesia. "Aliran Kali Baki sudah dinormalisasi sepanjang belasan kilometer oleh Kolonial Belanda untuk pengairan perkebunan tebu dan tembakau. Awalnya, aliran sungai berkelok-kelok," ujarnya.

Keras! Sanksi Denda Pelanggaran Protokol Kesehatan Sukoharjo Sampai Rp50 Juta

Dalam pameran foto dan arsip itu juga ada sejumlah berita koran dalam bahasa Belanda yang mengupas transportasi umum wilayah Kecamatan Baki, Sukoharjo.

Pada 1927, ada dua bus yang beroperasi mengangkut penumpang melewati wilayah Baki. Kedua bus itu yakni Liem Boen Hoo jurusan Solo-Seragen-Delanggu PP dan Maroeto jurusan Solobaki-Wonosari-Delanggu.

"Kami ingin mengedukasi masyarakat agar mereka memahami potensi sejarah Baki. Ini juga bisa menjadi lokasi destinasi sejarah bagi masyarakat."

Lebar Dan Tak Lagi Semrawut, Begini Penampakan Simpang Empat Kadilangu Sukoharjo

Seorang warga Desa Kadilangu, Kecamatan Baki, Sukoharjo, Sari, mengaku tertarik mempelajari perjalanan sejarah Baki terutama saat masa penjajahan Kolonial Belanda.

Sari menambah wawasan mengenai cikal bakal berdirinya Baki yang erat hubungannya dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Para generasi muda harus memahami sejarah sehingga mereka bisa menghargai jasa para pahlawan yang berjuang mati-matian untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya