SOLOPOS.COM - Para pengurus Rohis SMKN 2 Sragen dikumpulkan bersama orang tua mereka untuk mendapat pembinaan dari Kodim 0725/Sragen, Polres Sragen dan Disdik Jateng di aula sekolah setempat, Kamis (17/10/2019). (Istimewa - Joko Daryanto)

Solopos.com, SRAGEN -- Setelah foto siswa membawa bendera identik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) beredar luas di media sosial dan menjadi kontroversi, Kodim 0725/Sragen, Polres Sragen dan Dinas Disdik Jateng datang ke SMKN 2 Sragen, Kamis (17/10/2019) pagi. Semua pengurus rohis dan orang tua mereka dikumpulkan untuk diberi pembinaan dan pengarahan.

Sejumlah guru pendamping dari Rohis juga mendapat pembinaan dari Kepala SMKN 2 Sragen, Sugiarso. Dalam pembinaan itu, mereka diberi penjelasan tentang apa saja organisasi terlarang berikut simbol-simbolnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami sendiri sudah yakin SMKN 2 Sragen sudah terbebas dari organisasi terlarang semacam itu. Tidak ada bibit-bibit organisasi terlarang di sini. Apalagi para siswa aktif di kegiatan taruna dalam rangka menumbuhkan jiwa patriotisme dan cinta Tanah Air. Jadi, anak-anak sudah berkomitmen untuk turut menjaga keutuhan NKRI,” papar Wakil Kepala SMKN 2 Sragen, Joko Daryanto, Kamis (17/10/2019).

Ekspedisi Mudik 2024

Joko mengatakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sragen sudah memberikan saran dan masukan terkait masalah pengibaran bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid yang identik simbol HTI. Menurut Joko, siswa tidak paham bendera itu identik dengan simbol HTI, sebuah organisasi yang sudah dinyatakan terlarang.

Ganjar: Siswa SMKN 2 Sragen Tak Tahu Simbol HTI, Mosok Gurunya Juga?

“Anak-anak tahunya itu bendera tauhid. Sesuatu yang bagus kan itu. Tapi, mereka tidak memahami kalau bendera itu identik dengan simbol HTI. Ini karena kurangnya sosialisasi terkait organisasi yang dilarang berikut simbolnya,” jelas Joko Daryanto saat ditemui wartawan di SMKN 2 Sragen, Kamis.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ingin para guru juga memberikan klarifikasi. Politikus PDIP itu pun mengaku sudah mengetahui para guru yang terlibat, bahkan ikut menelusuri jejak digital mereka di media sosial.

Dia berharap para guru tersebut bisa memberikan klarifikasi dengan baik. Jika guru tersebut tidak mau memberikan klarifikasi, barulah mereka harus bersiap-siap terkena sanksi.

Ganjar: Kalau Bendera HTI di SMKN 2 Sragen Disengaja, Tak Ada Ampun

Ganjar sendiri enggan menyimpulkan apakah para guru dan siswa itu SMKN 2 Sragen telah terpapar radikalisme. Namun, dia menyayangkan sikap guru yang semestinya tahu apa makna bendera hitam itu.

"Belum tentu indikasi [terpapar radikalisme]. Tapi kalau yang menyampaikan siswanya tidak tahu, 'tidak tahu pak kalau itu artinya itu'. Kita tanya gurunya, wah masak gurunya tidak tahu. Itu kejadiannya tanggal 6 [Oktober] kalau enggak salah, kan tentu sudah tahu itu bendera apa."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya