SOLOPOS.COM - Situasi Jl. dr. Moewardi menjelang perlintasan KA Manahan, Solo, Sabtu (7/10/2017). (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/Solopos)

Dishub Solo mendapatkan kritikan dari DPRD terkait rencana simulasi rekayasa lalu lintas flyover Manahan.

Solopos.com, SOLO -- DPRD Kota Solo mengkritik rencana Dinas Perhubungan (Dishub) Solo dalam perencanaan simulasi manajemen rekayasa lalu lintas (MRLL) pembangunan flyover (jalan layang) Manahan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kritikan itu berkaitan dengan pernyataan Kepala Dishub Solo, Hari Prihatno, yang seolah-olah menyerahkan para pengendara kendaraan bermotor untuk mencari jalur sendiri saat perlintasan kereta api (KA) Manahan ditutup.

“Saya agak mengkritik pendapat Pak Hari yang menyatakan kalau simulasi hanya 1 x 24 jam, masyarakat belum bisa membuat pola [jalur alternatif]. Sedangkan kalau ditutup tiga hari, masyarakat bisa tahu polanya,” ujar Wakil Ketua Komisi III DPRD Solo, Sugeng Riyanto, saat dimintai tanggapan Solopos.com, Kamis (22/2/2018).

Menurutnya, dengan demikian seolah-olah Pemkot Solo, dalam hal ini Dishub Solo, abai pada tanggung jawab mencari jalur alternatif karena hanya mengandalkan pola yang bakal dilalui pengendara selama simulasi rekayasa lalu lintas berlangsung.

Baca:

Padahal, seharusnya Pemkotlah yang memiliki instrumen untuk menghitung hingga melakukan rekayasa pengalihan arus lalu lintas. Pemkot pula yang seharusnya membuat simulasi sehingga sudah ada perhitungan jika satu jalur ditutup, jalur mana yang berpotensi mengalami penumpukan atau kemacetan kendaraan.

“Pemkot tentu memiliki perhitungan akademis sehingga potensi kemacetan bisa dihitung. Ini berkaitan dengan manajemen rekayasa lalu lintas. Jangan membuat masyarakat menjadi bingung,” terang politikus PKS itu.

Ia mengatakan rencana simulasi selama tiga hari itu hendaknya tidak dipahami dalam konteks masyarakat yang mencari jalan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Tetapi Pemkot mencari solusi terbaik manajemen rekayasa lalu lintas untuk meminimalkan kemacetan akibat penutupan perlintasan sebidang Manahan.

“Macet pasti ada. Tapi Pemkot wajib mengupayakan formulasi dengan kemacetan paling minim,” kata dia.

Ia juga meminta agar pembangunan flyover Purwosari tidak dipaksakan dikerjakan berbarengan dengan pembangunan flyover Manahan. Ia tak ingin perencanaan yang tidak matang membuat bangunan yang dikerjakan ambruk seperti yang terjadi di Jakarta.

“Ini detail engineering design [DED] saja belum siap. Jangan dipaksakan tahun ini lah,” tutur dia.

Anggota Fraksi PDIP DPRD Solo, Ginda Ferachtriawan, menilai simulasi yang lebih lama lebih baik dibanding hanya satu hari. Apalagi efek yang ditimbulkan dari proyek pembangunan flyover jauh lebih lama lagi.

“Simulasi yang satu hari itu saya anggap kurang maksimal. Tapi dengan adanya tiga hari saya berharap masyarakat betul-betul bisa mengetahui jalur-jalur mana yang sebaiknya digunakan dan jam-jam padat. Simulasi yang lalu itu masyarakat setengah kaget,” kata dia kepada Solopos.com, Kamis.

Menurutnya, sosialisasi oleh Dishub Solo harus disegerakan dan diperbanyak. Jalur-jalur untuk pengalihan arus bisa diinformasikan dulu. Masalah pelaksanaan bisa menunggu. Bila perlu, kelurahan-kelurahan yang dilalui arus kendaraan sudah mengetahui lebih dulu perihal pengalihan arus lalu lintas.

“Kalau sekarang disampaikan, siapa tahu masyarakat bisa kasih feedback. Ini semua menunggu. Belum lama ini ada perapian di utara rel kereta api, masyarakat sudah bertanya-tanya,” tutur anggota Komisi I DPRD Solo itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya