SOLOPOS.COM - Kepadatan lalu lalu lintas di Pasar Nongko, Solo, Senin (12/3/2018). (M. Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

Seorang warga Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, kebingungan mencari jalan saat hendak ke Stasiun Solo Balapan.

Solopos.com, SOLO -- Tanti, 47, kebingungan saat sampai di perempatan Pasar Nongko, Senin (12/3/2018) pagi. Dia tak tahu harus lewat jalan mana lagi untuk bisa sampai di Stasiun Solo Balapan karena perempatan Pasar Nongko ditutup dengan water barrier untuk kepentingan uji coba rekayasa lalu lintas pembangunan jalan layang (flyover) Manahan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Perempuan asal Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, tersebut kemudian memutuskan berhenti dan bertanya kepada orang lain di sekitar perempatan perlintasan sebidang Pasar Nongko terkait jalan yang bisa dipilih untuk menuju Stasiun Solo Balapan. Tanti tak mau gegabah asal memilih jalan karena takut tersesat.

Ekspedisi Mudik 2024

Untuk bisa sampai di perempatan Pasar Nongko saja Tanti harus bertanya berulang kali kepada pengendara lain dan orang di tepi jalan. Dia datang ke Solo hanya bermodal menghafal jalan, tidak memahami kawasan. Tanti mulanya berencana melintasi perlintasan sebidang Manahan untuk menuju Stasiun Solo Balapan.

Namun, karena perlintasan sebidang Manahan telah ditutup, Tanti terpaksa memilih jalan lain. Dia sampai di perempatan Pasar Nongko melewati terowongan depan Hotel Agas dan masuk Jl. Hasanuddin. Tanti kecewa melihat tidak ada petugas yang berjaga di perempatan Pasar Nongko seperti di terowongan depan Hotel Agas dan simpang Jl. Hasanuddin-Jl. Cipto Mangunkusumo.

Baca juga:

Karena tak ada petugas, Tanti akhirnya mencoba bertanya kepada beberapa orang lain yang tengah beraktivitas di sekitar perempatan Pasar Nongko. Dari mereka, dia mendapat saran untuk putar balik di Jl. R.M. Said sehingga bisa masuk Jl. Hasanuddin utara Pasar Nongko kemudian menuju Stasiun Solo Balapan. Tanti pun mencoba saran tersebut.

“Wah bahaya sekali kalau harus putar balik di sana [Jl. R.M. Said]. Arus lalu lintasnya ramai. Saya harus menunggu lama di tengah jalan untuk bisa putar balik. Takut saya dari belakang ada kendaraan lain yang terganggu atau malah tidak melihat dan menabrak saya,” kata Tanti saat ditemui Solopos.com di Jl. Hasanuddin, Senin.

Tanti meminta kepada pemerintah atau polisi berjaga di seluruh simpang jalan. Dengan begitu masyarakat tidak kesulitan bertanya atau meminta bantuan petunjuk jalan. Kabid Lalu Lintas Dishub Solo, Ari Wibowo, mengakui pada Senin pagi tidak semua personel Dishub dikerahkan untuk memandu masyarakat saat diterapkan uji coba rekayasa lalu lintas pembangunan flyover.

Banyak petugas Dishub yang harus lembur bekerja keras memasang rambu petunjuk arah dan membantu kontraktor memasang seng pembatas area steril pada Minggu (11/3/2018) malam hingga Senin dini hari. Karena itu, beberapa petugas mesti diistirahatkan untuk bisa bekerja pada Senin siang.

“Ini saja banyak petugas yang tidak tidur. Petugas selesai memasang rambu dan seng pada pukul 04.00 WIB. Kemudian kami pulang dan berangkat lagi pukul 05.00 WIB untuk mengatur lalu lintas. Kalau pekerjaan tak diselesaikan, bisa crowded arus lalu lintasnya,” kata Ari yang mengaku ikut lembur dan belum sempat tidur pada Senin pagi itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya