SOLOPOS.COM - Seorang perajin batik asal Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, menata kain Wonogiren di Festival Kopi dan Batik di Alun-alun Giri Krida Bakti, Sabtu (1/10/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Belasan perajin batik yang tersebar di sejumlah kecamatan di Wonogiri berkumpul di Alun-alun Giri Krida Bakti, Sabtu (1/10/2022). Mereka dilibatkan sebagai peserta Festival Kopi dan Batik yang diselenggarakan Pemkab Wonogiri.

Batik asli Wonogiri dikenal dengan sebutan Wonogiren. Penyebutan itu sekaligus menjadi nama motif.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keunikan batik motif Wonogiren ialah keberadaan bahan malam yang sengaja dipecah dan disebar ke dalam kain. Tak jelas siapa yang mengawali ide pemecahan malam itu lantaran tak ada data pendukung.

Para perajin batik di era sekarang mayoritas hanya mewarisi usaha orang tua atau kakek-nenek buyutnya, termasuk mewarisi cara membuat batik motif Wonogiren.

Selain mewarisi pembuatan batik motif Wonogiren, para perajin batik di Wonogiri juga mengembangkan usahanya. Ada yang berkreasi dengan membuat batik ciprat, eco-printing, klasik, atau bahkan mengombinasikan motif satu dan lainnya. Hal itu mereka harus lakukan agar industri batik di Wonogiri tetap bertahan.

Baca Juga: 7 Kecamatan di Wonogiri Ini Jadi Sentra Batik

Salah satu contohnya di Desa Pucung, Kecamatan Kismantoro. Desa itu dikenal dengan produk batik ciprat buatan penyandang disabilitas. Sampai saat ini, tercatat sebanyak 10 penyandang disabilitas di Desa Pucung yang menggarap batik ciprat.

Batik ciprat karya penyandang disabilitas Desa Pucung yang mulai dibuat sejak 2018 itu masih bertahan hingga sekarang. Peminatnya yang semakin meluas, hingga luar Jawa dan dukungan masyarakat maupun Pemkab Wonogiri menjadi faktor penting batik ciprat masih eksis.

Ketua Pengelola Batik Ciprat Pucung, Yoyok Ernowo, perajin batik ciprat dari penyandang disabilitas juga memulai kreasi dengan mengombinasikan batik ciprat dan batik tulis.

“Pewarnaannya cipratnya kami kreasikan. Tidak hanya satu warna tapi kombinasi. Misal merah dan biru yang digradasi. Dengan begitu tentunya ada variasi harga,” ungkapnya kepada Solopos.com, Sabtu.

Baca Juga: Ada Festival Kopi dan Batik, Car Free Sunday di Wonogiri Jalan Terus

Batik ciprat juga mulai dikembangkan perajin batik lain di Wonogiri. Yoyok mengaku tak mempermasalahkan hal itu karena batik ciprat memang bukan berasal dari Wonogiri tapi dari Sekolah Luar Biasa (SLB) di Semarang.

Sebaliknya, ia meyakini batik ciprat di Desa Pucung memiliki pembeda dari perajin batik lain, yakni seluruh perajinnya merupakan kalangan penyandang disabilitas.

Salah satu perajin batik ciprat lainnya di Wonogiri adalah Suratmi, warga Dusun Timang, Desa Wonokerto, Kecamatan Wonogiri. Ia mengembangkan batik ciprat kombinasi cap dan tulis sejak 2020.

Meski baru dua tahun mengembangkan usaha batik, Suratmi mengaku berhasil menjangkau pasar jual-beli batik di luar Wonogiri. Saat menjual, Suratmi memanfaatkan media sosial (medsos).

Baca Juga: Kenalkan Potensi Daerah ke Pengunjung Festival, Kopi Wonogiri Dibagikan Gratis

Ketua Komunitas Batik Wonogiren, Aris Klobik, mengatakan, kebutuhan utama perajin batik ialah kepastian pasar dan kreativitas perajin. Dengan begitu, ia memastikan pelaku usaha di bidang batik di Wonogiri dapat bertahan.

Sebagaimana diketahui, Pemkab Wonogiri menyelenggarakan Festival Kopi dan Batik di Alun-alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Sabtu-Minggu (1-2/10/2022). Festival itu digelar karena di Wonogiri terdapat sentra kopi dan batik yang sudah dikenal masyarakat luas.

Festival digelar bertepatan dengan Hari Kopi Internasional yang diperingati pada 1 Oktober dan Hari Batik Nasional 2 Oktober. Festival itu juga bertujuan mempromosikan produk kopi dan batik asli Wonogiri.

Mengutip informasi dari akun instagram resmi Bidang Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkab Wonogiri, @humas_wonogiri, Selasa (13/9/2022), potensi kopi Wonogiri ada di delapan kecamatan.

Baca Juga: 1.000 Cup Kopi Dibagikan Gratis di Festival Kopi dan Batik Wonogiri

Masing-masing, Kopi Ndorog (Kecamatan Girimarto), Kecamatan Jatipurno, Kecamatan Slogohimo, Kecamatan Bulukerto, Kopi Blegosari (Puhpelem), Kopi Brenggolo (Kecamatan Jatiroto), Kopi Karangtengah, Kopi Ngroto (Tirtomoyo).

Sedangkan potensi batik di Wonogiri tersebar di tujuh kecamatan. Masing-masing berada di Tirtomoyo, Wonogiri, Kismantoro, Selogiri, Pracimantoro, Sidoharjo, Ngadirojo (Sidobatik).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya