SOLOPOS.COM - Espos/Sunaryo Haryo Bayu

Espos/Sunaryo Haryo Bayu

Beberapa gaun muslim setengah jadi menggantung dalam lemari putih di ruang kerja bernuansa warna putih di sebuah rumah di Jl Pakel 9 Solo, Kamis (12/4). Masih di ruangan yang sama, potongan dan contoh kain beraneka warna dibiarkan terhampar. Sementara di meja kerja, sketsa rancangan gaun muslim tersimpan di atas tumpukan majalah mode. Meja kerja berbentuk huruf L itu dipermanis dengan empat toples makanan berisi biskuit, roti garut, ampyang dan permen kacang warna-warni.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di tempat itulah Shribangun Pujiastuti betah menghabiskan waktunya berjam-jam. Selain sebagai tempat kerja dan menerima klien, di tempat
yang cukup luas itu pula perempuan yang biasa disapa Tuti kerap menumpahkan ide-ide kreatifnya dalam merancang busana muslim.
Seperti saat Espos menemuinya, Tuti sibuk mempersiapkan rancangan busana muslim untuk disuguhkan dalam pergelaran Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) yang akan dihelat 15 dan 23 Mei mendatang.
“Saya akan menampilkan 20 rancangan baju terbaru dalam acara tersebut, tanggal 15 Mei bersama tenant Mal Kelapa Gading, sementara tanggal 23
bersama APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia),” bebernya.
Dalam dunia mode khususnya busana muslim, perempuan kelahiran 2 April 1969 itu bukan orang baru. Namanya bahkan dikenal hingga ke panggung
mancanegara. November 2011, ia baru saja mengikuti Intrade Exhibition & Convention Center di Kuala Lumpur, Malaysia. Karya desainnya juga pernah ditampilkan di Turki, Hong Kong, Dubai, Australia hingga Selandia Baru. Tak heran jika hasil rancangannya juga banyak dilirik publik luar negeri.
“Di Australia meskipun bukan negara mayoritas muslim tapi baju rancangan saya banyak dibeli nonmuslim pemerhati fesyen, baju muslim kan termasuk baju sopan,” katanya.
Siapa sangka, keseriusannya mengasah bakat hingga akhirnya melesat jauh dan namanya berada di jajaran perancang busana Tanah Air awalnya dilakukan tanpa sengaja. Kendati sejak kecil ia merancang baju sendiri, dunia mode baru ia tekuni 1996 lalu. Saat itu, ia merasa kesulitan mencari busana muslim yang bagus seperti yang ia mau. Kesulitan itu rupanya membuka jalan baginya untuk
merancang baju.

“Enggak tahu kenapa waktu itu banyak teman yang suka hasil rancangan saya dan minta dibuatkan. Saya mencoba mendesain secara autodidak dan serius menekuni hingga akhirnya bisa membuat brand Bilqis, Tuti Adib dan Hejaz di bawah bendera PT Bilqis Bangun Citra. Dalam waktu dekat, saya akan meluncurkan brand kerudung,” bebernya.
Intensitas kegiatannya kini semakin tinggi, apalagi ia juga harus mengurus beberapa showroom dan cabang Bilqis di beberapa kota besar seperti Jakarta serta satu di Malaysia. Karena itu, ia bolak-balik Solo-Jakarta maupun daerah lain, mengurus fashion show, perusahaan hingga mencari bahan pakaian.
“Tahun ini rencana akan membuka cabang di Surabaya dan Banjarmasin. Sebenarnya masih ada rencana buka cabang satu lagi di luar negeri tapi
masih persiapan,” katanya.
Berkembangnya perusahaan miliknya seperti membawa keberkahan. Salah satunya membuka lapangan kerja khususnya bagi perempuan. Di luar pencapaiannya, ada cita-cita lain yang masih
terselip dan terus ia pelihara. Tuti berharap busana muslim yang kini menjadi tren bisa menjadi fesyen universal. Salah satu caranya dengan mengikuti perkembangan fesyen dunia tanpa meninggalkan kaidah wajib.
“Saya beruntung didukung suami dan keluarga serta tim yang membantu saya. Apa yang saya capai hari ini semua berkat Allah SWT dan hasil kerja keras sebab membangun usaha itu tidak bisa instan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya