SOLOPOS.COM - ilustrasi virus corona atau covid-19 (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO -- Fase outbreak pandemi corona yang ditandai ledakan jumlah kasus melebihi perkiraan bisa terjadi lebih dari sekali.

Untuk mencegah terjadinya ledakan kedua, semua pihak terkait tak boleh meninggalkan kedisiplinan, terutama dalam hal pembatasan kontak fisik (physical distancing).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hal itu diungkapkan Direktur Pelayanan dan Diklat Rumah Sakit (RS) UNS Solo di Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Tonang Dwi Ardyanto, saat diwawancarai Solopos.com, Minggu (5/4/2020).

Tonang mengatakan pandemi virus terjadi dalam empat fase. Fase pertama adalah outbreak, kedua initial control, ketiga mitigation, dan keempat containment. Fase outbreak adalah saat terjadi kemunculan kasus yang tinggi.

Ada Wabah Corona, 6 Pasangan Tak Resmi Ini Malah Asyik Indehoi di Hotel Karanganyar

Jumlah yang meninggal melebihi yang sembuh. Kasus baru jauh lebih tinggi dari yang sembuh dan meninggal.

“Fase kedua initial control. Mereka yang sembuh mulai muncul mengimbangi atau mengejar yang meninggal. Kalau sudah sampai ke fase ini artinya pembatasan jarak sudah berhasil,” kata dia melalui sambungan telepon.

Terkait pandemi virus corona, Tonang mengatakan Solo sebenarnya sudah melewati fase outbreak dan sampai fase initial control. Kasus baru tidak ada selama beberapa hari.

Lalu masyarakat mulai abai dengan pembatasan jarak, hingga muncul kasus baru lagi. "Kita lantas kembali ke fase outbreak lagi," jelas dia.

Update Corona Indonesia 5 April 2020: Terkonfirmasi Positif 2.273 Orang, Jateng Tidak Ada Tambahan

Fase ketiga, mitigation ditandai dengan jumlah pasien sembuh melebihi yang meninggal, kemudian disusul fase containment atau keberhasilan mengendalikan pasien meninggal dengan angka pasien sembuh semakin banyak serta minimnya temuan kasus baru.

“Seluruh fase ini sebenarnya bisa terjadi selama enam pekan. Tujuannya menghambat orang baru tertular virus, sampai virus enggak ketemu inang baru. Enam pekan itu perhitungan ilmiah tiga kali masa 14 hari,” ungkap Tonang.

Kasus di Wuhan Tiongkok

Ia menyebut Kota Wuhan di Tiongkok sebenarnya sudah masuk fase containment. Namun, ketidakdisiplinan karena pergerakan warga di sana berdampak pada munculnya imported case atau kasus impor.

Mereka tertular dari warga luar kota. “Makanya enggak boleh meninggalkan disiplin itu. Membatasi kontak fisik. Jangan sampai ada ledakan kedua,” tandasnya.

PDP Corona Asal Mojolaban Sukoharjo Meninggal Dunia

Munculnya fase outbreak kedua pandemi corona juga diwaspadai RSUD dr Moewardi Solo. Dewan Pengawas RSUD dr Moewardi (RSDM) Solo, Reviono, mengatakan ruang isolasi RSDM saat ini penuh.

Pasien dalam pengawasan (PDP) terus berdatangan setiap harinya. “Saat ini jumlahnya ada 13-14 orang. Tapi silih berganti ya, jadi, kalau ada yang hasil swab-nya negatif mereka akan langsung digeser ke ruang nonisolasi. Ruang isolasi dipakai PDP baru,” tuturnya.

Reviono mengatakan jika laju perpindahan penduduk tetap berlangsung, jumlah PDP diprediksi terus meningkat sesuai tren nasional. Peningkatan juga terjadi pada negara-negara maju seperti Italia, Spanyol, dan Amerika Serikat.

Diperpanjang, Siswa Sekolah Boyolali Belajar di Rumah Hingga 30 April

Eksponensial, sambungnya, masih naik dan belum ke arah melandai. Dia berharap pemerintah menuruti permintaan IDI (Ikatan Dokter Indonesia), yakni semua dokter harus bisa merawat pasien Covid-19.

"Perlu pelatihan khusus, tapi semua dokter bisa. Semua RS dapat merawat pasien Corona sendiri, jadi tidak terpaku pada RS rujukan. Atau kalau bisa setiap daerah punya RS tersentral penanganan Covid-19, dengan suplai SDM dari RS sekitar,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya