SOLOPOS.COM - Pasar Grosir Setono Pekalongan, Kamis (29/4/2021). (Andhika Wahyu)

Ekspedisi Tol Trans Jawa

Solopos.com, PEKALONGAN—“Kota Batik di Pekalongan. Bukan Jogja eh bukan Solo.” Penggalan lirik lagu milik Slank berjudul Sosial Betawi Yoi itu terngiang di telinga kala berkunjung ke Pasar Setono, Pekalongan, Kamis (29/4/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berlokasi di Jl. dr. Sutomo, Kelurahan Karangmalang, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan, pasar tersebut menjadi salah satu titik berburu ragam corak batik.

Aneka kemeja, daster, sarung, hingga kaus terpajang lengkap di situ. Pasar yang beroperasi sejak 1941 itu konon merupakan bekas pabrik tekstil yang beralih fungsi. Lokasinya yang strategis membikin banyak wisatawan tertarik singgah dan membeli.

Baca Juga : Tol Trans Jawa Bikin Kawasan Industri Batang Gampang Diakses

“Setelah sempat redup pada awal Pandemi Covid-19, awal tahun ini, pengunjung sudah mulai menggeliat. Apalagi, sejak Exit Tol Bojong [Pekalongan] diresmikan. Kami seperti menatap asa baru,” ucap salah satu pedagang batik di Pasar Setono, Lia, kepada Espos.

Lia menjadi satu dari puluhan pedagang yang menggantungkan harapan di pasar tersebut. Pandemi berdampak luar biasa, meski saat ini berangsuR membaik. Ia bersyukur pembukaan exit tol Bojong ikut mendukung gerak positif itu.

Pedagang di Pasar Grosir Setono Pekalongan memberikan penjelasan. (Andhika Wahyu)
Pedagang di Pasar Grosir Setono Pekalongan memberikan penjelasan. (Andhika Wahyu)

Pembelinya tak hanya dari Jawa Tengah, tapi juga Jawa Barat dan Jawa Timur. “Sarung batik tengah diburu pembeli. Sesudahnya, ya, mukena, kemeja, dan sebagainya. Banyak yang membeli grosir untuk dijual kembali,” ucap Lia.

Baca Juga : 51 Fasilitas Bikin Pengendara Betah di Rest Area 360 Batang

Efek positif Tol Trans Jawa juga dirasakan oleh Udin, salah satu pengusaha batik asal Kota Pekalongan yang kerap menyuplai dagangan ke Pasar Klewer. Jarak yang biasanya ditempuh hampir lima jam, kini dipangkas jadi tiga jam saja.

Sebelumnya, ia harus menempuh jalan nasional setelah masuk tol dari Batang kemudian keluar ke Bawen. “Dari situ, saya lanjut ke Solo lewat jalan Solo-Semarang. Sering terjebak macet di jam-jam tertentu,” kata dia, Rabu.

Calon pembeli melihat koleksi batik di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan. (Andhika Wahyu)
Calon pembeli melihat koleksi batik di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan. (Andhika Wahyu)

Setelah tol Semarang-Solo beroperasi, dia lebih menghemat waktu. Perjalanan yang singkat bikin Udin menangguk untung sedikit lebih banyak. Dia jadi punya waktu beristirahat sebelum membongkar dan mengirim dagangan. Biaya solar yang dikeluarkan saat lewat jalan Solo-Semarang menggantikan biaya tol.

Baca Juga : Tol Trans Jateng Kunci Kemudahan Mobilitas Manusia dan Barang

“Saya biasa berangkat jam 02.00 WIB, sampai di Solo jam 05.00 WIB bisa istirahat dua jam sebelum Pasar Klewer buka. Biaya tol sekitar Rp150.000 untuk keluar di exit tol Kartasura. Saya sudah bolak-balik Solo-Pekalongan sejak 1999,” jelas Udin.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya