SOLOPOS.COM - H Rusdi Lamsudin. (FOTO/Istimewa)

H Rusdi Lamsudin. (FOTO/Istimewa)

Pernah melihat orang tiba-tiba tertawa sendiri atau menangis sendiri? Atau pernahkan Anda menyaksikan seseorang yang tiba-tiba bengong?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut konsultan di bidang epilepsi, dr Diah Kurnia Mirawati SpS(K) adanya kejadian orang tiba-tiba tertawa sendiri, menangis sendiri dan bengong sebentar bisa menjadi tanda-tanda epilepsi. Menurut Diah, epilepsi adalah suatu kondisi yang diakibatkan adanya bangkitan epilepsi. Bangkitan epilepsi (epileptic seizure) adalah suatu kondisi yang diakibatkan lepasnya muatan listrik yang berlebihan dari sel-sel otak (neuron).

“Misalnya, seharusnya listrik yang dikeluarkan oleh neuron 10 volt. Pada epilepsi bisa 50 volt sampai 100 volt. Pusat listrik itu menjalar ke sekitar dan memerintahkan suatu gerakan,” ucap Diah saat ditemui Espos di RS Dr Moewardi, Senin (24/12).

Pernyataan senada juga disampaikan dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Islam Surakarta (RS Yarsis), Prof Dr dr H Rusdi Lamsudin MMed Sc SpS (K). Rusdi mengatakan epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan epilepsi berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi. Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinik yang disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang abnormal dan berlebihan dari sekelompok sel saraf (neuron). “Manifestasi klinik ini terjadi secara tiba-tiba dan sementara berupa perubahan perilaku yang stereotipe, dapat menimbulkan gangguan kesadaran, gangguan motorik [kejang], sensorik, otonom ataupun psikis,” jelas Rusdi.

Diah menambahkan selama ini banyak orang menganggap yang termasuk epilepsi hanya kejadian seperti ayan dan kejang. Padahal, bentuk bangkitan epilepsi bisa bermacam-macam tergantung bagian otak mana yang mengalami muatan lepas berlebihan. “Epilepsi itu bukan penyakit menular dan bukan penyakit kutukan,” tegas Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Saraf Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu.

 

Hilang Kesadaran

Diah mengatakan kejadian kejang demam (step) yang dipicu demam bukan termasuk epilepsi. Namun, jika kejang demam terus-menerus bisa juga lama-kelamaan menyebabkan epilepsi. Selain kejang demam, apabila ada peristiwa kecelakaan dan korban langsung mengalami kejang, hal itu juga bukan epilepsi. Begitu pula pada wanita yang melahirkan apabila terjadi eklampsia, kejang yang dipicu kondisi hamil, itupun bukan epilepsi.

Rusdi menyebutkan menurut International Leaque Against Epilepsy (ILAE) pada 1981, macam epilepsi adalah kejang umum atau kejang general dan kejang sebagian atau kejang atau kejang parsial fokal.

Kejang umum bersifat simetris di kedua sisi dan tanpa didahului kejang lokal. Berdasarkan kontraksi otot yang timbul, kejang umum terbagi menjadi berbagai jenis yaitu tonik, clonik atau tonik-clonik, absence, lennox-gastaut syndrome, juvenile myoclonic epilepsy, spasme pada bayi, atonik (astatic, akinetic) seizures.

Kejang parsial diawali dari gejala yang bersifat lokal dan terbagi menjadi dua yaitu simpel dan kompleks. Kejang simpel adalah kejang parsial yang timbul tanpa adanya kehilangan atau perubahan kesadaran dan fungsi psikologis. Kejang fokal simpel terbagi menjadi beberapa jenis yaitu motoris, somatosendor, otonom dan hanya psikologis.

Kejang kompleks terjadi jika pasien mengalami hilang kesadaran. Kejang ini diawali dengan kejang parsial yang lambat laun bertambah progresif dan akhirnya pasien kehilangan kesadaran. Bisa juga dari awal sudah terjadi hilang kesadaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya