SOLOPOS.COM - Dusun Tugu, Tangkil Sragen, Selasa (29/11/2016) banjir. (m Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Korban banjir Sragen butuh nasi bungkus karena dapur-dapur mereka terendam air.

Solopos.com, SRAGEN — Ribuan warga terdampak banjir di Sragen membutuhkan bantuan nasi bungkus. Warga tidak bisa memasak sendiri karena dapur mereka terendam banjir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, Heru Wahyudi, mengatakan terdapat empat desa/kelurahan yang paling parah terdampak banjir. Empat desa/kelurahan itu adalah Sribit, Tenggak (Kecamatan Sidoharjo), Tangkil dan Karangtengah (Kecamatan Sragen).

“Warga di empat desa itu mestinya diungsikan ke tempat yang lebih aman. Akan tetapi, warga tidak mau diungsikan dengan alasan sudah terbiasa menghadapi banjir. Yang dibutuhkan mereka adalah nasi bungkus karena tak bisa memasak di dapur,” ujar Heru kepada Solopos.com, Rabu (30/11/2016).

BPBD Sragen sudah mendirikan dapur umum di halaman kantor. Dalam sehari, kata Heru, BPBD Sragen sudah menyalurkan 3.000 nasi bungkus kepada warga terdampak banjir. Meski demikian, Heru mengakui nasi bungkus yang dibikin dapur umum belum cukup untuk memenuhi kebutuhan korban banjir.

“Selain dari BPBD Sragen, ada pihak ketiga yang menyalurkan nasi bungkus kepada korban banjir. Mereka langsung menuju lokasi banjir tanpa memberi tahu kami,” ungkap Heru.

Hingga Rabu petang, BPBD Sragen belum memiliki data jumlah korban banjir di Bumi Sukowati. Sulitnya akses menuju lokasi banjir menjadi kendala utama dalam pendataan jumlah korban. BPBD Sragen juga belum mendapat laporan dari masing-masing perangkat desa setempat.

Selain empat desa tersebut, banjir juga menerjang perkampungan di desa lain seperti Kepatihan, Pandak (Kecamatan Sidoharjo), Cemeng (Kecamatan Sambungmacan), Kedungupit, Nglorog, Sragen Tengah (Kecamatan Sragen). Selain perkampungan, banjir juga menggenangi area persawahan seluas sekitar 25 hektare di Kelurahan Sine, 30 hektare di Karangtengah, 200 hektare di Tangkil, 35 hektare di Kedungupit, dan ratusan hektare di kawasan Tanon dan Plupuh.

”Di Tangkil totalnya ada 400 hektare sawah. Yang terkena dampak banjir 150-200 hektare. Rata-rata tanaman padi itu baru berusia 20 hari dan baru sekali dipupuk. Karena sudah direndam banjir selama seharian, sudah dipastikan tanaman akan membusuk,” jelas Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Desa Tangkil Paimin saat ditemui Espos di lokasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya