SOLOPOS.COM - Uji pasar BBM Pertalite di SPBU kawasan Gedebage, Bandung, Jumat (24/7/2015). (Rachman/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA–Energy Watch mendesak pemerintah segera menerapkan subsidi BBM tertutup di tengah temuan maraknya penyaluran subsidi energi pada awal tahun yang tidak tepat sasaran.

BBM subsidi di antaranya bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar, dan elpiji tiga kilogram.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan percepatan penerapan skema penyaluran subsidi tertutup itu juga menyusul beban subsidi dan kompensasi energi yang terlanjur lebar di tengah harga minyak mentah dunia yang masih tertahan tinggi hingga pertengahan tahun ini.

“Ini harus segera dilakukan apalagi di tengah harga komoditas energi yang naik cukup tinggi yang belakangan menambah beban subsidi dan kompensasi energi yang harus dikeluarkan negara,” kata Mamit melalui sambungan telepon, Kamis (26/5/2022).

Baca Juga: Setelah BBM Subsidi dan Elpiji, Kini Giliran Tarif Listrik Ganti Harga

Kendati demikian, dia mengakui upaya percepatan implementasi subsidi tertutup itu relatif sulit dilakukan di tengah minimnya kesiapan data terpadu kesejahteraan sosial atau DTKS yang dihimpun Kementerian Sosial (Kemensos).

Di sisi lain, dia mengatakan keterlambatan penerapan skema subsidi tertutup bakal berdampak serius pada postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.

Menurut dia, alokasi subsidi dan kompensasi energi yang disiapkan hingga Rp350 triliun bakal jebol apabila penyaluran subsidi tidak tepat sasaran.

Konsekuensinya, arus kas PT Pertamina (Persero) bakal defisit makin lebar yang belakangan memengaruhi kinerja operasi perseroan.

“Kalau tidak diterapkan subsidi tertutup ini, anggaran negara pasti jebol akan ikut mengganggu pembangunan di sektor-sektor yang lain walaupun orang bilang ada windfall dari harga CPO dan batu bara, tapi saya kira windfall itu tidak cukup,” tuturnya.

Baca Juga: Subsidi BBM Tertutup akan Tiru Fitur PeduliLindungi, Begini Teknisnya

Sebelumnya, pemerintah tengah berencana menerapkan skema subsidi tertutup untuk penyaluran BBM dan elpiji setelah membengkaknya realisasi belanja subsidi pada awal tahun ini.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Edy Priyono mengatakan langkah itu diambil untuk mengoptimalkan serapan alokasi tambahan subsidi energi yang sudah dinaikkan menjadi Rp350 triliun pada rencana perubahan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.

Selain itu, Edy menambahkan pemerintah menyadari skema subsidi terbuka lebih banyak tidak tepat sasaran yang dinikmati oleh masyarakat kalangan menengah ke atas.

Berdasarkan data milik KSP, realisasi belanja negara untuk subsidi BBM dan elpiji sudah mencapai Rp34,8 triliun per April 2022. Jumlah ini lebih tinggi 50% dibandingkan periode yang sama pada 2021, yakni Rp 23,3 triliun.

“Dengan skema subsidi terbuka seperti saat ini, dikhawatirkan volumenya bisa menjadi tidak terbatas, karena masyarakat yang harusnya tidak masuk kategori penerima subsidi karena tidak miskin atau rentan miskin justru ikut menikmatinya,” kata Edy melalui siaran pers, Rabu (25/5/2022).

Edy mengatakan implementasi transformasi skema subsidi energi bakal disesuaikan dengan pergerakan asumsi makro perekonomian nasional. Sembari pemerintah juga masih menunggu kesiapan dari DTKS.

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Energy Watch Minta Subsidi Tertutup untuk BBM dan LPG Dipercepat

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya