SOLOPOS.COM - Deretan pedagang atau PKL di kawasan wisata TSTJ Solo saat belum dimulai revitalisasi, Juni 2022 lalu. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pedagang kaki lima atau PKL di Taman Satwa Taru Jurug yang disingkat TSTJ Solo berkeras tak mau dipindah secara permanen ke pasar tradisional seperti keputusan Pemkot Solo.

Perwakilan para pedagang itu akan melakukan audiensi dengan anggota DPRD Solo pada Jumat (30/9/2022) setelah Salat Jumat. Pemkot Solo bersama PT Taman Safari Indonesia akan merevitalisasi TSTJ kurang lebih selama enam bulan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

TSTJ sendiri mulai ditutup pada Kamis (1/9/2022). Pemkot Solo berencana merelokasi 183 pedagang TSTJ ke Pasar Pucangsawit, Pasar Panggungrejo, dan Pasar Ngemplak Solo. Proyek peremajaan akan mengubah total area TSTJ termasuk area PKL.

Perwakilan Paguyuban Bakul Taman Jurug, Sarjuni, akan mendatangi DPRD Solo pada Jumat. Ia mewakili PKL TSTJ Solo akan menyampaikan aspirasi kepada para wakil rakyat.

Ia mengaku sudah menyampaikan penolakan dan keberatan kepada manajemen TSTJ, Pemkot Solo, dan beberapa instansi lain. “Kami sudah melayangkan [surat] keberatan, menolak. Kalau nanti sudah ke DPRD masih gagal, kan masih ada upaya lain,” kata Sarjuni saat dihubungi Solopos.com, Rabu (28/9/2022).

Baca Juga: Gibran Sebut TSTJ Solo Naik Kelas Pascarevitalisasi, PKL Tak Bisa Kembali

Sarjuni mengaku sangat menyayangkan renovasi dan peremajaan TSTJ harus menyingkirkan para pedagang yang sudah lama berjualan di objek wisata itu. Padahal mereka sudah lama berjualan.

Tak hanya beberapa tahun, Sarjuni bahkan telah berjualan di TSTJ sejak 40 tahun lalu. Ada 183 PKL TSTJ Solo yang tercatat oleh Perwakilan Paguyuban Bakul Taman Jurug. “Itu diremajakan. Artinya kan artinya pasti ada orang-orang [pedagang] baru. Hla saya sudah jualan 40 tahun di sini [TSTJ],” katanya.

Saat ini, Sarjuni dan sebagian besar pedagang TSTJ menganggur. Relokasi ke pasar tradisional dinilai merugikan pedagang. Ia melihat bagaimana sepinya pasar tradisional di Kota Solo.

Baca Juga: Tak Mau Dipindah ke Pasar Tradisional, PKL TSTJ Solo: Tolong Jangan Usir Kami

Konsep Penataan TSTJ

Dari pengalaman yang dialami saudaranya, berjualan di pasar tradisional tak dapat mendongkrak pendapatan. “Istri nganggur, kami nganggur. Saudara saya sendiri pernah tergusur dari PKL pinggir jalan terus dapat pasar tradisional tidak ditempati. Itu ibarat kuburan [sepi], apa ya bisa buat hidup?” katanya.

Audiensi dengan DPRD Kota Solo, harap Sarjuni, bisa membuahkan hasil. Dalam audiensi tersebut, para pedagang ingin mengetahui betul konsep penataan TSTJ dengan jelas dan detail. Begitu pun dengan solusi atas rasa keberatan para pedagang.

Mereka tetap ingin kembali berjualan di TSTJ. Tak hanya Sarjuni, sebanyak enam aduan penolakan relokasi PKL TSTJ ke pasar tradisional juga disampaikan di laman Unit Layanan Aduan Surakarta (ULAS) milik Pemkot Solo.

Baca Juga: Wali Kota Gibran akan Pindahkan PKL TSTJ ke Pasar Tradisional

Terhitung sejak 23-25 September 2022, sudah ada enam aduan tentang penolakan relokasi. Mereka meminta Pemkot Solo untuk mempertahankan para pedagang agar bisa berjualan kembali seusai proyek peremajaan TSTJ selesai.

Saat ditanya bagaimana proses relokasi dan berapa saja pedagang yang akan dipindahkan, Direktur TSTJ, Bimo Wahyu Widodo, belum menjawab. Bimo mengatakan manajemen TSTJ masih menunggu kebijakan selanjutnya dari Pemkot Solo.

Sik [sebentar] lagi nunggu kebijakan lanjutan. Nanti dikabari lagi,” tulis Bimo kepada Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya