SOLOPOS.COM - Ilustrasi hilangnya siaran TV analog. (Solopos.com-Hawin Alaina)

Solopos.com, BOYOLALI — Emak-emak di Boyolali mengeluhkan siaran TV analog yang hilang beberapa waktu terakhir. Karena siaran TV analog  dimatikan, anak-anak menjadi rewel karena tidak bisa menonton acara favorit yang biasa muncul di layar TV. Salah satu warga asal Sawit, Reni, yang mengaku susah karena anaknya rewel gara-gara siaran TV analog dimatikan.

“Biasanya buat nonton Upin dan Ipin, sekarang tidak ada gambarnya,” ucapnya saat dihubungi Solopos.com, Senin (5/11/2022). Reni menceritakan anaknya beberapa hari merengek karena TV di rumahnya tidak bisa ditonton.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu juga dirasakan oleh warga asal Cepogo, Erni, mengungkapkan anaknya yang rewel karena tidak bisa menonton film kesukaannya. “Iya nangis karena film kesukaannya gambar hilang semua dan yang masyarakat kecil kayak saya bingung mau beli STB aja harganya mahal hingga Rp300.000,” kata dia.

Erni mengaku sinyal TV analog di daerahnya kini sudah mati, sementara dirinya  merasa harga untuk membeli Set Top Box (STB) sangat mahal. Oleh karena itu, ia terpaksa tidak menonton siaran TV dahulu untuk beberapa hari sembari menunggu harga STB turun.

Baca Juga: TV Analog Disetop, MC Campursari Banting Setir Jualan Set Top Box di Sragen

Penjual STB, Saryadi, mengatakan harga STB saat ini sudah selangit, sementara barang sulit didapatkan. “Ini bukan naik lagi, tapi sudah ganti harga,” tuturnya.

Kelangkaan STB, kata Saryadi, mulai dirasakan sejak diberlakukannya Analog Switch Off atau ASO khususnya di Boyolali, Jawa Tengah. Warga kemudian ramai-ramai memesan STB, kata dia, namun barangnya telanjur langka.

“Penjualan meningkat, saya biasanya cuma pasang 20, sekarang bisa pasang 70 dan menambah tenaga kerja. Tapi barangnya ya menghabiskan stok yang ada,” jelasnya.

Baca Juga: Warga Minta STB, Pemkot Solo: 8.776 Unit Dibagikan, Lainnya Tunggu Koordinasi

Untuk penjualannya, Saryadi mengaku rata-rata harga STB naik Rp100.000 per bijinya. Semua merek hampir sama kenaikannya. Menurut Saryadi, para pembeli juga banyak yang tidak mematok merek STB yang penting barangnya ada. Lebih lanjut, Saryadi menerangkan, dalam satu hari, ia tidak bisa memastikan ketersediaan barang, sehingga warga mesti memesan dahulu agar mendapat STB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya