SOLOPOS.COM - Emak-emak asal Banyudono, Boyolali, Nuraini (kiri) berbelanja di Pasar Ketaon, Banyudono, Boyolali, Kamis (17/3/2022). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Kebijakan pemerintah mencabut aturan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng kemasan dan bermerek dan mengembalikan pada mekanisme pasar per Rabu (16/3/2022) ditanggapi beragam oleh kalangan emak-emak di Boyolali.

Salah satu ibu rumah tanggal asal Kecamatan Banyudono, Boyolali, Nuraini, merasa penghapusan subsidi minyak goreng membuatnya semakin pusing.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Tambah pusing, soalnya ini saya nyari [minyak goreng] susah eh sekarang tambah [harganya] naik. Kemarin-kemarin saya nyari yang subsidi susah juga, malah belum pernah dapat yang subsidi,” ujar Nuraini di sela-sela berbelanja di Pasar Ketaon, Banyudono, Boyolali, Kamis (17/3/2022).

Dia mengaku pada Kamis pagi sempat mencari minyak goreng di toko retail namun stok kosong. Akhirnya, dia memutuskan membeli minyak goreng di pasar tradisional. “Kalau di toko retail selalu kehabisan. Harapannya harga dinormalkan lagi ke harga semula, turun begitu. Harga naik bermasalah banget,” aku dia.

Baca juga: HET Minyak Goreng Dicabut, Pedagang di Boyolali: Kasihan Pembeli

Emak-emak lain asal Cepogo, Boyolali, Harini Darmastuti, 35, mengungkapkan kaget dan sebal saat mengetahui kabar penghapusan subsidi minyak goreng kemasan.

“Sekarang apa-apa langka, terutama minyak goreng. Pas disubsidi awalnya Rp14.000/liter, sekarang bisa naik hampir dua kali lipat. Tadi di toko retail harganya sudah Rp23.000 lebih/liter. Mau tidak mau harus beli, jadi seperti pemaksanaan. Kemarin-kemarin minyak yang sedang ‘isoman’ juga sudah muncul lagi,” kata dia.

Merintis Usaha Keripik

Lebih lanjut, Rini mengaku sebelumnya belum pernah membeli minyak goreng yang bersubsidi karena belum pernah dapat. “Pasti beli minyak goreng di pasar, terus pas beli di pasar tanya ke penjual kok harganya beda dengan kata pemerintah di televisi, malah dijawab ya sudah beli di televisi. Jadi memang belum pernah dapat, saya beli juga harga normal,” ungkapnya.

Baca juga: Omzet Penjualan Permen & Dodol Susu Boyolali Terjun Bebas Kala Pandemi

Ia mengaku sedih dengan kenaikan harga minyak goreng di pasar. Ia merasa harga minyak goreng di Indonesia adalah sebuah ironi.

“Berharapnya di negara yang kelapa sawitnya banyak, mengapa makin ke sini semakin tinggi harga minyaknya. Apalagi saya termasuk yang sekarang merintis usaha keripik. Kalau tiba-tiba melejit segitu, misal saya nggak menaikkan harga ya rugi,” ungkapnya.

Lain lagi respons emak-emak asal Kecamatan Boyolali, Emma Emilia, 46, yang mengaku hapus dan tidak dihapusnya maka akan sama saja baginya, sama-sama sedih. “Ketika disubsidi minyak justru langka, tapi ketika subsidi dihapus, mudah mendapatkan minyak. Tapi harganya mahal,” kata dia.

Diberitakan, Pemerintah mencabut aturan harga eceran tertinggi atau HET untuk minyak goreng kemasan dan curah. Konsekuensinya, harga minyak goreng kemasan domestik bakal dikembalikan kepada harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dunia.

Baca juga: Harga Anjlok, Petani Mawar di Boyolali Menanti Berkah Bulan Ruwah

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arif Prasetyo menyatakan langkah itu diambil setelah pemerintah menerima keluhan produsen dan distributor minyak goreng yang merasa rugi besar akibat kebijakan HET tersebut

“Supermarket kemungkinan besar hari ini [Rabu] akan mendapatkan harga baru dari semua produsen, distributor harga baru itu kemungkinan dekat-dekat Rp23.000 sampai Rp24.000 per liter yang kemasan ini tidak lagi Rp14.000,” kata Arief, Rabu (16/3/2022).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya