SOLOPOS.COM - Grafiti - Ilustrasi (JIBI/Solopos/dok)

Grafiti - Ilustrasi (JIBI/Solopos/dok)

Grafiti – Ilustrasi (JIBI/Solopos/dok)

Coba Sobat Gaul amati tembok-tembok di lingkungan sekitar. Sering dijumpai banyak coretan dari cat semprot atau cat lainnya di sana. Ada yang memang bagus, ada yang sekadar coret-moret gak jelas. Bukan itu aja, rambu-rambu lalu lintas pun banyak yang jadi korban coretan gitu. Jadi gak asyik kan pemandangan lingkungan kita?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Eh, tapi sebenarnya kalau diarahin yang bener grafiti itu bisa jadi karya seni hlo. Menurut Innocentius Andhika Prasetya Subiyakto atau yang lebih akrab dipanggil Ian grafiti keren karena tidak semua orang bisa membuat grafiti walaupun orang tersebut bisa melukis atau menggambar. Ditambahkannya, seni grafiti memang ada yang legal dan ilegal. “Yang seru itu kalau aksi vandalisme yaitu corat-coret yang gak pake izin. Kadang-kadang bomber atau writer [pembuat grafiti] dikejar-kejar Satpol PP dan justru itulah yang paling disukai,” tuturnya. “Jadi bomber itu asyik cuman modalnya banyak tapi kalo modal banyak biasanya cuma yang konsisten jadi bomber sejati” tutur siswa Kelas XI IBB, SMA St. Yosef Solo itu.

Komentar yang sama diungkap Lenny Puteri Purwanto, siswi SMA St. Bonaventura, Madiun. Dia bilang grafiti itu seni yang indah, keren dan patut diapresiasi. Hal yang membuat dia suka dengan grafiti yaitu karena banyak gambar yang keren dan dia berpendapat bahwa para bomber sebenarnya membutuhkan tepat atau wadah khusus untuk mereka mengekspresikan karya mereka agar orang lain bisa menikmati grafiti sebagai suatu karya seni dan bukan sebagai coretan tanpa arti.

Yolanda Chandra Azzahra Putri, siswi Kelas XI IIS 2 SMAN 1 Karanganyar juga setuju. Namun diakuinya banyak masyarakat yang kurang paham seni menganggap grafiti hanya mengotori tembok dan memperburuk pemandangan. Cewek yang sering dipanggil Yolanda ini pun mengusulkan berbagai pihak agar memberi ruang bagi para bomber berekspresi. “Daripada para bomber membuat grafiti ditempat yang nggak bener, sebaiknya kota-kota sering mengadakan lomba grafiti agar para bomber bisa bebas mengekspresikan jiwa seni mereka dan tidak mengganggu ruang publik,” ujarnya.

“Seni grafiti harus diapresiasi asalkan pantas dan tidak berbau SARA dan tidak menimbulkan pertikaian antar-bomber atau suatu kelompok,” kata Hartatik, siswi Kelas X 2 SMKN Jenawi, Sragen. Dia juga mengusulkan ada tempat khusus bagi para bomber mengekspresikan karya grafitinya yang tidak mengganggu ruang publik.

Sedangkan Lovi Nursifa Eka Sifriyani, siswi SMK Muhammadiyah 4 Solo menambahkan ekspresi seni harus didukung. “Tetapi jangan salah tempat!” tandasnya. Nadhea Yustika dari SMA Batik 1 Solo mendukung pendapat itu. “Emang keren, tapi yang penting jangan salah tempat untuk meluapkan ekspresi seni,” katanya. (Hapy/Isna/Priscila-Wasis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya