SOLOPOS.COM - Ilustrasi ekspor (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Solopos.com, JAKARTA -- Meningkatnya ekspor sektor industri pengolahan serta impor barang modal pada Juli dibandingkan Juni 2020 dinilai sebagai sinyal industri Tanah Air mulai bangkit.

Hal ini juga menjadi pertanda bahwa hilirisasi produk mulai dilirik oleh pelaku usaha di dalam negeri. Ekspor industri pengolahan tercatat naik 16,95 persen secara bulanan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya melihat kondisi ini sebagai sinyal positif untuk perdagangan selanjutnya. Ada hilirisasi yang dilakukan, terutama pada produk pertanian dan pertambangan,” kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno kepada Bisnis.com, Selasa (18/8/2020).

Sambut 1 Sura, Ritual Larap Selambu di Sragen Digelar Tertutup & Rebutan Air Ditiadakan

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang Indonesia sepanjang Juli mengalami surplus sebesar US$3,26 miliar. Ini adalah neraca bulanan tertinggi sejak Februari 2020 dengan surplus senilai US$2,51 miliar.

Surplus neraca dagang Indonesia disumbang oleh ekspor Juli yang mencapai US$13,73 miliar atau naik 14,33 persen dibandingkan Juni 2020. Kenaikan ekspor bulanan terjadi pada seluruh sektor kecuali kelompok pertambangan yang turun 7,83 persen. Sementara, ekspor industri pengolahan tercatat naik 16,95 persen.

Sebaliknya, impor pada Juli mengalami penurunan 2,73 persen dibandingkan dengan Juni. Penurunan impor terjadi pada seluruh kelompok barang kecuali pada impor barang modal yang meningkat 10,82 persen.

Pelaku Penganiayaan Guru Ngaji di Sukoharjo: Korban Tidak Sopan Saat Tanya Alamat

Bahan Baku bisa Diperoleh di Dalam Negeri

“Untuk penurunan impor bahan baku saya kira karena beberapa bahan baku bisa diperoleh di dalam negeri. Misal dari sektor tekstil, ada safeguard pada bahan baku yang bisa diproduksi di dalam negeri,” ujar dia.

Benny menyebutkan kenaikan impor barang modal bisa menjadi pertanda adanya ekspansi oleh industri pengolahan dalam negeri. Kehadiran barang modal bisa pula menjadi pendorong penambahan nilai bahan baku dan mendorong serapan tenaga kerja.

“Iya ini menjadi sinyal penguatan hilirisasi. Misal di pertambangan ada beberapa komoditas yang tidak bisa diekspor mentah, jadi mereka membutuhkan impor barang modal untuk hilirisasi,” ujar dia.

Disdik Solo Mulai Persiapkan Pembelajaran Tatap Muka, Akan Ada Simulasi di Luar Sekolah

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Didi Sumedi mengemukakan pada Juni impor bahan baku/penolong justru tumbuh 24,01 persen dibandingkan dengan Mei dan impor barang modal naik sampai 27,35 persen.

“Memang untuk impor turun, tapi impor saat Juni untuk bahan baku/penolong naik. Barang modal juga naik signifikan. Ini juga menunjukkan industri sudah mulai rebound dan sebagai sinyal positif ekspor masih bisa naik,” kata Didi.

Hal ini pun sejalan dengan kenaikan ekspor industri pengolahan yang tumbuh berturut-turut sebesar 15,96 persen pada Juni dan 16,95 persen pada Juli. Selain itu, kenaikan impor barang modal merupakan cerminan dari adanya relokasi industri-industri pengolahan baru dari luar negeri serta adanya investasi di dalam negeri yang kembali aktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya