SOLOPOS.COM - Komposer Peni Candra Rini didukung Yayasan Jagad Sentana Art dan Idud Sentana Art berproses menyelesaikan sacred connection dance film berjudul We Pray We Hope We Yearn. (Istimewa- dok.Peni)

Solopos.com, SOLO -- Pandemi tak menghalangi kekaryaan seorang seniman. Istilah tersebut layak disematkan pada aktivitas seni kolaborasi yang akhir-akhir ini digarap pesinden sekaligus komposer Solo, Peni Candra Rini. Sepanjang pandemi Covid-19 Peni menggarap beberapa proyek bersama seniman dari berbagai negara.

Proyek kolaborasi yang baru selesai adalah karya musik film atau sacred connection dance film bertajuk We Pray We Hope We Yearn. Peni digandeng koreografer Singapura Muhammad Sharul Mohammed, Liyana Shukor, dan Tng Yue Lin Geraldine. Karya tersebut dipentaskan langsung di studio mereka dan disiarkan di kanal YouTube S4cred Conn8tion beberapa hari lalu.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

We Pray We Hope We Yearn merupakan pentas musik film yang membahas tentang perjalanan spiritual. Spiritualitas seseorang atas apa yang mereka percayai yakni Sang Pencipta, maupun sesama manusia. Berkaitan dengan Pandemi Covid-19, karya ini menyoal tentang harapan yang tak terbatas, awal dan akhir yang juga tanpa batas. Satu-satunya yang bisa diandalkan adalah kedekatan kita dengan Sang Pencipta melalui doa.

Sharul mengomandoi garapan tari dan konsep pentas, sementara Peni mengoordinir pembuatan musik. Dalam mengaransemen musik, seniman yang juga menjadi pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini didukung oleh tim Jagad Sentana Art Gamelan & Plenthe Percussion, serta Idud Sentana Art.

Baca jugaGrammy Awards 2021 Digelar, Ini Bocoran Para Nomine

Cara Tak Biasa

Peni dan tim mengeksplorasi gamelan dan instrumen lain dengan cara tak biasa. Misalnya drum yang biasanya dipukul dengan stick dibunyikan dengan tangan. Ia menciptakan ruang-ruang baru yang tak lazim di ranah musik. Ada pengembangan gamelan, voice yang lekat dengan suara sinden Jawa, dan bunyi kontemporer lain.

Saat diwawancara Solopos.com, Jumat (5/3/2021), Peni mengatakan energi musiknya berasal dari koneksi masyarakat Jawa antara fiksi dan realitas dalam konsep mitos. Ia membawa spirit karya lamanya berjudul Keraton yang kala itu menggambarkan pertemuan antara Pakubuwono X dengan Ratu Pantai.

Pentas berdurasi 23 menit. Ada tiga penari yang menjadi tokoh sentral. Mereka membuat black box di salah satu pusat seni Singapura sebagai panggung utama. We Pray We Hope We Yearn dihidupkan dengan gerak kontemporer yang magis dan sakral. Soal spiritualitas dan pengharapan yang kuat di tengah masa sulit ini.

“Ketika saya unggah karya ini di Media Sosial [Medsos], banyak yang mengapresiasi. Sejumlah seniman terinspirasi project kolaborasi kami, dan beberapa menghubungi untuk bikin karya bareng. Mereka bilang ini [kolaborasi] merupakan jalan baru untuk tetap berkarya di masa pandemi. Karena sekarang kita memang enggak punya ruang pertunjukan,” terang Peni, Jumat.

Baca jugaBTS Digandeng Unicef Lagi, Kampanye Setop Kekerasan Terhadap Anak

Tiga Bulan

Mengenai proses pembuatan karya, dia membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Semua dilakukan di studionya kawasan Grogol, Sukoharjo. Peni dan Sharul Mohammed belum pernah bertemu sebelumnya. Komunikasi dan koordinasi dilakukan via zoom meeting. “Saya belum pernah bertemu sebelumnya. Dia [Sharul Mohammed] merupakan koreografer yang baru naik daun dan lagi menjadi sorotan industri kreatif Singapura,” tambah Peni.

Kerjasama seni yang Peni garap bersama Sharul menjadi pembuktian bahwa kekaryaan seniman tak sepenuhnya mandek di masa pandemi ini. Justru tercipta ruang eksplorasi dan kerjasama yang lebih luas. Pertemuan dan diskusi bisa diciptakan dari ruang-ruang daring.

Baca jugaIkuti Perkembangan Zaman Kunci Kebertahanan Wayang....

Sebelum ini dia juga menggarap karya dengan seniman lain dari Norwegia, Amerika, dan lainnya. Bahkan saat diwawancara Solopos.com, Jumat lalu, Peni baru saja selesai mengajar vokal dan gamelan dengan para muridnya di University of Richmond di Virginia.

“Ini pembuktian bahwa di masa pandemi kita tetap bisa berkarya. Bahkan untuk mengajar vokal dan gamelan tadi ternyata bisa aku di sini mereka di sana [Virginia]. Padahal dulu kalau ngajar gamelan harus bertemu langsung. Tapi ya nanti tetap perlu ada pertemuan, agar energinya enggak putus,” kata Peni.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya