SOLOPOS.COM - Ngopi di depan Rutan Solo. (Solopos/Chelin Indra Sushmita)

Solopos.com, SOLO – Solo diklaim merupakan salah satu surga kuliner lezat. Saya sudah membuktikan klaim tersebut. Mau cari makanan apa saja pasti ada di Solo. Mulai dari yang tradisional sampai kekinian sudah pasti ada. Enggak percaya?

Tim Ekspedisi KRL Solo-Jogja yang digelar Solopos bersama PT KAI Commuter, Badan Otorita Borobudur (BOB), dan Perum Perumnas, Chelin Indra Sushmita dan Adhika Ali, tidak melewatkan kesempatan berwisata kuliner pada malam hari di Kota Solo, Jawa Tengah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Rasanya seperti tidak pernah ada habisnya berbincang tentang kuliner khas Kota Bengawan. Kalau di pagi hari tadi saya sudah mengajak kalian mencicipi aneka kuliner di Pasar Gede, malamnya ada banyak masakan lezat yang juga layak dicicipi.

Pertama ada sate kere Sate kere merupakan sebutan bagi kuliner khas Solo yang terbuat dari tempe gembus, atau tempe dari ampas tahu. Makanan ini merupakan bukti kreativitas wong Solo pada masa penjajahan. Mengapa demikian?

Baca juga: Ekspedisi KRL Solo-Jogja: Berburu Kuliner Langka di Pasar Gede, Murah & Wareg Polll!

Sate Kere

Dari namanya, sate kere awalnya dibuat oleh orang miskin, karena kere dalam bahasa Jawa berarti miskin. Kata kere di sini dipakai untuk menggambarkan isi sate tersebut. Sebab, bahan yang dipakai adalah tempe gembus dan jeroan sapi yang tidak disantap orang Belanda serta kaum priyayi pada masa kolonial.

Berdasarkan catatan sejarah yang pernah saya baca, masyarakat pribumi menciptakan sate kere untuk ikut merasakan kelezatan satai. Bahan dasarnya pun sederhana, yakni tempe gembus dan jeroan sapi yang dianggap sebagai limbah pangan.

sate kere
Tim Ekspedisi KRL Solo-Jogja, Chelin Indra Sushmita, mencicipi Sate Kere Yu Rebi. (Solopos TV/Adhika Ali)

Namun seiring berjalannya waktu kuliner ini justru berkembang dan digemari banyak orang. Meski namanya kere, harga sate ini bisa jadi membuat kalian kere, hahaha. Sebab, seporsi sate kere isi 10 tusuk ini justru lebih mahal dari satai ayam atau selevel dengan satai kambing.

Baca juga: Kuliner Solo Sate Kere Kini Tak Se-Kere Harganya

Saya dan Dhika mencicipi sate kere paling ngehits di Kota Solo, yakni di warung milik Yu Rebi di Jl Kebangkitan Nasional. Lokasi warung tenda ini berada di pinggir jalan dekat Museum Keris. Harga seporsi sate gembus ini dibanderol Rp20.000 belum termasuk lontong atau nasi. Kalau sate komplit berisi daging, jeroan, dan gembus harganya sekitar Rp40.000. Gimana menurut kalian harganya?

Seporsi sate kere ini Seperti kebanyakan sate lainnya, satai kere disajikan dengan bumbu kacang yang rasanya seperti sambal pecel. Bumbunya terasa pedas, manis, dan gurih. Ssttt… Sate kere ini menjadi salah satu kuliner langganan Presiden Joko Widodo hlo.

Sebenarnya ada beberapa penjual sate kere lain di Kota Solo yang mungkin harganya berbeda dari Yu Rebi. Kalian bisa menemukan penual makanan ini di depan Plaza Singosaren dan perempatan Pasar Legi.

Baca juga: Angkringan Mbak Dewi Solo Viral, Penjualnya Ramah dan Cantik

Hik

Selain itu, belum lengkap rasanya jelajah kuliner di Solo jika tidak mampir ke hik, wedangan, atau angkringan. Ada banyak hik yang bisa kalian datangi, mulai dari gerobakan di pinggir jalan, rumahan, atau hik kekinian berkonsep cafedangan alias perpaduan kafe dan wedangan.

Kali ini, Dhika mengajak saya jajan di Wedangan Pak Wiryo di Jl Perintis Kemerdekaan, dekat Stasiun Purwosari. Wedangan ini termasuk yang legendaris di Kota Solo, karena sudah ada sejak tahun 1958. Kata Dhika di sana ada kudapan andalan bernama jadah apollo.

Jadah apolo spesial dari Wedangan Pak Wiryo. (Solopos/Chelin Indra Sushmita)

Malam itu, Jumat (9/4/2021) kami beruntung karena bertemu langsung dengan pengelola wedangan yang merupakan generasi kedua dari Pak Wiryo, Nugroho, 41.Dia pun menujukkan wujud jadah apollo kepada saya yang berupa jadah dari ketan dan kelapa yang diberi isian coklat. Harganya juga cukup terjangkau, sekitar Rp5.000 an saja.

“Selain jadah apolo di sini nasi bandengnya juga beda mbak. Coba lihat ke dapur sana proses pembuatannya,” kata Pak Nugroho kepada saya.

Wah kesempatan menarik, kapan lagi bisa menilik dapur dari wedangan legendaris di Kota Solo ini kan. Koki di dapur sederhana bernuansa tradisional itu bernama Sumiyati, 60. Saat saya datang, Mbah Sumiyati sedang menanak nasi. Tangannya yang sudah keriput masih kuat mengaduk 13 kilogram beras dalam panci besar di atas tungku tanah dengan bahan bakar gas elpiji.

Baca juga: 5 Keuntungan Tinggal di Solo, Kota Paling Nyaman di Indonesia

Wanita berambut putih asal Sragen, Jawa Tengah, itu sehari-hari bertanggung jawab atas semua masakan yang dibuat di Wedangan Pak Wiryo.

“Saya setiap hari masak, mbak. Ngasih bumbu, kalau yang lain-lain ada yang membantu. Sudah biasa masak banyak. Pokoknya dibawa happy, disyukuri, dijalani dengan ikhlas, Insyallah berkah,” katanya kepada saya dengan senyuman tulus.

Sumiyati, koki di Wedangan Pak Wiryo Solo. (Solopos/Chelin Indra Sushmita)

Selain nasi bandeng yang lezat, ada juga telur pindang yang wajib dicicipi ketika mampir ke sana. Kalau minumannya sih saya sarankan bagi kalian yang bukan dari Kota Solo untuk mencicipi es teh kampul. Cuma wong Solo yang tahu soal es teh kampul alias es teh yang diberi irisan jeruk peras, tapi tidak diperas. Rasanya manis, segar, asem-asem gitu deh.

Baca juga: Opak Angin, Jajanan Tradisional Solo yang Terancam Punah

Ngopi

Nah setelah dari wedangan, saya dan Dhika jalan-jalan ke Jl Slamet Riyadi, pusatnya Kota Solo. Kami berhenti di depan Rutan Solo. Di sana ada kedai kopi yang menawarkan aneka olahan kopi dengan harga miring.



Ngopi menjadi salah satu kultur baru bagi masyarakat Kota Solo. Sejak 2017 sampai sekarang, jumlah kedai kopi di Kota Solo terus bertambah.

Saya adalah wanita pencinta kopi. Saya tahu persis seperti apa kopi yang enak. Enak menurut saya sih. Saya pun mencicipi kopi kekinian yang dijajakan kedai Sejalan Kopi di depan Rutan Solo. Harga kopi di sana ternyata sangat terjangkau, mulai Rp12.500 per gelas. Harga yang amat terjangkau untuk kopi kekinian di Kota Solo.

Baca juga: Pedagang Kuliner Solo Tak Pasang Daftar Harga dan Menu Bakal Ditutup

Rata-rata kedai kopi di Solo menjual secangkir kopi mulai Rp20.000 an untuk varian caffelatte maupun cappucino. Serta Rp25.000 an untuk jenis manual brew, vietnam drip dan V60. Tetapi di kedai pinggir jalan itu saya bisa minum dua gelas vietnam drip dengan harga Rp25.000.

Rasanya pun cukup nikmat meski tidak terlalu kuat rasa kopinya. Cocoklah untuk kalian yang baru belajar ngopi, tetapi kurang nendang untuk saya yang sudah minum dua gelas kopi pait sebelumnya.

Kalian bisa memilih duduk lesehan di trotoar atau kalau beruntung duduk di bangku kayu depan Rutan Solo. Keberadaan neon box bertuliskan Rutan Solo dengan lampu warna merah menyala menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung yang bukan hanya berasal dari kalangan pemuda, tetapi juga orang dewasa.

Ngopi di depan Rutan Solo. (Solopos/Chelin Indra Sushmita)

Saya pun bertemu dengan seorang mahasiswa asal Kota Semarang, Jawa Tengah, yang iseng naik vespa ke Solo. Pemuda yang tidak mau menyebutkan namanya itu datang sendirian dan ngopi di samping saya. Dia pun meminta tolong kepada saya untuk mengabadikan foto dirinya di depan neon box tersebut.

“Solo sekarang ramai banget ya mbak. Sudah mirip kayak Semarang, walaupun enggak ada macet. Sepanjang jalan ke sini saya lihat tongkrongan di pinggir jalan ramai semua,” katanya.

Kami pun berbagi banyak cerita sembari ngopi tanpa terasa hampir tengah malam. Menyeruput kopi sembari merasakan semilir angin sepoi-sepoi dan melihat betapa ramainya Kota Solo di malam hari menjadi pengalaman berkesan bagi saya. Ngopi sambil berbagi cerita dengan teman maupun pasangan memang hal menyenangkan, bukan?

Baca juga: Gultik, Kuliner Sukoharjo Melegenda di Jakarta

Malam ini, saya pun semakin menyadari bahwa Kota Solo yang merupakan pusat wisata dan kuliner semakin berkembang bahkan bisa dibilang tidak pernah tidur. Ada banyak tempat menarik untuk dieksplorasi serta tempat makan yang bisa dikunjungi. Dijamin enggak akan bosan dan kelaparan kalau ke Solo.

Ngopi malam ini bukan akhir dari perjalanan Ekspedisi KRL Solo-Jogja. Kami masih akan menjelajahi tempat menarik lainnya dalam perjalanan ini. Masih penasaran dengan keseruan perjalanan kami? Ikuti terus update perjalanan Ekspedisi KRL Solo-Jogja di Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya