SOLOPOS.COM - Stasiun Delanggu (Solopos-Chelin Indra Sushmita)

Solopos.com, KLATEN -- Delanggu, salah satu kecamatan yang cukup populer di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasinya yang berada di jalur lintas Solo dan Jogja membuat daerah ini mendapat cukup banyak perhatian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang, Delanggu merupakan kawasan perdagangan yang cukup maju. Buktinya Belanda mendirikan stasiun di Delanggu yang lokasinya berada di Desa Gatak. Sejarah Stasiun ini dulunya dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda dan dibuka untuk umum pada 1871.

Stasiun ini digunakan sebagai salah satu persinggahan antara Surakarta dan Ngayogyakarta dan juga digunakan untuk mendistribusikan karung goni dan gula dari Pabrik Gula Delanggu ke berbagai pabrik gula dan ke pelabuhan di Semarang.

Baca juga: Ekspedisi KRL Solo-Jogja : Serunya Mengeksplorasi Keindahan Candi Prambanan hingga Candi Sewu

Sekian waktu berlalu, Stasiun Delanggu hanya dilintasi kereta api, bukan sebagai stasiun pemberhentian. Kini Stasiun Delanggu dan kawasan di sekitarnya mulai bergeliat kembali sejak KRL Solo-Jogja beroperasi.

Tim Ekspedisi KRL Solo-Jogja, Chelin Indra Sushmita dan Adhika Ali (Dhika), yang sempat singgah di Stasiun Delanggu melihat perbedaan besar, karena semula stasiun ini ditutup sejak 2011. Kini, Stasiun Delanggu kembali dibuka sebagai pemberhentian KRL Solo-Jogja. Petugas di Stasiun Delanggu bertambah jumlahnya. Kapasitas ruang tunggu dan peron pun ditambah.

Geliat Ekonomi

Beroperasinya kembali Stasiun Delanggu membawa dampak positif bagi warga sekitar. Kawasan dekat stasiun menjadi pusat pengembangan ekonomi kreatif, seperti jasa parkir dan pusat jajanan di Pasar Ngeseng, Desa Gatak, sebelah utara Stasiun Delanggu.

Kami sempat jajan di Hik Ganteng di Pasar Ngeseng yang buka pada sore hingga malam hari. Hik yang satu ini ramai dikunjungi pembeli karena harganya yang merakyat. Nasi kucing dengan aneka lauk dijual seharga Rp2.500. Ada juga berbagai sundukan atau makanan yang ditusuk dengan tusukan satai, gorengan, hingga aneka kerupuk yang dijual serba murah.

Meski tempat makan ini bernama Hik Ganteng, bukan berarti penjualnya tampan seperti aktor Ari Wibowo. Ganteng yang dimaksud adalah singkatan dari ganjel weteng alias pengganjal perut. Kami juga sempat mencicipi kuliner legend dari Delanggu, yakni lompia duleg yang terbuat dari tepung pati dengan isian tauge. Rasanya gurih-gurih nyoi.

Baca juga: Ekspedisi KRL Solo-Jogja : Mengulik Legenda Bandung Bondowoso di Balik Eksotisme Candi Sewu

Lurah Pasar Ngeseng Gatak, Kecamatan Delanggu, Edi Santoso Aribowo, mengatakan dibukanya kembali Stasiun Delanggu memunculkan wisata sore di depan Pasar Ngeseng. Banyak orang tua yang menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat wisata gratis guna melihat KRL atau pun KA bermesin diesel lainnya bersama anak mereka.

Pasar Ngeseng Gatak setiap harinya digunakan 185 pedagang sayuran, pukul 03.00 WIB-10.00 WIB. Selanjutnya difungsikan sebagai pusat jajanan kuliner bagi belasan pedagang mulai pukul 14.00 WIB-22.00 WIB. Pasar Ngeseng Gatak merupakan salah satu unit usaha dari Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Gatak Mandiri Sejahtera.

"Banyak yang senang melihat KRL Jogja-Solo saat lewat di depan Pasar Ngeseng. Yang naik-turun di Stasiun Delanggu sudah banyak, terlebih saat hari Minggu. Di antara mereka ada juga yang mampir ke Pasar Ngeseng," katanya beberapa waktu lalu.

Berkah untuk Warga Delanggu

Bersamaan dengan dibukanya stasiun, Delanggu menjelma seperti kota yang sedang berkembang pesat. Plt Camat Delanggu, Jaka Suparja, kepada Solopos.com beberapa waktu lalu mengatakan bahwa dibukanya kembali stasiun membawa berkah bagi warga sekitar.

"Stasiun menjadi objek ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan dibukanya KRL, situasi dan kondisi di sana mulai berdenyut. Banyak penumpang naik turun. Warga juga banyak yang berdagang di sana," terang dia.

Baca juga: Ekspedisi KRL Solo-Jogja : Berbagi Kasih nan Romantis di KRL Solo-Jogja

Beroperasinya KRL Jogja-Solo juga menjadikan kawasan Delanggu semakin dilirik para pelaku bisnis properti. Melihat situasi seperti ini, Pemerintah Kecamatan Delanggu pun bersiap menata kawasan sepanjang Stasiun Delanggu-trafffic light Pasar Delanggu di waktu mendatang.

"Jauh sebelum Stasiun Delanggu, kami sudah meminta agar stasiun dapat dibuka untuk masyarakat umum. Soalnya, stasiun menjadi objek ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan dibukanya KRL, situasi dan kondisi di sana sudah mulai berdenyut. Banyak penumpang naik-turun dari stasiun itu. Warga juga banyak yang berdagang di sekitar lokasi. Tentu ini, akan semakin berkembang ke depan," kata Jaka Suparja, Rabu (31/3/2021).

Jaka Suparja mengatakan Delanggu memiliki produk khas yang dikenal masyarakat luas di Tanah Air, yakni beras Delanggu. Berbekal dibukanya Stasiun Delanggu, hal tersebut juga berdampak positif bagi pemasaran beras Delanggu ke depan.

Baca juga: Gempa Magnitudo 6,7 Guncang Malang Siang Ini

Tak hanya beras Delanggu, lanjut Jaka Suparja, dibukanya Stasiun Delanggu juga mengakibatkan banyak pengembang di bidang properti melirik kawasan Delanggu sebagai tempat hunian yang nyaman.

Tim Ekspedisi KRL Solo-Jogja yang digelar Solopos bersama PT KAI CommuterBadan Otorita Borobudur (BOB), dan Perum Perumnas mengamati ada lebih dari 20 coffee shop, angkringan, dan tongkrongan kekinian lainnya di kawasan Delanggu yang menjadi ciri khas wilayah peri-urban atau desa dengan perkembangan tipe perkotaan.



Bukan tidak mungkin dengan perkembangan zaman dan moda transportasi yang kian masif, Delanggu akan menjadi kota di masa depan. Let's see...

Wisata Dadakan

Keberadaan KRL Solo Jogja yang berhenti di Stasiun Delanggu memunculkan lokasi wisata dadakan. Sekitar pukul 17.00 WIB banyak orang yang menikmati senja di pinggir rel sembari melihat kereta. Hal ini tentu berbahaya, apalagi jika ada anak-anak yang bermain di sana.

Guna menanggulangi kecelakaan, pihak Satpam Stasioner KAI di Stasiun Delanggu rajin berpatroli di pinggir rel. Mereka tak segan mengingatkan warga untuk berhati-hati dan menjaga jarak aman dari lintasan kereta.

"Mohon maaf bapak, ibu, mohon jaga jarak aman, nggih. Kalau mau nonton sepur dari tepi jalan sana saja, jangan di dekat rel karena berbahaya," kata Adit, Satpam Stasioner KAI kepada warga yang nongkrong di pinggir rel Stasiun Delanggu, Jumat sore.

rel stasiun delanggu
Satpam Stasiun Delanggu menegur warga yang nongkrong di pinggir rel. (Solopos-Chelin Indra Sushmita)

Kala itu, ada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak duduk-duduk santai di pinggir rel dekat Stasiun Delanggu. Kedua orang tua itu asyik mengobrol, sementara dua anaknya berlarian di sepanjang rel. Hal semacam ini jelas sangat berbahaya, mengingat rel adalah jalur kereta yang berjalan cepat.

Yah, begitulah potret masyarakat kita yang sering kali mengabaikan keselamatan demi kesenangan. Nonton sepur itu tidak dilarang, tapi jangan sampai membahayakan diri.

"Nanti kalau terjadi kecelakaan atau ada anak-anak yang kena batu akibat gerakan kereta api siapa yang rugi. Sudah diingatkan setiap hari tapi ya begitu mbak, selalu saja ada yang ngeyel," kata Adit kepada tim Ekspedisi KRL Solo-Jogja.

Baca juga: Jadwal Imsak Muhammadiyah & Kemenag Beda, Gus Yasin Bilang Begini

KRL Solo-Jogja menjadi hal baru bagi masyarakat, sehingga wajar jika banyak yang antusias. Namun, jangan mengabaikan keselamatan.

"Kami ingatkan kepada masyarakat, KRL ini suaranya halus, jadi sebaiknya hati-hati. Nonton kereta itu boleh, tetapi jaga jarak aman dari rel," kata Vice President KAI Commuter, Anne Purba.

Setelah memotret kawasan peri-urban di Delanggu, perjalanan kami berlanjut ke Stasiun Gawok. Apa dampak keberadaan KRL Solo Jogja bagi masyarakat di sekitar Gawok? Ikuti terus perjalanan kami salam Ekspedisi KRL Solo Jogja...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya