SOLOPOS.COM - Ekskavator dioperasikan di kawasan perairan Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, untuk memulai proses pembersihan sebelum dilakukan pengerukan sedimentasi, Selasa (26/10/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN–Sebagian karamba di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, mulai dibongkar para pemiliknya. Pembongkaran itu dilakukan seiring dimulainya proses revitalisasi waduk tersebut.

Berdasarkan pantauan, sekitar empat alat berat yang mengapung dan beroperasi di kawasan perairan Rawa Jombor. Alat berat berupa ekskavator itu membersihkan bambu sisa dari karamba yang sudah dibongkar para pemiliknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anggota TNI juga terlihat memantau proses pembersihan tersebut yang dilakukan petugas menggunakan ekskavator tersebut. Sementara itu, jaring bekas karamba dijemur pemiliknya di tepian rawa hingga jalan masuk kampung.

Baca Juga: 4 Anggota Polres Klaten Meninggal karena Covid-19

Ekspedisi Mudik 2024

Ada karamba yang belum dibongkar para pemiliknya menyusul masih ada ikan dan belum mulai memasuki masa panen. Kondisi itu seperti yang terlihat di sisi selatan Rawa Jombor.

Sebagian petani karamba masih hilir mudik menyambangi karamba. Sementara, aktivitas pemanfaatan rawa lainnya masih berjalan seperti aktivitas perahu wisata dan warung apung.

Salah satu petani karamba di sisi utara Rawa Jombor, Sukamto, 60, mengatakan petani karamba di kelompoknya sudah mulai membongkar karamba sejak alat berat mulai dioperasikan di badan rawa sekitar Jumat (22/10/2021). Sukamto menjadi salah satu petani karamba di kelompok 5.

Baca Juga: Cegah Gejolak, SPBU di Wonogiri Minta Tambahan Kuota Solar

Dia menjelaskan di kelompok 5 ada seratusan petani karamba apung dan sebagian sudah membongkar karamba yang selama ini menjadi tempat untuk budi daya ikan. Sukamto sebelumnya memiliki 25 karamba masing-masing berukuran 6 meter x 18 meter dan diisi jenis ikan nila merah. Sukamto memastikan seluruh karamba yang dia miliki sudah dibongkar.

Sukamto menjelaskan sudah ada sosialisasi terkait rencana revitalisasi Rawa Jombor. Sejak Juni lalu, sudah ada peringatan jika revitalisasi akan dilakukan tahun ini.

Saat dibongkar, Sukamto mengaku karamba yang dia miliki tak lagi diisi ikan. “Saya panen untuk konsumsi Agustus 2021,” kata Sukamto saat ditemui di Rawa Jombor, Selasa (26/10/2021).

Baca Juga: Disparbudpora Klaten Kembali Pindahkan Arca dan Yoni

Sukamto belum mengetahui secara persis tempat dan bentuk budi daya ikan yang diizinkan dilakukan warga di Rawa Jombor. “Yang penting masih ada zona untuk petani karamba,” jelas dia.

Lebih lanjut, Sukamto menuturkan secara pribadi dia mendukung revitalisasi tersebut meski tempat usaha budi daya ikan miliknya dibongkar. Dia memilih untuk sementara waktu mengandalkan pendapatan sebagai petani di daratan dan menjadi nelayan.

 

Sosialisasi

Salah satu tokoh petani karamba di Rawa Jombor, Suripto, mengatakan pembongkaran karamba dilakukan para pemiliknya untuk karamba yang tak lagi difungsikan atau tak digunakan untuk budi daya ikan. Sekitar 100 karamba sudah dibongkar para pemiliknya. Sementara, karamba yang sudah terlanjur diisi benih ikan dan belum mulai memasuki masa panen untuk sementara masih dipertahankan para pemiliknya.

Baca Juga: Tanah Dibeli 37 M2 untuk Tol Solo-Jogja, Warga Klaten Tolak Jual Sawah

Suripto menjelaskan awalnya rencana revitalisasi yang digulirkan pemerintah melalui Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dimulai pada pertengahan Juli 2021. Para pemilik karamba meminta ada keringanan bagi mereka untuk bisa beraktivitas di Rawa Jombor hingga masa panen ikan tiba pada akhir September 2021.

Hingga awal Oktober 2021, rencana revitalisasi tak kunjung bergulir dan petani tak mendapatkan kepastian. Lantaran sudah mulai memasuki musim hujan, sebagian petani karamba pun kembali menebar benih ikan. Hingga ada sosialisasi pada Oktober ini dan revitalisasi mulai bergulir pada pekan lalu.

Suripto mengatakan awalnya 5 persen atau sekitar 8 ha dari total kawasan perairan Rawa Jombor sekitar 180 ha diizinkan untuk kegiatan petani karamba. Namun, dalam perkembangannya luasan tersebut dibagi dengan pemanfaat lainnya yakni kegiatan warung apung dan pemancingan.

Baca Juga: Kisah Kampung Matoa Boyolali Bermula dari Mantu

“Setelah sosialisasi pekan lalu, ada pertemuan yang dihadiri hampir semua kelompok untuk membahas pembagian area. Akhirnya ada keputusan 6 ha untuk petani karamba, 1 ha untuk warung apung, dan 1 ha untuk pemancingan. Tetapi ada catatan warung apung meminta luasan 1,5 ha dan pemancingan 1,5 ha,” kata dia.

Suripto meminta agar segera ada penentuan lokasi yang digunakan untuk budi daya ikan para petani karamba. Hal itu dimaksudkan agar para petani bisa segera memindahkan karamba mereka ke tempat baru sesuai zonasi yang sudah ditentukan.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan BBWSBS bersama TNI sudah kembali melakukan sosialisasi kepada warga pemanfaat Rawa Jombor. Selain itu, BBWSBS sudah mulai melakukan proses revitalisasi waduk tersebut dengan melakukan pengerukan sedimentasi.



Baca Juga: Tes Urine Mendadak, Prajurit TNI Wonogiri Negatif Narkoba

“Intinya masyarakat mendukung apa yang menjadi program pemerintah. Nanti dari kami apa yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, kami menyiapkan tempat untuk menampung PKL yang selama ini tumbuh subur di bibir Rawa Jombor. Kami sudah bekerja sama dengan Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes nanti kas desa akan kami tata menjadi lahan parkir dengan tepinya untuk tempat jualan para PKL,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya