SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi (Solopos)

Solopos.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani buka suara terkait ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal I/2022. Pertumbuhan ini signifikan jika dibandingkan dengan 0,7 persen pada kuartal I/2021.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tiga bulan pertama tahun ini sebesar 4,34 persen yoy.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sementara itu, investasi tumbuh 4,06 persen yoy pada kuartal I/2022. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan realisasi pertumbuhan ini sejalan dengan proyeksi pemerintah.

Komposisinya saja yang berbeda, sedangkan agregatnya sama, tambah mantan Kepala Bappenas tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami mengharapkan konsumsi masyarakat lebih tinggi dan juga dari sisi belanja pemerintah kita anggap sangat kecil [kontraksinya],” papar Sri Mulyani dalam wawancara dengan televisi swasta, Selasa malam (11/5/2022).

Baca Juga: Airlangga Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tetap Tinggi Sepanjang 2022

Pertumbuhan ini, lanjutnya, patut disyukuri dan harus tetap diakselerasi sehingga momentum pertumbuhan secara keseluruhan tahun ini bisa dijaga. Adapun, dia mengungkapkan tantangannya tidak mudah.

Kita bersyukur angka infeksi Covid di Indonesia hanya 250 kasus saat ini. Sementara itu, kasus Covid-19 di AS masih di atas 60.000 kasus. “Banyak negara yang sudah 2,5 tahun masih tinggi, jadi kita merupakan sesutau yang harus kita syukuri,” ujarnya.

Namun, Sri Mulyani mengingatkan bahwa tantangan bertambah akibat perang di Ukraina yang menimbulkan banyak spillover, mulai dari gangguan rantai pasok hingga inflasi global. Kondisi kenaikan inflasi ini diberengi oleh kenaikan suku bunga acuan di negara maju.

“Kenaikan inflasi dan suku bunga akan melemahkan perekonomian negara-negara maju ini,” ujarnya.

Baca Juga: Begini Alasan BI Merevisi Angka Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2022

Tidak Boleh Berpuas Diri

Melihat tantangan yang berbeda, Sri Mulyani menegaskan semua pihak tidak boleh berpuas diri dengan pandemi yang membaik. “Kita harus waspada karena tantangannya berbeda dan bahkan lebih rumit,” tambahnya.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengungkapkan konsumsi dan investasi memang tumbuh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya saat pandemi memuncak. Namun, level pertumbuhannya belum mencapai harapan.

Salah satunya pertumbuhan konsumsi lima persen. Di tengah inflasi global yang tergambar dalam kenaikan harga komoditas, daya beli masyarakat bisa terganggu.

Padahal, konsumsi rumah tangga adalah kontributor utama pertumbuhan ekonomi. Dia pun membeberkan bahwa harga minyak, Brent maupun WTI, telah mencapai di atas US$100 per barel. Sementara itu, asumsi harga minyak di dalam APBN 2022 tercatat US$63 per barel. “Perbedaan yang sangat besar dan harga minyak belum diubah,” kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Ini 2 Komoditas yang Disebut BPS Picu Inflasi Bulan April 1,47%

Artinya, shock yang terjadi dari luar masih diserap oleh APBN atau belum dialihkan ke harga di level konsumen. “Ini supaya daya beli masyarakat yang belum pulih bisa terjaga. Demikian pula dengan tarif listrik,” ujarnya.

Sri Mulyani mengatakan komponen untuk memproduksi listrik naik, misalnya batu bara yang harga pasarannya US$200 di level global. Dengan adanya DMO, Indonesia bisa terbantu di harga US$70 per ton.

“Jadi biaya listriknya naik, tapi harga listrik di masyarakat tidak berubah. Pasti nanti harus ada yang bayar [kekurangannya]. Yang bayar siapa? Lagi-lagi APBN,” ujarnya.

Terkait dengan investasi, Sri Mulyani menuturkan investasi harus didorong dari BUMN dan swasta. Pemerintah sudah turun tangan memperkuat neraca BUMN dan tahun ini, beberapa membukakan kinerja yang membaik.

Baca Juga: Naiknya Inklusi Keuangan Sejalan dengan Pertumbuhan Ekonomi Digital

Sektor swasta yang mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas, seperti CPO dan batu bara bisa memanfaatkan modal investasi. Kredit perbankan sudah tumbuh di atas 6 persen dan kredit dunia usaha sudah tumbuh di atas 7 persen.

Sri Mulyani berharap pertumbuhan kredit masih dapat dikerek. Jika kondisi mobilitas masyarakat dan konsumsi terjaga, dunia usaha akan percaya diri untuk mengambil kredit.

“Ini yang akan menimbulkan growth kredit perbankan,” tegas Sri Mulyani.



Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen di Kuartal I, Ini Komentar Menkeu Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya