SOLOPOS.COM - Muhammad Faiq Iqbal menunjukkan beberapa produk jam tangan kayu Dzaf buatannya, Jumat (14/7/2017). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif mengenai pembuatan jam tangan kayu.

Harianjogja.com, JOGJA — Berawal dari keterampilan membuat kacamata kayu, Muhammad Faiq Iqbal, 27, kini getol menggeluti kerajinan jam tangan kayu. Kendati banyak diminati investor luar negeri, namun jam tangan kayu yang dilabeli dengan nama Dzaf ini tetap dipertahankan dengan merek lokal.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketertarikan Faiq terhadap jam tangan kayu bermula dari keterampilannya membuat kacamata kayu. Jauh sebelum kacamata kayu populer di pasaran, beberapa produk kacamata unik yang dibuatnya itu sudah lebih dulu dipromosikan ke sejumlah pameran.

“Dari kacamata kayu itu saya jadi semakin tertarik dengan kayu. Saya berpikir selama ini kerajinan kayu lebih identik pada barang-barang mebel, lalu saya berpikir sesuatu dari kayu yang bisa dibawa ke manapun, lalu kepikiran buat jam tangan,” ujar Faiq saat ditemui di rumahnya di Jalan Magelang, Desa Jatimulyo, Kecamatan Tegalrejo, Jumat (14/7/2017).

Pada 2014, Faiq mengaku tidak terlalu lama untuk membuat sebuah jam tangan dari material kayu. Awalnya, dia mengaku membeli beberapa jam tangan yang kemudian dibongkarnya untuk mengetahui setiap bagian dan komponen dalam jam tangan tersebut.

Keterampilan membuat jam tangan diperolehnya secara otodidak berbekal pengalaman membuat kacamata kayu. Faiq mengatakan sebuah prototipe jam tangan kayu berhasil dibuatnya dalam waktu dua hari.

“Saat itu, saya coba pakai jam tangan kayu ini sewaktu ikut pameran UMKM. Banyak yang bertanya tentang jam tangan ini dan makin lama makin banyak yang pesan,” jelas Faiq.

Sejak saat itu, produksi jam tangan kayu menjadi usaha yang akhirnya ditekuni laki-laki lulusan Madrasah Aliyah itu. Awal-awal produksi dengan bantuan reseller, Faiq dapat menyediakan sekitar 40 unit jam dengan berbagai varian desain dan warna strap kulit. Selain itu, Faiq juga melengkapi dengan bantalan jam dari batik yang ternyata berhasil menarik minat konsumennya dari Singapura.

Apabila dulu dijual seharga Rp250.000 per unit, sekarang jam tangan kayu dari kayu sonokeling dan kayu maple ini dijual berkisar Rp400.000 per unitnya. Selain dijual oleh reseller, Faiq juga membuka pemesanan via online melalui akun Instagram, @dzaf22.

Keunikan jam tangan kayu buatan Faiq tak hanya diminati oleh konsumen dan kolektor saja. Sejumlah perusahaan siap memesan dalam jumlah besar untuk jam tangan buatannya. Namun, pesanan itu mesti ditolaknya, lantaran merek dagang dari jam tersebut harus diganti.

“Pernah ada sebuah perusahaan retail dari Jerman, memesan 1.000 jam tangan kayu. Akan tetapi, mereka ingin jam itu dibuat tanpa merek karena akan dilabeli dengan merek perusahaan tersebut. Saya tidak mau, karena itu berarti merek saya hilang. Ini kan, produk anak bangsa, jangan sampai karena ingin untung, karya sendiri tidak diakui,” jelas Faiq.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya