SOLOPOS.COM - Ihsan Prasetyo pemilik Terban Craft menunjukkan beberapa produk tas dan dompet batik tulis berbahan baku kulit sapi saat dipamerkan di Malioboro mall pekan lalu. (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Ekonomi kreatif berupa pengembangan batik tulis

Harianjogja.com, JOGJA-Usaha produk kerajinan yang kini dikembangkan Ihsan Prasetyo, 22, semula merupakan bisnis yang didirikan ayahnya, Setianto. Usaha yang dilabeli dengan brand Terban Craft ini, awalnya hanya memproduksi sandal-sandal batik berbahan dasar kayu. Namun, setelah terjun meneruskan bisnis tersebut, Ihsan mulai mengembangkan dompet dan tas batik yang kini mulai banyak diminati pasar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kerajinan dompet dan tas kulit dengan desain batik tulis, baru dikembangkan Ihsan setahun lalu. Ketika itu, dia melihat bahan sisa bahan kulit yang hanya terbuang begitu saja. Alih-alih memanfaatkannya sebagai dompet, ternyata produk ini justru berhasil menarik minat konsumen pencinta batik hingga fashion.

“Pertama kali hanya bikin dua dompet kecil dari kulit. Lalu dibatik dan kebetulan ada kesempatan pameran di Jakarta, saya coba pamerkan. Ternyata banyak yang tertarik, akhirnya saya mulai perbanyak produksinya,” ujar Ihsan ditemui saat berpameran di Malioboro Mall pekan lalu.

Ihsan mengungkapkan bisnis kerajinan yang dikelolanya saat ini merupakan usaha yang dirintis ayahnya pada 2002 silam. Kala itu, yang dikembangkan berupa kerajinan batik kayu seperti sandal dan sepatu batik.

Kreasi batik tulis yang dikembangkan sang ayah terus dipertahankan hingga saat ini. Kendati kini, sulung dari tiga bersaudara ini mengembangkannya dengan bahan baku kulit sapi. Namun belum lama menikmati kesuksesan, sang ayah meninggal dunia saat produk baru dari Terban Craft mulai dikenal pasaran.

“Sampai sekarang, semua produk tetap menggunakan batik tulis. Memang tidak semudah membatik di atas kayu. Saya juga perlu waktu untuk bisa mengaplikasikan batik tulis di atas kulit,” ungkap Ihsan.

Diakui Ihsan, bahan baku masih menjadi persoalan yang dihadapinya. Pasalnya, saat ini semakin sulit memperoleh kulit sapi kualitas baik sebagai bahan baku pembuatan dompet atau tas batiknya. Terlebih, pengerjaannya juga memakan waktu yang lama, satu dompet memerlukan waktu sekitar tiga minggu.

“Pengerjaan perlu ketelatenan, karena kulit itu teksturnya lemas, jadi kalau tidak hati-hati saat membatik dengan malam bisa rusak. Jadi perlu tempat yang datar saat proses pembatikkan,” papar Ihsan.

Kini, produk tas dan dompet kulit batik yang dikembangkannya sudah merambah berbagai pasar di Indonesia. Dalam sebulan produksi tas bisa mencapai 20 pieces dan dompet sampai 30 pieces. Untuk harga dompet dijual mulai dari Rp150.000 sampai Rp250.000, tas dijual mulai Rp250.000 sampai Rp800.000 dan untuk sandal batik berkisar antara Rp150.000 sampai Rp200.000 per pasang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya