SOLOPOS.COM - Menghitung Uang Pecahan Rp100.000 (Dok/JIBI/Bisnis)

Ekonomi Indonesia rentan tertekan karena beban utang luar negeri yang besar. Selain cadangan devisa berkurang, rupiah juga ikut tertekan.

Solopos.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa akhir Januari sebesar US$102,1 miliar atau lebih rendah dari posisi Desember 2015 sebesar US$105,9 miliar. Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Arbonas Hutabarat mengatakan pengurangan cadangan devisa sebesar US$3,8 miliar dipengaruhi kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

“Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan devisa, antara lain untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah, termasuk pembayaran pokok dan bunga global bond yang jatuh tempo,” tulisnya dalam siaran pers, Jumat (5/2/2016).

Dia meyakini posisi cadangan devisa itu mampu membiayai 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. “Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan,” lanjutnya.

Sementara itu, ekonom Institute for Development Economy and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai devisa yang sudah tergerus hampir US$4 miliar itu menunjukkan beban utang luar negeri mengalami kenaikan. Seperti diketahui, pemerintah menambah utang luar negeri hingga mencapai Rp500 triliun. Selanjutnya, cadangan devisa masih akan berkurang karena proyek percepatan infrastruktur oleh pemerintah bakal meningkatkan laju impor.

“Kalau cadangan devisa terus tergerus, sementara untuk proyek percepatan infrastruktur dan sebagainya impornya meningkat, utang pemerintah juga meningkat. Ini akan dibaca oleh para pemain di pasar keuangan berarti akan tambahan permintaan,” jelasnya.

Dia menyatakan sisi pasokan dari ekspor masih turun karena harga komoditas jatuh. Menurutnya, pemerintah harus segera menarik potensi devisa dari hasil ekspor yang masih terpakir di luar negeri. Meningkatnya beban utang luar negeri dan kebutuhan impor yang tinggi dapat menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat.

“Perlu pengetatan devisa ekspor dengan dilakukan semacam pemaksaan karena akan berat kalau cuma US$102 miliar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya