SOLOPOS.COM - Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Muhammad Firdauz Muttaqin (kanan) bersama Pemimpin Redaksi Solopos Media Group, Rini Yustiningsih dalam webinar Outlook Jawa Tengah 2023 yang ditayangkan di Youtube Espos Live, Rabu (7/12/2022). (Tangkapan layar Youtube)

Solopos.com, SOLO — Kondisi global yang terjadi saat ini, seperti risiko stagflasi berdampak pada melambatnya perekonomian global. Meski begitu saat ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih tinggi dibanding sejumlah negara di dunia.

Hal tersebut disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Muhammad Firdauz Muttaqin, dalam webinar Outlook Jawa Tengah 2023 yang ditayangkan di Youtube Espos Live, Rabu (7/12/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Webinar tersebut juga didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Bank Jateng, Pertamina Patra Niaga, dan Semen Grobogan.

Menurut Firdauz, pertumbuhan ekonomi global akan melambat akibat dari berbagai kondisi. Di antaranya risiko stagflasi yang meningkat dan ketidakpastian pasar keuangan yang masih tinggi.

“Jadi pada 2023, ada dua tantangan yang muncul. Di antaranya pertumbuhan ekonomi yang melambat ditambah dengan inflasi global yang masih tinggi atau dalam kondisi stagflasi. Ini diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter di negara maju,” kata dia.

Baca Juga: Pengurus Apersi Soloraya Dilantik, Cari Solusi Aturan yang Hambat Developer

Kondisi tersebut secara tidak langsung akan berdampak pada strabilitas makroekonomi di Indonesia, seperti naiknya risiko inflasi dan adanya risiko aliran modal keluar yang berdampak pada pelemahan nilai tukar.

“Ditambah dengan pelemahan ekonomi global akan berdampak pada perlambatan perekonomian domestik,” lanjut dia.

Dia menyebut, dengan adanya kondisi tersebut, ekonomi Indonesia tidak bisa mengandalkan sepenuhnya terhadap kondisi ekonomi perdaganagan internasional. Menurutnya, Indonesia akan lebih berharap dari sisi domestik memalui permintaan dalam negeri.

Terkait hal itu, Bank Indonesia telah memiliki kebijakan yang bukan hanya mengarah pada stabilisasi namun juga untuk mendorong perekonomian dalam negeri.

Baca Juga: OJK Blokir 618 Pinjaman Online Bodong, Ini Perbedaan Pinjol Legal Vs Ilegal

“Kebijakan Bank Indonesia, di sisi moneternya kami mengarah stabilisasi. Tapi di sisi lain, kami terus mendorong perekonomian melalui kebijakan makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan sektor riil. Kami akan terus mendorong yang bersifat akomodatif,” jelas dia.

Di sisi lain dia menyebutkan kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih cukup baik dibandingkan dengan beberapa negara lain di dunia. Sebab Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Di Indonesia, khususnya di Jateng, pada triwulan III 2022 perekonomian bisa tumbuh 5,28% (yoy), walaupun masih melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar  5,66% (yoy).

“Tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya Jateng ini masih cukup tinggi. Sementara di luar negeri sudah ada yang mengalami pertumbuhan yang melambat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya