SOLOPOS.COM - Hanung Abdul Muqiit R.A. dan Kezia Virginia Elok S. dari SMAN 3 Solo. (Istimewa)

Apa isi timeline media sosial Anda saat ini? Apakah dipenuhi dengan influencer kaya raya yang suka bagi-bagi atau menghamburkan uang? Apa dampak dari Anda menonton konten-konten yang menghamburkan uang? Apakah berpengaruh terhadap cara kamu mengatur keuanganmu? Mari kita bahas!

Jagad maya disibukkan dengan kegiatan manusia dalam berselancar melalui media sosial. Interaksi antarpengguna menggunakan fitur digital seperti fitur mengikuti (follow), berlangganan (subscribe), suka (Like), berkomentar (comment), dan lain-lain menimbulkan fenomena sosial baru, yakni munculnya influencer, content creator, selebgram, selebtwit, seleb tiktok yang pengaruhnya pada masyarakat tak kalah saing dengan artis layar kaca.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gaya hidup mewah nan konsumtif banyak dituangkan oleh para influencer melalui media sosialnya. Tanpa kita sadari, kita mulai ditarik perlahan-lahan untuk mengikuti gaya hidup, kebiasaan, bahkan tak sedikit yang ngefans sampai tergila-gila untuk menirukan seluruh gerak-geriknya. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu kita untuk berbuat konsumtif dan hedonis.

Pernah melihat konten menghamburkan uang seperti mandi menggunakan mie instan atau acara giveaway yang membagikan uang puluhan juta secara cuma-cuma? Bagi mereka, para influencer pembuat konten yang sudah berkecukupan dari segi finansial, sangatlah tidak masalah. Namun, secara tidak langsung kita terhipnotis oleh gaya hidup yang bebas dan membuat kita tidak berfikir cerdas dalam menata finansial.

Contoh konkretnya, Anda pasti pernah berselancar di platform belanja online dan memasukkan segala macam barang yang Anda inginkan ke dalam keranjang belanja online Anda tanpa memikirkan perencanaan keuangan yang teratur dan matang. Algoritma platform belanja online akan selalu memberikan rekomendasi produk sesuai apa yang kita minati sehingga tak jarang kita menjadi tergiur pada benda yang belum tentu mendesak dan penting untuk dibeli saat itu juga.

Selain masalah konsumerisme, masalah lain yang muncul dewasa ini adalah kejahatan digital yang sudah memakan sekian banyak korban. Mulai dari investasi abal-abal, pinjaman online, sampai jasa broker saham palsu. Banyak figur publik yang menyarankan untuk melakukan investasi dan mempraktikkan investasi sedini mungkin, namun kenyataanya hal ini tidak memunculkan kecerdasan kita untuk realistis dan cenderung berkeinginan segera mendapatkan profit besar tanpa melalui banyak resiko. Padahal, cara kerja sistem keuangan kita mensyaratkan ilmu pengetahuan yang tidak sedikit dalam aplikasinya.

Berbagai masalah ekonomi modern inilah yang kami maksud dengan ‘kesialan’. Sesuatu yang seharusnya tidak perlu terjadi jika segala sesuatunya kita pahami dengan baik. Terkadang ‘kesialan’ ini dipicu karena faktor yang remeh-temeh. Bisa jadi karena salah menangkap informasi, salah baca, ditipu, dibodohi, atau bahkan diberi pemahaman yang menyesatkan. Tentu kita semua tidak menginginkannya.

Agar mencapai pengelolaan keuangan yang baik, kita perlu berbagai pengetahuan yang memadai dan memungkinkan untuk diaplikasikan dalam kehidupan ekonomi kita sehari-hari. Hal ini bisa dicapai dengan menggalakkan literasi finansial yang cukup intensif. Literasi finansial akan menumbuhkan kebijaksanaan setiap orang dalam mengelola keuangannya.

Saat setiap orang bijaksana dalam mengelola keuangan maka visi Indonesia Maju akan tercapai. Jika setiap individu warga negara sudah mengelola uang dengan baik maka taraf hidup akan naik, produktif secara finansia,l dan mencapai kestabilan ekonomi. Hal ini akan memicu meningkatnya pendapatan perkapita dan Gross National Product pada taraf makro.

Terlebih di era disrupsi ini kita memiliki banyak kemudahan untuk mengakses informasi dari berbagai sumber melalui internet dan media sosial. Tinggal bagaimana kemampuan kita dalam berliterasi hingga menjadi budaya yang mendarah daging. Lalu, seperti apakah literasi finansial digital ini?

Dilansir dari Wikipedia.com, Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, bisa kita garis bawahi bahwa literasi tidak selamanya perihal membaca.

Dalam kehidupan sehari-hari ketika kita berbicara dan saling berbagi informasi, hal itu termasuk salah satu bentuk literasi. Selain itu, menonton video dari media sosial juga termasuk kegiatan literasi yang dapat memberikan pemahaman mengenai suatu informasi kepada kita. Dewasa ini, literasi klasik yang menggunakan cara tradisional telah digantikan dengan literasi digital yang memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Literasi digital merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan. Kami yakin, Anda yang membaca artikel ini tentu sudah memiliki gawai seperti handphone maupun laptop yang bisa digunakan mengakses internet. Dalam gagasan ini, mencoba mengawinkan literasi digital dengan pengetahuan ekonomi terapan atau finansial. Literasi digital finansial sangat penting sebagai indikasi kemajuan bangsa karena dalam hal ini kita bisa memahami hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi diri kita, negeri kita maupun dunia internasional.

Tujuan literasi digital finansial adalah untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat dan patuh hukum sehingga kita bisa memilah informasi yang akurat dan kredibel. Budaya Literasi finansial digital ini juga akan membuat kita tidak terjerumus pada hal-hal yang menipu maupun yang bersifat konsumerisme dan hedonisme.

Implementasi literasi finansial digital yang salah dalam kehidupan anak remaja di era ini adalah menggunakan gawai untuk menonton video-video yang tidak membuat diri kita cerdas berfinansial seperti konten prank, pemborosan makanan dan uang. Padahal kita ketahui dalam segi ekonomi, hal itu bukanlah tindakan terpuji mengingat diluar sana masih banyak orang-orang yang membutuhkan makanan dan uang daripada sekedar digunakan untuk foya foya.

Penggiat literasi yang ideal akan menggunakan alat digital untuk menambah informasi yang membuat dirinya maju seperti konten pengembangan diri, motivasi, maupun konten berbagi yang mendorong diri kita untuk sukses dan bisa berbagi untuk sesama. Informasi yang didapat pun tidak hanya dari satu media saja, namun dari berbagai perspektif dan sumber sehingga tidak membuat kita bias dalam memperoleh informasi. Keberimbangan informasi sangat penting untuk menepis kabar hoax atau disinformasi.

Literasi digital memiliki sangat banyak manfaat terutama di bidang finansial, yaitu memperoleh informasi ekonomi secara cepat, belajar tentang perekonomian dengan cepat, memahami segala jenis cybercrime, serta mengetahui informasi terkini perekonomian dalam negeri maupun luar negeri. Selain mempelajari sistemnya, kita juga bisa belajar mekanisme ekonomi digital secara teknis sehingga tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan platform ekonomi digital sendiri.

Di tingkat individu, literasi finansial bisa dimulai dengan memperbanyak membaca. Konten bacaan digital tidak melulu dari buku/E-book. Banyak akun Instagram, Twitter, dan Facebook yang membagikan informasi finansial secara Cuma-cuma. Platform media mainstream pun saat ini berlomba-lomba menyajikan informasi ekonomi yang dapat diakses dengan cepat melalui mesin pencarian seperti Google.

Kita juga harus memperbaharui informasi yang kita dapatkan secara berkala dan konsisten. Kami beri contoh, salah satu layanan terbaru yang diluncurkan oleh Bank Indonesia yakni QRIS. mungkin sebelumnya Anda hanya mengetahui jika aplikasi dompet digital seperti OVO, Go-Pay, Shopee-pay, dan lain lain memiliki fitur pindai QR code untuk membayar transaksi.

Namun, saat ini Bank Indonesia telah berinovasi mengembangkan sistem QR code yang terintegrasi untuk semua dompet digital sehingga kita tidak perlu mengeluarkan uang tunai saat membayar transaksi ataupun ribet mencari toko dengan barcode dompet digital yang kita punya. Cukup dengan satu QR Code, semua dompet digital dapat terakses. Jika Anda perlu informasi lebih lanjut mengenai QRIS ini, coba mampir ke media sosial ataupun web dari Bank Indonesia.

Selain di tingkat individu, perlu pengembangan budaya literasi yang masif di tingkat masyarakat. Perlu peran dari berbagai pihak untuk mewujudkan dan membangkitkan iklim literasi finansial masyarakat kondusif. Sebagai lingkup sosial terkecil, keluarga memegang peran vital dalam membudayakan literasi finansial. Apa yang bisa dilakukan?

Jika Anda seorang orang tua maka berikan anak Anda bacaan atau buku yang sebagai hadiah. Anda juga bisa memberikan pendidikan keuangan secara verbal saat melakukan praktik berekonomi bersama anak sehari-hari. Jika Anda seorang anak, maka Anda bisa menanyakan pengalaman berfinansial kepada orang tua Anda. Anda bisa juga menanyakan implementasi teori yang diajarkan di sekolah terhadap realita kesehariannya.

Dunia pendidikan dapat berperan besar dalam mencetak generasi cerdas dengan literasi ekonomi. Tidak hanya pada pelajaran ekonomi saja seorang guru harus mengajarkan literasi keuangan. Seorang guru juga bisa mereferensikan disiplin ilmunya pada aspek ekonomi. Contohnya saja pada pelajaran sejarah, guru juga bisa menerangkan bagaimana kondisi atau peristiwa ekonomi pada zaman dulu beserta penjelasannya secara teori ekonomi. Dengan ini siswa akan memicu analisis siswa untuk berpikir praktikal dalam ekonomi.



Melalui lembaga keuangan yang dimiliki, pemerintah selaku regulator ekonomi nasional dapat mensinergikan setiap lembaga keuangan untuk memberikan edukasi finansial yang memadai dan dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat dengan mudah. Mulai dari lembaga setingkat kementerian, Bank BUMN, sampai unit terkecil pemerintahan di tingkat Desa/Kelurahan. penggalakan literasi ini harus dilakukan di seluruh lapisan masyarakat secara adil dan berkelanjutan sehingga tercipta iklim literasi yang baik.

Sebagai tempat masyarakat mengais informasi, media massa kerap kali menjadi rujukan utama publik dalam menentukan tindakan ekonomi. Kredibilitas dan validitas informasi media menjadi penting. Tidak hanya itu, media juga dituntut untuk memberikan kemasan informasi yang menarik, komunikatif, dan kreatif. Sehingga menggaet masyarakat untuk memperoleh informasi yang tepat dalam berliterasi.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa jalan untuk menuju ekonomi bangsa yang berkemajuan dapat dilakukan dengan membumikan budaya literasi finansial di kalangan masyarakat. Bukan suatu hal yang sulit dilakukan jika dikobarkan dengan semangat kolektif untuk maju dan sejahtera. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya ‘kesialan’ finansial di masa kini maupun masa mendatang. Kalaupun memang ditakdirkan apes, kerugian yang kita alami tidak akan begitu parah, bukan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya