SOLOPOS.COM - Kawasan Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri sepi pada malam Tahun Baru, Jumat (31/12/2021)-Sabtu (1/1/2022). (Espos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Asal usul terbentuknya Pemerintahan Kabupaten Wonogiri tidak lepas dari jasa Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa. Pusat pemerintahan Wonogiri dulu berawal dari kerajaan kecil di Dusun Nglaroh, Kecamatan Selogiri, yang didirikan Raden Mas Said.

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri, Selasa (22/2/2022), asal usul nama Wonogiri berasal dari bahasa Jawa wana (alas/hutan/sawah) dan giri (gunung/ pegunungan). Nama ini sangat tepat menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri yang memang sebagian besar berupa sawah, hutan dan gunung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Asal Usul Wonogiri, Cikal-Bakal Mangkunegaran?

Wonogiri awalnya merupakan daerah basis perjuangan Raden Mas Said dalam menentang penjajahan Belanda. Sejarah berdirinya kabupaten tersepi di Jawa Tengah ini dimulai dengan embrio kerajaan kecil di Nglaroh, Desa Pule, Kecamatan Selogiri.

Wilaya tersebut didatangi Raden Mas Said untuk menyusun strategi melawan ketidakadilan. Strategi itu ditulis pada batu khusus yang kini dikenal dengan nama Watu Gilang.

Bersama dengan pengikut setianya, dibentuklah pasukan inti kemudian berkembang menjadi perwira-perwira perang yang mumpuni dengan sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dukungan dari rakyat Nglaroh kepada perjuangan Raden Mas Said juga sangat tinggi yang disesepuhi oleh Kyai Wiradiwangsa yang diangkat sebagai Patih. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang nantinya menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri.

Baca juga: Wonogiri Wilayah Tersepi Kedua Se-Jawa Tengah, Begini Sejarahnya

Sejarah Wonogiri

Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran.

Dalam perundingan yang melibatkan Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I.

Baca juga: Gondosini, Kebun Kopi Kuno Era Mangkunegaran di Wonogiri

Penetapan wilayah kekuasaan Pangeran Sambernyawa terjadi pada tanggal 17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. Kedudukannya sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul.

Raden Mas Said kemudian membagi Kabupaten Wonogiri menjadi lima daerah yang masing-masing memiliki ciri khas yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan.

Baca juga: Terbesar di Indonesia, Pendopo Pura Mangkunegaran Muat Berapa Orang?

Lima daerah itu antara lain:

  • Daerah Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan Selogiri)
  • Daerah Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro)
  • Daerah Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten Wonogiri sekarang masuk wilayah Kecamatan Tirtomoyo)
  • Daerah Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter sebagai Lemah Bang Gineblegan
  • Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar)

Dengan memahami karakter daerah-daerah tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan mengendalikan rakyat diwilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795.

Baca juga: Mitos Mbok Mase Juragan Batik Laweyan Solo, Jelmaan Nyi Blorong?

Setelah Raden Mas Said meninggal dunia, kekuasaan trah Mangkunegaran diteruskan oleh putra-putra beliau. Ada beberapa perkembangan penting mengenai situasi dan kondisi daerah kekuasaan, serta sistem pemerintahan yang menyangkut nama penguasa wilayah Praja Mangkunegaran termasuk di wilayah Wonogiri.

Wilayah Wonogiri merupakan daerah Kawedanan (onderregent) dibawah Praja Mangkunegaran, yang dipimpin oleh seseorang dengan jabatan sebagai Wedono Gunung. Organisasi pemerintahan pada saat itu masih sangat sederhana, dengan titik berat bidang pemerintahan hanya dua urusan yaitu urusan dalam (reh jero) dan urusan luar (reh njobo).

Baca juga: Tak Hanya Porang dan Luweng, 5 Hal Ini Juga Bikin Wonogiri Makin Istimewa

Pemerintahan Wonogiri

Pemerintahan di Kabupaten Wonogiri terus berkembang sampai Indonesia merdeka. Perkembangan itu salah satunya ditandai dengan keluarnya Wonogiri dari sistem Kadipaten Mangkunegaran. Sejak saat itu Kabupaten Wonogiri mempunyai status seperti sekarang, dan masuk sebagai Kabupaten yang berada diwilayah Provinsi Jawa Tengah.

Bupati pertama di Wonogiri adalah Soetojo Hardjo yang memerintah pada 1946 hingga 1948. Sampai saat ini sistem pemerintahan yang dipimpin oleh Bupati pun terus berkembang di Wonogiri.

Akan tetapi, satu hal yang tidak berubah, yakni penetapan Hari Jadi Wonogiri pada 19 Mei setiap tahunnya. Hal ini berkenaan dengan momentum 19 Mei 1741 M, ketika Raden Mas Said membentuk sebuah awal pemerintahan di Nglaroh yang juga dianggap sebagai cikal bakal Kabupaten Wonogiri.

Baca juga: 5 Fakta Luweng di Pracimantoro Wonogiri: Tempat Buang Mayat – Hilang Dicari Dukun

Maka Pemerintah Kabupaten Wonogiri menetapkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1990 tentang Hari Jadi Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri. Hari Jadi suatu daerah pada hakekatnya adalah merupakan awal perjalanan sejarah dan titik tolak untuk menatap masa depan dengan pembangunan secara sistematis dan berkesinambungan.



Tahun 1741 dilambangkan dengan surya sengkala Kahutaman Sumbering Giri Linuwih. Arti kata yang terkandung didalamnya adalah Kahutaman: keberanian; Sumbering: sumber kekuatan; Giri: Gunung/Wonogiri; dan Linuwih: tertinggi. Sehingga jika digabungkan mengandung maksud filosofis yaitu: Dengan keberanian atas dasar keluhuran budi, tekad dan semangat, segala tujuan luhur akan tercapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya