SOLOPOS.COM - Ilustrasi siswa sekolah dasar (SD). (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Pendidikan Boyolali, sejumlah SD minim murid akan digabung tahun ini.

Solopos.com, BOYOLALI — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali berencana menggabungkan (regrouping) SD yang muridnya sedikit di sejumlah kecamatan. Salah satu alasan penggabungan itu adalah efisiensi dan efektifitas tenaga pengajar.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

SD yang akan digabungkan tersebut antara lain berada di wilayah Kecamatan Nogosari, Sambi, Simo, dan Sawit. Kepala Disdikbud Boyolali, Darmanto mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan sosialisasi dan pendekatan terhadap orang tua murid di sekolah bersangkutan untuk memberikan pemahaman alasan penggabungan sekolah.

“2018 Rencananya ada SD yang akan dimerger untuk efisiensi dan efektifitas. Kami terus memberikan pemahaman dan sosialisasi untuk mengurangi efek negatif dan gesekan,” ujarnya saat ditemui wartawan di Boyolali, Kamis (25/1/2018).

Efisiensi dan efektifitas itu menyangkut jumlah murid yang sedikit sedangkan kebutuhan gurunya sama dengan sekolah yang muridnya ideal.

“Artinya, kalau dua sekolah yang muridnya masing-masing sekitar 70 anak, tetap dibutuhkan dua kepala sekolah dan dan 12 guru. Tapi kalau sekolah ini digabung jumlah murid jadi lebih ideal dan hanya butuh satu kepala sekolah dan enam guru. Ini kan lebih efisien. Nah, inilah yang sedang kami pahamkan kepada masyarakat,” jelasnya.

Pada sisi lain, jumlah guru PNS di Boyolali yang pensiun setiap tahun rata-rata 300 orang. Kondisi ini menyebabkan guru non-PNS harus ditambah. Padahal mereka yang non-PNS ini tidak digaji negara melainkan digaji pihak sekolah.

“Sementara sekolah SD tidak boleh melakukan pungutan untuk membayar guru non-PNS. Sekolah SD hanya boleh meminta sumbangan dari wali murid yang nilainya tidak boleh ditentukan. Maka dari itu, solusi dari permasalahan ini ya merger agar sekolah jadi efisien,” tambah dia.

Meski demikian, merger tidak dapat dilakukan serta merta. Ada pertimbangan-pertimbangan lain yang penting. Darmanto menyebutkan kelanjutan studi siswa menjadi aspek utama dalam pertimbangan tersebut.

Artinya, jangan sampai siswa menjadi putus sekolah gara-gara sekolahnya ditutup karena digabung dengan sekolah lainnya. “Program wajib belajar harus tetap sukses. Jangan sampai anak putus sekolah gara-gara merger,” imbuhnya.

Perhitungan jarak antarsekolah yang dimerger juga menjadi pertimbangan penting. “Kalau jarak sekolah yang akan dimerger terlalu jauh kan kasihan juga anak-anak berangkat dan pulang jalan kaki,” ungkap dia.

Untuk diketahui, pada 2017 ada dua SD di Boyolali yang dgabung yakni SDN Pakel 3 dengan SDN 2 Mojosongo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya