SOLOPOS.COM - Bangunan Rutan Kelas 1A di Jl Slamet Riyadi, Solo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kesan menyeramkan yang dulu lekat di wajah Rutan Kelas I Solo kini seolah sudah musnah. Orang tidak lagi menghindari atau tidak mau dekat-dekat dengan bangunan peninggalan Belanda di Jl Slamet Riyadi Solo itu.

Sebaliknya, kini masyarakat malah berbondong-bondong datang untuk sekadar menongkrong menikmati suasana atau berfoto-foto. Apalagi pada Ramadan, banyak orang yang ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa sambil menongkrong di tempat itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wajah bangunan Rutan Kota Bengawan itu memang sudah banyak berubah. Kini bangunan itu tampak cantik dan bersih dengan lampu-lampu yang ditata secara artistik. Tersedia juga bangku untuk masyarakat menongkrong.

Salah satu pengunjung yang tengah berfoto di depan Rutan Solo, Risma Larasati, 21, mengaku terkesan dengan wajah cantik bangunan tersebut. Warna dinding putih, bentuk jendela kuno, dan didukung ornamen unik yang menggambarkan kesan klasik.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Rutan Solo bakal Dipindah, Begini Sejarah dan Asal Usulnya

“Cantik bangunannya, apalagi warnanya putih. Selama ini kesan penjara menakutkan ya, tapi justru ini malah estetik,” kata mahasiswi UNS Solo ini saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (24/4/2022) sore.

Kesan Rutan yang menakutkan memang bukan isapan jempol belaka. Bangunan yang berdiri pada 1878 itu pada awalnya merupakan tempat yang tidak manusiawi.

Sarana Balas Dendam

Pada masa itu, Rutan Solo yang masih bernama Rumah Penjara Surakarta menjadi sarana balas dendam negara terhadap orang yang melakukan tindak kejahatan. Caranya dengan menghukum seberat-beratnya.

Lebih ironis lagi, hak-hak kebebasan dan kemerdekaan orang yang berbuat kejahatan itu juga dicabut. Dalam sistem ini, narapidana diisolasikan dari kehidupan bermasyarakat.

Baca Juga: Pesantren Kilat Ramadan, Warga Binaan Rutan Solo Belajar Mengaji

“Orang hukuman dipandang sebagai individu yang rendah martabatnya sehingga tidak layak bersosialisasi dengan masyarakat,” tulis artikel di rutansurakarta.wordpress.com yang terkonfirmasi sebagai website resmi Rutan Solo.

Sistem yang dianggap tidak manusiawi itu baru berubah pada 1964. Penjara bukan lagi sebagai sarana balas dendam melainkan sistem permasyarakatan yang lebih menekankan proses pembinaan pada sisi kepribadian.

Sehingga diharapkan terjadi perubahan sikap dan tingkat laku yang lebih baik dari orang hukuman tersebut. Belakangan, Rutan Solo direncanakan untuk dipindah ke Sukoharjo atau Karanganyar.

Baca Juga: Staf Ahli Kemenkumham Ungkap Tempat Relokasi Rutan Solo

Mahaiswi STIE AAS, Firdasari Ayu, 22, yang ngabuburit di depan Rutan Solo, Minggu, mengatakan kini menjadi tempat yang cocok untuk menyendiri, karena tidak terlalu ramai. “Pas aja suasananya, tidak seramai tempat-tempat lain, kaya Keraton, Balai Kota itu kan ramai. Cocok lah buat yang pengen menyendiri,” ucapnya.

Mirip Lawang Sewu

Firda mengaku sering mengajak teman-temannya dari luar kota untuk mampir ke Rutan. “Saya sering ngajak temen-temen luar kota mampir ke sini, kebanyakan pada kaget dan enggak percaya kalau ini Rutan. Katanya bagus, hampir mirip Lawang Sewu Semarang,” tambahnya.

Menurut pantauan Solopos.com, di depan Rutan Solo juga dapat dijumpai pedagang kaki lima yang menjual makanan ringan. Salah satu penjual baso bakar di depan rutan, Rohmad, 30, mengatakan selama delapan bulan menjajakan dagangannya selalu habis terjual, terutama saat Ramadan.

Baca Juga: Relokasi Rutan Solo, Kemenkumham Survei 2 Lahan di Karanganyar

“Paling laris saat malam hari, banyak anak-anak muda yang main ke sini. Mereka memang kebanyakan mampir sebentar foto, setelah itu mereka jajan, setelah itu pulang,” kata pedagang asal Kauman itu.

Rohmad menambahkan tidak banyak yang berkunjung akhir-akhir ini saat malam hari, karena sebagian besar mereka yang mampir adalah warga luar kota. “Kalau warga Solo asli mungkin sudah pada bosan ke sini. Kebanyakan dari mereka [pengunjung] adalah orang luar Solo, kalau dilihat dari pelat kendaraannya.” tambahnya.

Rohmad menuturkan saat Ramadan, ada beberapa organisasi atau yayasan yang membagikan takjil di sekitar Rutan Solo. Mereka membagikan takjil kepada masyarakat sekitar dan pengguna jalan di depan Rutan Kelas I Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya