SOLOPOS.COM - Maestro tari di Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Joko Prayitno, saat memperagakan contoh tari Kiprah Jangglengan, di depan musala Bali Desa Jangglengan, Selasa (2/8/2022). (Solopos.com/ Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO – Sempat merantau ke kota, warga asli Jangglengan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Sutoyo, bertekad kembali ke tanah kelahirannya.

Sutoyo yang kini menjadi Kepala Desa Jangglengan itu membangun desanya yang dulu dipandang sebelah mata hinga warganya punya keterampilan salah satunya menari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berawal dari kecintaannya akan budaya, pria yang dulunya perantau itu kini merajut mimpi bersama warga desa lain menumbuhkan Desa Jangglengan sebagai Smart Village.

Selain menyasar kemajuan teknologi dia ingin warganya tetap memiliki semangat merawat budaya yang ada.

Desa Jangglengan dulunya terkenal dengan daerah rawan kejahatan karena gelap dan sepi. Kini desa tersebut semakin ramai dan dikenal karena 40% warganya bisa menari tarian yang dia ciptakan bersama budayawan desa setempat.

Baca juga: Bimsalabim! Lahan Tidur Di Jangglengan Sukoharjo Disulap Jadi Produktif

“Sebetulnya saya itu paling suka dengan budaya. Warga masyarakat kami itu kental dengan budaya dan setelah saya gali ternyata banyak potensi yang ada,” kata Sutoyo diiringi kicau burung di Pendapa Balai Desa setempat, Selasa (2/8/2022).

Potensi yang dimiliki desa setempat seperti semangat gotong royong, kerja keras para pekerja hingga keasrian alam desa, dia tuangkan dalam tari berjudul Kiprah Jangglengan bersama maestro tari setempat, Joko Prayitno.

Tari Kiprah Jangglengan berawal dari mimpi pria yang menjabat sebagai Kepala Desa Jangglengan sejak 2006 itu ingin memajukan Desa Jangglengan.

Bak dayung bersambut, mimpi Sutoyo melestarikan budaya didukung oleh budayawan setempat, Joko Prayitno, seorang maestro tari yang telah melanglang buana hingga ke Eropa, Amerika bahkan negara lain.

Joko bercerita cita-cita dan semangat darah muda kepala desanya yang tak hanya pembangunan fisik namun juga nonfisik mulai dipetik hasilnya. Sekarang mulai tumbuh kecintaan budaya dari seluruh kalangan warga.

Baca juga: Wajib Dicoba! Desa Cerdas Cemani Punya Studio Podcast untuk Warga

Joko yang sedang berjuang melawan sakit pada saat pembuatan tari Kiprah Jangglengan itu turut mendapat semangat mendukung perkembangan Desa Jangglengan.

Tari yang baru muncul pada 2022 itu dia buat menyesuaikan kondisi desa. Kala itu, Joko menilai jika tarian itu dibikin seperti tari tradisi maka tak akan banyak peminatnya.

Oleh karena itu Joko akhirnya membuat tari Kiprah Jangglengan dengan koreografi kekinian. Joko sempat tak menyangka jika tarian itu bakal digemari banyak warga.

“Ternyata masyarakat suka sekali dari Ibu-ibu PKK, karangtaruna, anak-anak SD, SMP, Satpam juga ikut menari,” ujar pria lulusan Akademi Seni Karawitan Indonesia yang kini menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Solo.

Joko semakin yakin tari Kiprah Jangglengan dari desanya akan terus moncer. Mengingat kini anak-anak SD di desa setempat juga rutin berlatih dan menarikan tari tersebut.

Baca juga: Jadi Desa Cerdas, Pelayanan di Pemdes Cemani Sukoharjo Go Digital

“Saya masih yakin untuk generasi muda Jangglengan bisa menari dan bisa mengambil isi dari tarian yang memiliki nilai luhur bangsa. Meskipun dewasa ini budaya agaknya tergerogoti oleh teknologi,” jelasnya.

Kendati demikian, Joko juga bersyukur adanya perkembangan teknologi. Mengingat tari Kiprah Jangglengan semakin mudah dihafal karena beberapa generasi muda di desanya mendokumentasikan kemudian latihan lewat gawai.

Saat ini yang menjadi pekerjaan rumah (PR) besar menurutnya adalah menggiring anak-anak tersebut masih mau menari kapan pun dan dimana pun. Tercatat tari Kiprah Jangglengan juga telah dipentaskan dihadapan delegasi G20 ketika berkunjung ke Kabupaten Jamu.

Di sisi lain, Desa Jangglengan juga memiliki kelompok-kelompok karawitan yang masih eksis. Salah satunya kelompok karawitan milik Sukadi.

Pria yang  belajar karawitan saat merantau di Bandung itu kini terus menularkannya kepada generasi muda seperti anak-anak SD hingga ibu-ibu PKK setempat.

Baca juga: Smart Village Dorong Tercapainya SDGs di Pelosok Desa



Seni karawitan itu juga terus ditampilkan dalam malam sarasehan setiap Sabtu Kliwon di balai desa yang berhadapan dengan pemandangan pegunungan dan lahan pertanian itu. Uniknya, tak hanya seni tari dan karawitan yang dilestarikan di Desa Jangglengan.

Bahasa jawa juga turut dilestarikan pada malam sarasehan rutin itu. Masyarakat yang ingin memberi usul, harus menggunakan bahasa jawa sesuai tingkatannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya