SOLOPOS.COM - Ali Sastroamidjojo (Wikipedia)

Solopos.com, SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, mendukung usulan pemberian gelar pahlawan nasional bagi Ali Sastroamidjojo.

Dukungan itu disampaikan Ganjar saat menghadiri seminar nasional secara virtual terkait pengusulan gelar pahlawan nasional bagi Ali Sastroamidjojo, Jumat (30/7/2021). Ganjar juga mengaku pernah didatangi cucu Ali Sastroamidjojo terkait rencana pengusulan gelar pahlawan
nasional bagi tokoh yang dijuluki Sang Perdana Menteri itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saya kira kalau lihat dari catatannya sudah lengkap banget. Pertanyaannya gampang saja, kalau orang Jawa kayak saya begini, di kampung gitu, ya melihat pakai perasaan saja sudah cukup,” ujar Ganjar.

Baca Juga: Negara-Negara Ini Pernah Lockdown, Bener Covid-19 Terkendali? Nyatanya Enggak

Perasaan yang dimaksud Ganjar adalah melihat ketokohan Ali Sastroamidjojo dalam pemerintahan Indonesia pada masa Presiden Soekarno. Ganjar pun menilai tidak ada orang yang tak mengenal jasa-jasanya.

Ali Sastroamidjojo merupakan tokoh nasional kelahiran Magelang, 21 Mei 1903. Ia merupakan tokoh politik, pemerintahan, dan nasionalis. Ali meraih gelar Meester in de Rechten dari Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1927. Ia juga menjadi Perdana Menteri ke-8 Indonesia yang sempat dua kali menjabat pada periode 1953-1955 dan 1956-1957.

Selain itu, Ali juga sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada Kabinet Presidensial I, Menteri Pengajaran pada Kabinet Amir Sjarifuddin I, Amir Sjarifuddin II, serta Hatta I. Ia juga pernah menjabat Wakil Ketua MPRS pada Kabinet Kerja III, Kerja IV, Dwikora I, dan Dwikora II.

Semasa sekolah, Ali aktif dalam organisasi pemuda seperti Jong Java dan Perhimpunan Indonesia. Karena aktivitasnya, ia pun ditahan Belanda bersama Mohammad Hatta pada 1927. Ali juga mengharumkan Indonesia dalam berbagai peristiwa penting di kancah internasional. Salah
satunya, saat menjadi delegasi Indonesia di Konferensi Meja Bundar, Belanda dan Ketua Umum Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955. Ia meninggal dunia di Jakarta pada 1976.

“Saya kira menjadi sebuah kewajaran, seorang yang memang sudah berjuang untuk bangsa dan negara.Beliau adalah putra terbaik yang sangat-sangat sedikit yang mendedikasikan dirinya untuk bangsa dan negara,” tegas Ganjar.

Apalagi, lanjut Ganjar, momennya bertepatan dengan bulan kemerdekaan Indonesia, yakni Agustus. Ganjar berharap, seluruh persyaratan akan segera terpenuhi dan gelar Pahlawan Nasional itu segera diberikan.

Baca Juga: Pemkab Bantul Kini Punya Bantulpedia, Aplikasi Penyedia Segala Layanan Pemerintah

“Saya akan coba bantu komunikasi. Siapa tahu di bulan Agustus ini beliau bisa menjadi pahlawan. Itu bisa menjadi kebanggaan bagi semua orang,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya