SOLOPOS.COM - Tri Handoyo, 35, salah satu penangkar di Dukuh Nglebak, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, memberi makan ke burung yang ia tangkarkan, Kamis (23/2/2017). (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Kampung Jalak Klaten berlokasi di Dukuh Nglebak, Desa Krakitan, Bayat.

Solopos.com, KLATEN — Dukuh Nglebak, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, dikenal sebagai Kampung Jalak. Pasalnya, hampir setiap rumah pada perkampungan berlokasi di bawah Bukit Sidoguro tersebut terdapat sangkar untuk penangkaran burung khususnya jalak suren.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tri Handoyo, 35, salah satu warga Nglebak yang menjalankan usaha penangkaran burung, mengaku memulai usahanya itu sekitar tahun 2009. Sebelumnya, ia merantau ke Jakarta menjadi pedagang grosir buah selama 10 tahun. “Waktu itu saya menikah kemudian ingin di rumah saja [pulang kampung],” kata Tri saat ditemui di rumahnya, Kamis (23/2/2017).

Saat pulang kampung, kata dia, sudah ada beberapa warga di wilayah itu yang mencoba membuka usaha penangkaran jalak. Lantaran penasaran, ia pun menjajal menjadi penangkar.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya itu awalnya bukan penghobi dan sama sekali tidak tahu burung. Waktu itu banyak yang bilang gagal menangkar jalak karena banyak yang mati. Pemikiran saya, binatang apa pun kalau diberi makan juga hidup. Karena penasaran saya akhirnya mencoba,” ungkapnya.

Usaha yang ia kembangkan berawal dari lima pasang jalak suren berumur enam bulan. “Ternyata menangkar jalak itu penangkaran paling termudah. Yang penting itu niat, tidak minderan, dan mental harus kuat,” urai dia.

Tak hanya jalak suren, bapak satu anak itu merambah pada penangkaran burung jenis lain seperti jalak putih, jalak bali, serta belakangan ia mulai fokus mengembangbiakkan cucak rowo. Sebanyak dua pekerja membantu mengurusi burung-burung yang ia tangkarkan.

Soal perizinan, Tri memastikan usahanya sudah mengantongi izin penangkaran dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sejak Desember 2016.

Cucak Rowo

Tri mengatakan biasanya para pedagang membeli hasil pembiakan jalak suren berumur 12 hari seharga Rp350.000. sementara, jalak putih berumur 1-2 bulan dengan kisaran harga Rp1,7 juta dan jalak bali berumur 1-2 bulan seharga Rp5 juta. Sementara, jenis burung cucak rowo berumur dua bulan dijual Rp9,5 juta.

Untuk menjual burung jenis jalak putih dan bali, para penangkar tak bisa sembarangan lantaran harus mengurus perizinan lantaran termasuk satwa dilindungi. “Kalau pembeli burung dari tempat saya ada yang pedagang ada juga konsumen dari luar seperti Jakarta, Bali, Bandung, Jepara, serta Demak,” katanya.

Disinggung omzet yang ia peroleh setiap bulan, Tri mengaku bervariasi. Namun, dari usaha penangkaran itu, Tri mampu menbangun rumah serta berangkat umrah bersama istri dan kedua orang tuanya pada 2015 lalu. “Selain usaha burung saya juga ada usaha lain yakni plastik,” ungkap dia.

Tri menuturkan sebagian besar warga di Dukuh Nglebak menjadi penangkar burung. Sebelumnya, warga setempat merupakan para perantau.

Penangkar lain, Rahmanto, 50, memulai usaha penangkaran sejak 2004 silam. Bermodal menggadaikan tanah bengkok sekitar Rp7 juta, pria yang juga Sekretaris Desa Krakitan itu memulai usaha penangkaran dengan membeli 10 pasang jalak suren.

“Terus terang saja karena faktor ekonomi. Dulu ternak ayam kok hasilnya minim kemudian jadi polusi dan tidak enak sama tetangga. Akhirnya mencoba beralih,” ungkapnya.

Kini, Rahmanto memiliki sekitar 65 pasang jalak suren untuk ditangkarkan. Soal warga yang menjadi penangkar, dari sekitar 150 keluarga di Dukuh Nglebak, sekitar 80 keluarga menjadi penangkar.

“Awalnya dulu itu hanya sekitar empat orang yang menangkar. Karena getok tular sekitar 2010 semakin banyak warga yang menjadi penangkar. Dulu mayoritas menjadi perantau di pasar buah,” ungkapnya.

Soal omzet, Rahmanto mencontohkan untuk 10 pasang indukan, setiap bulan penangkar bisa mendapatkan hasil Rp1,5 juta-Rp2 juta.“Dulu itu yang rumahnya masih semi permanen, kini sudah permanen. Yang jelas usaha penangkaran ini mengangkat perekonomian warga,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya