SOLOPOS.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Dirut BRI Sunarso (kanan) dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023 dengan tema Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable Economic Prosperity, di Jakarta, Kamis (26/2/2023). (Istimewa/Bank BRI).  

Solopos.com, SOLO — Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyebut sekitar lima juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih mengakses permodalan melalui rentenir.

Ia kemudian merinci bahwa lebih dari 45 juta UMKM belum memadai pembiayaanya. Sekitar 18 juta di antaranya belum sama sekali mendapat pembiayaan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Oleh sebab itu, ia menegaskan sudah seharusnya Bank BRI menjadi motor penggerak dan berada di garis terdepan dalam mempercepat inklusi keuangan.

Dalah satunya dengan konsisten melakukan pengembangan dan pembaruan teknologi digital yang kuat. Hal tersebut diharapkan dapat mendorong pula kualitas dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memang perlu terus ditingkatkan.

Mulyani menyampaikannya dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023 dengan tema Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable Economic Prosperity, di Jakarta, Kamis (26/2/2023).

Mulyani mengatakan saat ini masih ada jutaan UMKM yang belum memadahi pembiayaannya.

Oleh karena itu menurutnya pemerintah berharap kepada BRI sebagai bank yang identik dengan UMKM. Menurutnya, BRI harus memperkuat peran bukan sekadar sebagai lender ke UMKM tapi juga pemberdaya.

“Maka dalam cara kerja kita bagaimana BRI berkontribusi meningkatkan produktivitas dan kualitas dari UMKM. Bicara kesejahteraan yang naik, prosperity yang baik brarti kita harus meningkatkan produktivitas, kualitas, itu pekerjaan yang banyak sekali karena kita bicara 65 juta pelaku UMKM. Saya harap antara pemerintah dan lembaga keuangan seperti BRI, tidak hanya membiayai tapi juga memberdayai,” ujarnya.

Sri Mulyani pun berpesan agar tahun ini BRI dapat terus fokus meningkatkan dan ikut menunjang pemulihan ekonomi nasional. Yaitu dengan menjaga kualitas kinerja yang baik dan tentu melalui penerapan prinsip ESG yang semakin kokoh.

“Jaga terus sebagai lembaga keuangan yang resilien, namun sekarang saya mengharapkan supaya BRI memberi nilai tambah lebih. Tidak hanya secara finansial, tapi sosial dan juga dari sisi environmental, tentu dengan governance tetap dijaga,” pungkasnya.

Melalui rilis yang dikirimkan kepada Solopos.com, Kamis, dalam acara yang sama, dalam acara tersebut, Menteri BUMN RI Erick Thohir merasa lega karena saat ini inklusi keuangan mengarah pada pelaku UMKM yang memang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

Sekitar 99% pelaku usaha di Indonesia adalah UMKM, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 62,55% dan 97,22% terhadap total penyerapan tenaga kerja Indonesia.

“Bicara mengenai inklusi keuangan maka kita harus lebih memastikan program-program inklusif yang mendorong UMKM naik kelas, dapat berjalan berkelanjutan. Karena melalui UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian rakyat juga lah dapat kita atasi persoalan yang dihadapi, hingga meraih Indonesia merdeka dan berdaulat,” ujarnya.

Erick menegaskan BRI akan memperkuat inklusi keuangan pada UMKM melalui Holding Ultra Mikro (UMi) bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).

Sejauh ini BRI berhasil mengintegrasikan 34 juta nasabah dari target 50 juta nasabah melalui holding yang aktif sejak September 2021 tersebut.

Peningkatan dan pendalaman inklusi keuangan serta penguatan penerapan prinsip environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola yang baik) atau ESG menjadi salah fokus PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Peran strategis BRI di kedua hal tersebut menjadi aspek penting dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi Indonesia yang merata.

Fakta tersebut diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso di Jakarta dalam acara yang sama, Kamis.  Oleh karena itu, menurutnya BRI berperan signifikan dalam mendorong inklusi keuangan di Indonesia.

Hasil survei BRI terhadap inklusi, literasi, dan juga kedalaman inklusi keuangan pada 2022 menyebut secara umum 84% inklusi keuangan menurut penggunaan produk atau layanan termasuk untuk BPJS.

“Dan kalau kita ukur kedalamannya, jadi variasi produk didominasi oleh kepemilikan tabungan. Dan frekuensi penggunaan berasal dari penggunaan tabungan serta asuransi dan Dapen (dana pensiun) termasuk BPJS, itu datanya,” ujar Sunarso menjelaskan.

Dalam hal inklusi keuangan tersebut, BRI pun dipersepsikan sebagai locally embedded bank yang dominan di mayoritas masyarakat. Hal ini tak terlepas dari jaringan BRI yang mengakar hingga pelosok negeri.

Salah satu buktinya adalah adanya AgenBRILink yang ikut memperkuat inklusi maupun literasi keuangan. Sunarso mengatakan saat ini BRI diperkuat oleh lebih dari 627 ribu Agen BRILink.

Hingga Desember 2022 volume transaksi mendekati Rp1.400 triliun yang dilakukan masyarakat di tataran akar rumput.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya