SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (JIBI/Dok)

Solopos.com, SOLO — Jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Solo naik dua kali lipat selama 2020 yang diduga karena kesulitan ekonomi pada masa pandemi Covid-19.

Laporan pada 2020 hingga awal tahun ini menunjukkan ada 30-an kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Bengawan. Pada medio yang sama pada 2019 dilaporkan hanya 17 kasus.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sementara, pada 2018 ada 15 kasus. Kabid Perempuan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPPA) Kota Solo, Selfi Rawung, menyebut akibat kesulitan ekonomi mendorong adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Baca Juga: Wali Kota Solo Gibran Jawab Soal Viaduk Gilingan Kerap Banjir, Ini Katanya

Ekspedisi Mudik 2024

“Laporan KDRT ada lima kasus. Efeknya dari faktor ekonomi, PHK [pemutusan hubungan kerja], kehilangan pekerjaan di rumah stres, dan ditinggal suami. Rata-rata korban kekerasan ini keluarga muda dengan usia ibu rumah tangga kisaran 20 tahun,” katanya kepada wartawan seusai rakor Dharma Wanita di Pendapi Gede, Kompleks Balai Kota Solo, Senin (8/3/2021).

Selfi mengatakan kepala keluarga yang kehilangan pekerjaan saat pandemi berdampak pada kesulitan keuangan keluarga untuk hidup sehari-hari. Mereka akhirnya melakukan kekerasaan terhadap perempuan atau KDRT di Solo. “Kami sudah mengedukasi keluarga tersebut,” imbuhnya.

Ia menyebut jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di lapangan bisa lebih dari 30 kasus yang dilaporkan. Kekerasan terhadap perempuan bak fenomena gunung es, lebih banyak kasus yang tidak dilaporkan dan tidak tertangani daripada yang dilaporkan.

Baca Juga: Tiwas Bikin Geger! Dikira Tenggelam, Bocah Sukoharjo Ini Ternyata Lagi Nonton TV Di Rumah

Memberikan Pendampingan

Perempuan korban kekerasan takut melapor, meski setiap wilayah sudah ada pos pelayanan terpadu. Hampir dua bulan pada 2021 ini, sambung Selfi, belum ada laporan yang masuk.

Guna mencegah kekerasan terhadap perempuan di Solo, Pemkot Solo memberikan pendampingan. Mengingat faktor penyebabnya adalah ekonomi, salah satunya tak diberikan nafkah.

“Maka, ibu-ibu rumah tangga diberdayakan agar dapat menghasilkan untuk keluarga. Kami juga memberikan pendampingan psikologis, baik kepada anak dan suami sehingga tidak bercerai. Istrinya kami latih sehingga bisa menjadi perempuan berdaya dan dipantau sampai 5 tahun ke depan,” katanya.

Baca Juga: Tergenang Air Hingga Ketinggian 90 Cm, Ini Foto-Foto Kondisi Viaduk Gilingan Solo

Penasihat Dharma Wanita Solo, Selvi Ananda Gibran Rakabuming Raka, mengakui laporan kekerasan perempuan yang meningkat. Pandemi menjadi faktor utama dengan berbagai faktor, termasuk ekonomi.

Ia menyebut korban kekerasan perempuan wajib mendapatkan penanganan langsung. Pembinaan dan pelatihan kerja diharapkan menjadikan perempuan lebih berdaya. “Pemberdayaan ini diharapkan bisa membuat mereka berkarya dan menambah penghasilan,” ucap Selvi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya