SOLOPOS.COM - Kondisi arus lalu lintas terlihat ramai dan terkesan semrawut di Jl Slamet Riyadi, Solo, Selasa (29/12/2020). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Sejumlah pengguna jalan mengeluhkan kondisi Jl Slamet Riyadi Solo macet saat akhir pekan, Sabtu-Minggu (2-3/1/2020). Mereka menuding adanya jalur contra flow untuk Bus Batik Solo Trans (BST) sebagai biang kemacetan itu.

Adanya jalur contra flow mengurangi jumlah lajur kendaraan roda empat. Seorang warga Kelurahan/Kecamatan Serengan, Nur Handayani, 34, mengaku terjebak macet pada jam-jam tertentu. Nur bahkan menyebut antrean kendaraan memanjang hingga 2 kilometer.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ia menilai kebijakan jalur contra flow untuk bus sangat tidak efektif dan harus ada evaluasi. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo harus menimbang kajian pemanfaatan jalur contra flow Jl Slamet Riyadi itu agar tak lagi macet.

Arus Balik, Permintaan Tes Cepat Antigen Solo Melejit Pada Sabtu-Minggu

“Apakah benar bermanfaat? Kalau hanya memutar Kota Solo itu enggak seberapa jauhnya. Penumpang juga saya rasa tidak keberatan menyeberang Jl Slamet Riyadi [untuk naik BST]. Jalur ini enggak memangkas waktu yang terlalu banyak juga. Saya lihat penumpangnya juga jarang. Masak harus menunggu terjadinya kecelakaan lalu lintas baru ada evaluasi,” katanya kepada Solopos.com, Minggu sore.

Nekat Masuk Jalur BST

Kecelakaan tersebut, sambungnya, bisa terjadi lantaran banyaknya kendaraan roda empat dan roda dua yang nekat masuk jalur khusus BST. Ia tak membayangkan apabila siswa sekolah di jalan utama Kota Bengawan itu mulai masuk.

Alhamdulillah, Anggota DPRD Solo Siti Muslikah Sembuh Dari Covid-19

Warga lain, Irsyad Syahputra, menyebut macet terparah Jl Slamet Riyadi Solo yang ia lewat adalah hingga 2-3 kali pergantian lampu merah atau alat pemberi isyarat lalu lintas atau APILL.

“Sekarang kan tinggal dua lajur mobil dari yang sebelumnya tiga lajur. Jelas berimbas. Ngapain juga membangun jalur contra flow kalau halte Jl Slamet Riyadi itu saling berhadapan. Dampak besarnya apa?” katanya.

Menurut Irsyad, edukasi lalu lintas lebih irit daripada harus membangun halte, perambuan, markah, membayar kajian, dan mengubah jalur. "Apalagi masa pandemi seperti ini, anggaran cukup besar, sayang sekali," imbuhnya.

Covid-19 Solo Tembus 5.060 Kasus, Vaksin Jadi Harapan Terakhir

Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, Ari Wibowo, menyebut Jl Slamet Riyiadi macet lantaran lonjakan jumlah kendaraan yang melintasi Solo selama akhir pekan. Kemacetan terjadi pada jam-jam tertentu.

Program Transportasi Berkelanjutan

“Kami terus memantau dan sering mengintervensi APILL dari CC Room. Kami menambah dan mengurangi lampu hijau saat jam-jam padat. Kalau antrean pada Sabtu terjadi karena kepadatan lantatur [drive-thru] salah satu kedai restoran Kawasan Ngarsopuro,” ucapnya.

Ari meminta warga memahami kebijakan contra flow bertujuan mendukung program transportasi berkelanjutan, yakni dengan memberikan aksesibilitas pada angkutan umum.

Hebat! Targetkan Rp25 Miliar, Realisasi PBB Sragen Tercapai Rp32,8 Miliar

Selain itu, meningkatkan peralihan/shifting penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum massal yang andal, nyaman, aman, selamat, dan terjangkau.

“Ini upaya kami memberikan pilihan kepada masyarakat kalau ada tawaran angkutan massal yang bagus. Tapi, kami tetap akan mengevaluasi dan meningkatkan kinerja serta optimalisasi APILL sepanjang jalur contra flow,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya