Setelah terjadi longsor, lapangan voli hilang. Akses jalan yang berlapis beton juga terputus. Volume sungai bertambah lebar setelah terjadi longsor.
Solopos.com, SRAGEN -- Belasan batu nisan di permakaman umum Dukuh Padas, Desa Dari, Kecamatan Plupuh, Sragen, hanyut ke Sungai Bengawan Solo.
Pantauan Solopos.com di lokasi, erosi atau longsoran tebing Sungai Bengawan Solo terjadi sepanjang ratusan meter dengan lebar sekitar 50 meter. Erosi itu juga menerjang makam Dukuh Padas.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Terdapat belasan batu nisan yang sudah hilang dari tempatnya karena hanyut terbawa arus air. Selain itu, masih terdapat beberapa batu nisan yang terancam longsor karena sudah terlalu mepet dengan bibir Sungai Bengawan Solo.
Baca juga: Seruduk Bokong Truk Tronton, Pemotor Asal Mondokan Sragen Meninggal
“Longsor itu sudah terjadi cukup lama. Mungkin sekitar lima tahun. Ada belasan batu nisan yang hilang karena longsor. Tidak tahu makam siapa saja itu karena sudah lama di sana. Dari pihak ahli waris juga diam saja,” ujar Supardi, 60, warga sekitar kala ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat (30/4/2021).
Tidak hanya menerjang makam, longsor lima tahun lalu itu juga menghanyutkan lapangan voli yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo. Sebelum terjadi longsor, masih ada tanah selebar 50 meter dari bibir sungai.
Tanah itu sengaja dibuat lapangan voli. Di bagian selatan lapangan voli itu juga masih ada tanah yang biasa dipakai untuk berlatih sebelum bermain voli.
Baca juga: Di Masjid At-Taqwa Pecing Sragen Impian Besar Dimulai dari Rp1.000
“Persoalannya, lahan itu berada di tikungan sungai. Jadi, arus air menggerus tanah di bagian bawah hingga akhirnya terjadi longsor,” papar Supardi.
Ketinggian Perut Orang Dewasa
Setelah terjadi longsor, permukaan Sungai Bengawan Solo terlihat jelas dari Dukuh Padas saat terjadi banjir. Banjir juga sempat menggenangi Dukuh Padas beberapa tahun lalu. Saat itu, ketinggian air mencapai perut orang dewasa.
Baca juga: Perbatasan Sambungmacan-Gondang Bakal Jadi "Solo Baru" Sragen
“Dulu pernah mendengar ada rencana pembangunan tanggul penahan longsor dan banjir seperti di Desa Pilang [Kecamatan Masaran]. Tapi, sampai sekarang juga belum terealisasi. Mungkin karena dibutuhkan dana yang besar untuk membangunnya,” ucapnya.
Senada dikatakan Giyem, 55, warga setempat. Longsor yang menghanyutkan belasan batu nisan itu sudah cukup lama terjadi.
Namun, sejauh ini belum ada upaya untuk melindungi nisan lain dari ancaman serupa. “Dari dulu dibiarkan begitu saja. Solusinya bagaimana juga belum tahu,” paparnya.