SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban pelecehan seksual. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Kasus dugaan pelecehan seksual sesama jenis yang dilakukan oleh Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Vokasi atau SV UNS Solo, AYA, menyedot perhatian khalayak luas.

Kasus ini viral setelah diunggah pengguna akun Twitter @promaagbos pada Jumat (7/10/2022). Dalam unggahannya, pemilik akun menyebut dirinya sebagai saksi dari tiga orang korban.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia juga mengaku sudah mendapat persetujuan dari korban untuk mengunggah cerita tersebut di media sosial. Kasus ini saat ini sedang ditangani oleh Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UNS Solo.

Namun demikian, yang tidak kalah penting dalam penanganan kasus pelecehan seksual seperti yang diduga dilakukan Presiden BEM SV UNS Solo adalah pendampingan psikolog dan support system dari lingkungan dan orang-orang sekitar.

Psikolog Klinis RSJD Solo, Ismiyati Yuliatun, menyebut pendampingan bagi korban pelecehan seksual itu terutama untuk mengatasi rasa trauma. Bukan hanya pendampingan, menurut Ismiyati, dibutuhkan juga terapi bagi para korbannya.

Baca Juga: Dugaan Pelecehan Seksual Presbem, Pimpinan SV UNS Solo: Sedang Ditangani PPKS

“Korban pelecehan seksual seringkali mengalami trauma meskipun tidak semua, yang harus dilakukan saat ini adalah melakukan pendampingan terhadap korban untuk mengurangi trauma. Kondisi trauma tersebut bisa berbentuk rasa malu, takut, kesulitan bersosialisasi atau emosi yang tidak stabil,” ujarnya saat diwawancarai Solopos.com, Senin (10/10/2022).

Korban Pelecehan Seksual Butuh Trauma Healing

Terapi yang dibutuhkan juga harus disertai dengan bantuan dari orang-orang sekitar korban. Karena, menurut Ismiyati, korban dugaan pelecehan seksual seperti yang dialami mahasiswa SV UNS Solo membutuhkan dukungan kuat agar bisa pulih secara emosi.

“Jadi perlu terapi untuk trauma healing seperti stabilisasi emosi dan terapi bermain untuk korban. Keluarga dan lingkungan terdekat terutama sekolah juga harus membentuk support system yang baik bagi para korbannya,” lanjutnya.

Baca Juga: Selain Pelecehan Seksual, Presbem SV UNS Solo juga Diduga Cemarkan Nama Baik

Selain pendampingan dan terapi diperlukan pemantauan kondisi psikis dari para korban. Korban pelecehan seksual seringkali mengalami emosi yang tidak stabil.

“Perlu juga saat proses pemulihan selain pendampingan ada juga pemantauan emosi dan perilaku, karena biasanya ada perubahan drastis pascaperistiwa tersebut,” ucapnya.

Kabar viral tentang dugaan tindak pelecehan seksual sesama jenis oleh Presbem SV UNS Solo sebelumnya telah direspons oleh Satgas PPKS melalui pernyataan sikap yang diunggah di akun Instagram @satgasppks.uns, Sabtu (8/20/2022) siang.

Baca Juga: Viral Pelecehan Seksual Sesama Jenis, Pelaku Diduga Presiden BEM SV UNS Solo

Dalam pernyataan sikap tersebut, Satgas PPKS UNS Solo menyatakan menentang segala tindakan kekerasan seksual. Satgas yang dibentuk pada 1 September 2022 itu juga turut berempati terhadap para korban.

Mereka mengapresiasi keberanian korban untuk berbicara mengungkap pelecehan yang mereka alami. Satgas PPKS UNS merekomendasikan para korban untuk membuat laporan secara resmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya