SOLOPOS.COM - Putra mahkota dari Raja Kasunanan Surakarta SISKS Paku Buwono (PB) XIII, yaitu KGPH Purboyo (tengah), duduk bersebelahan dengan GKR Wandansari (kanan), di Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu (12/3/2022) siang. (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Putra Mahkota Keraton Solo, KGPH Puruboyo, sempat duduk bersebelahan dengan tantenya, GKR Wandansari Koes Moertiyah atau yang akrab disapa Gusti Moeng saat menghadiri acara jumenengan Mangkunagoro X di Pura Mangkunegaran Solo, Sabtu (13/2/2022).

Mereka sempat berbicang singkat sebelum akhirnya Puruboyo diminta pindah tempat duduk. Kepada wartawan seusai acara, Gusti Moeng mengatakan hanya berbincang singkat dengan putra bungsu PB XIII tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Gusti Moeng mengatakan ia hampir tidak pernah bertemu dengan Puruboyo yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. “Dia hanya ngomong mangke foto nggih tante, kan lama sekali ndak pernah ketemu,” ujar Moeng.

Baca Juga: Tak Sengaja Jejer KGPH Purboyo, Gusti Moeng Ungkap Isi Perbincangannya

Gusti Moeng mengatakan sebenarnya ada beberapa hal yang ingin ia sampaikan kepada KGPH Puruboyo ketika duduk bersebelahan di acara jumenengan Mangkunagoro IX itu. Salah satunya, Moeng ingin mengatakan kepada Puruboyo ihwal sikap sebagai anak muda yang harus mau banyak belajar tentang Keraton dan budaya.

Terutama terkait pengangkatan Purboyo sebagai putra mahkota atau pemberian gelar Adipati Anom kepadanya. Sebab, menurut Moeng, ihwal suksesi atau pergantian kepemimpinan di Keraton Solo merupakan takdir Tuhan.

Pindah Tempat Duduk

“Belum tentu kamu bisa jadi. Kabeh ki Gusti Allah sik menentukan. Sebetulnya mau saya gitukan, saya kasih tahu,” kata Moeng. Namun, Moeng menambahkan Puruboyo sudah keburu diminta pindah ke kursi yang terletak jauh dari Moeng.

Baca Juga: LDA Keraton Solo: Pengangkatan Putra Mahkota Puruboyo Tak Sesuai Adat

Ihwal pindahnya tempat duduk Puruboyo, Gusti Moeng menyebut karena permintaan dari orang-orang GKR Paku Buwono, ibunda KGPH Puruboyo. “Yang minta pindah orang-orang ibunya itu,” ungkapnya.

Moeng mengaku sempat menegur tindakan orang-orang itu. Sebab menurutnya di Pura Mangkunegaran sudah berlaku protokoler atau aturan main sendiri.

“Kan tadi tak tegur, kamu itu, kan ini bukan Keraton. Ini Mangkunegaran kan protokolernya sudah ada sendiri, kok ngatur-ngatur. Iya kan sudah diatur sendiri dari sini,” sambungnya.

Baca Juga: Gusti Moeng Ungkap KGPH Mangkubumi Tak Diajak Bicara soal Putra Mahkota

Tanggapan Pengageng Keraton Solo

Terpisah, Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KP Dani Nur Adiningrat, membantah pernyataan Gusti Moeng yang menyebut KGPH Puruboyo dipindah kursi atas permintaan ibunya.

“Mboten. Jadi itu tempat duduknya [Puruboyo] ternyata tempat duduk untuk tamu Kasultanan Yogyakarta. Jadi [kursinya] sudah dibaris-bariskan. Sudah ada namanya di situ. Terus tadi sempat duduk di situ karena dari Pura Mangkunegaran masih kebingungan mencari daftar kursinya karena sempat dipindah-pindah,” terang Dani.

Ia juga sempat kebingungan karena tempat duduk Puruboyo digeser lebih ke belakang (selatan). Padahal, Dani melanjutkan sebelumnya kursi tempat duduk Puruboyo berada di posisi depan (utara).

Baca Juga: LDA Keraton Solo Pastikan bakal Luruskan Hukum Adat soal Putra Mahkota

“Mereka heran Adipati Anom kok pindah di belakang. Sebelumnya disiapkan di posisi depan,” sambungnya.

Dani juga mengungkapkan rombongan dari Kasultanan Yogyakarta sempat kebingungan saat mencari tempat duduk mereka. Sebab kursi yang sebenarnya untuk mereka sudah diduduki.

“Yang dari Kasultanan Yogyakarta sempat bingung, berdiri lama mencari tempat duduk. Ini bisa dikonfirmasikan ke pihak Pura Mangkunegaran,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya