SOLOPOS.COM - Seorang anak di Gaza menyalakan lilin karena listrik di rumahnya mati (Aljazeera.com)

Listrik di kawasan Gaza mati total lantaran dua kelompok penguasa berselisih.

Solopos.com, GAZA – Pembangkit listrik satu-satunya di Gaza, Palestina, berhenti beroperasi akibat kehabisan bahan bakar. Insiden tersebut membuat pasokan listrik untuk penduduk sekitar semakin terbatas. Jika sebelumnya dalam sehari listrik di wilayah itu hidup selama delapan jam, saat ini berkurang menjadi enam jam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Samir Matir, kepala penyedia listrik di Gaza mengatakan seluruh bahan bakar yang dibeli dengan dana bantuan dari pemerintah Qatar dan Turki telah habis. Ia menambahkan tidak tahu pasti kapan pasokan bahan bakar akan dikirim lagi. Sebab, saat ini terjadi sengketa politik antara pimpinan Hamas dengan otoritas Palestina. Matir menambahkan, pihaknya tidak bisa membayar pajak pembangkit listrik yang dibebankan oleh pemerintah Palestina karena beban pajak sangatlah tinggi.

“Saat ini, kami hanya menikmati listrik selama enam jam. Mungkin, besok listrik akan mati total. Kami berharap bisa mendapat pasokan listrik minimal selama empat jam sehari, tapi sepertinya itu tidak mungkin,” tutur Ezz Zanoun, seperti diwartakan Aljazeera, Senin (17/4/2017).

Terbatasnya pasokan listrik itu bukan kali pertama terjadi. Pada Januari 2017, masyarakat Gaza melakukan aksi protes kepada pemerintah terkait hal tersebut. Bahkan, pihak Kementerian Kesehatan mengatakan, terbatasnya pasokan listrik di Gaza menimbulkan bahaya bagi pasien di rumah sakit. Beruntung, krisis tersebut berhasil diatasi dengan adanya sumbangan dari pemerintah Qatar dan Turki.

Sayangnya, saat ini masalah tersebut kembali mencuat karena kehabisan stok bahan bakar yang membuat pembangkit listrik berhenti beroperasi. Keadaan itu membuat masyarakat Gaza bergantung pada pasokan listrik yang disediakan Israel dan Mesir.

Kendati demikian, sampai saat ini pemerintah Palestina belum melakukan upaya apapun untuk mengatasi krisis tersebut. Mereka menuding pihak Hamas mencari keuntungan dengan memungut pajak yang tinggi dari masyarakat dan tidak menyetorkannya kepada pemerintah Palestina.

Sebagai informasi, perselisihan antara kelompok Hamas dan pemerintah Palestina telah terjadi sejak 2007. Perselisihan itu terjadi lantaran kelompok Hamas merebut wilayah Gaza dari tangan pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Presiden Mahmoud Abbas. Sementara itu, beberapa media massa di Israel menyebut sebagian besar penduduk Gaza hidup dari belas kasihan pihak lain. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya