SOLOPOS.COM - Petugas melakukan pengasapan atau fogging di Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar pada Minggu (12/2/2022).(Indah Septiyaning Wardani/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kian mengkhawatirkan dan menjadi ancaman masyarakat selain virus corona.

Dua anak bayi di bawah lima tahun (balita) di Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar dilaporkan meninggal dunia (MD) akibat gigitan nyamuk Aedes Aegepty. Sementara sejumlah warga lain masih menjalani rawat inap di rumah sakit tersebar di Karanganyar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga Dusun Pendem Wetan, Desa Suruh, Suwondo mengatakan ada belasan warga yang terjangkti DBD. Dua anak balita bahkan diketahui meninggal akibat DBD.

“Sudah ada dua anak balita yang meninggal karena DBD. Satu di Dusun Ngemplak dan satu di Dusun Pakis. Di Dusun Pendem Wetan sendiri ada beberapa yang kena,” kata dia ketika berbincang dengan Solopos.com, Minggu (13/2/2022).

Baca Juga: 267 Tahun Perjanjian Giyanti, Situsnya di Karanganyar Dikira Makam

Meningkatnya kasus DBD membuat warga melakukan upaya pencegahan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu melakukan fogging atau pemgasapan dengan menyasar selokan, maupun pekarangan rumah warga. Dikatakannya kasus DBD meningkat dalam sebulan terakhir.

“Kami tidak ingin ada korban meninggal lagi karena DBD,” katanya.

Kepala Puskesmas Kebakkramat II Patria Bayu mengatakan Desa Suruh berstatus endemis DBD lantaran temuan kasusnya cukup tinggi. Tujuh orang warga kini masih dirawat di rumah sakit, sementara sebelumnya dua anak balita meninggal dunia karena DBD. Kasus DBD meningkat seiring datangnya musim penghujan.

“Dua hari ini [Sabtu-Minggu] kami lakukan fogging di Desa Suruh. Suruh termasuk endemis DBD karena kasusnya tinggi,” kata dia.

Baca Juga: 5 Kecamatan Ini Masuk Peta Rawan Bencana di Karanganyar

Dia mengimbau saat ini masyarakat untuk mewaspadai penyakit DBD, selain virus corona. Paling efektif untuk mencegah DBD adalah dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan jentiknya. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentik. Sementara pemberantasan jentik nyamuk tetap dilakukan melalui gerakan PSN. Namun selama ini, masyarakat terlanjur memiliki mindset jika ada kasus DBD harus dilakukan fogging atau pengasapan.

“Yang penting itu masyarakat harus berperilaku hidup bersih dan sehat, khususnya lingkungan tempat tinggal,” katanya.

Dia menuturkan kasus DBD diperkirakan akan terus meningkat jika masyarakat abai terhadap kebersihan lingkungan. Musim penghujan sering menyebabkan genangan air yang kemudian menjadi tempat bagi berkembangbiaknya nyamuk DBD. Dikatakannya masih rendahnya kesadaran warga dalam menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) menjadi salah satu faktor pemicu kasus DBD.

Berbagai langkah preventif dilakukan guna menekan peningkatan kasus DBD. Salah satunya petugas melakukan penanggulangan dengan fokus didaerah terjangkit. Kemudian penyediaan logistik abate dan insektisida, serta memantau jentik oleh kader pemantauan di desa berisiko tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya