SOLOPOS.COM - Drama Korea The World of the Married. (Istimewa)

Solopos.com,SOLO – Drama Korea (Drakor) hampir selalu berhasil menyedot perhatian penonton, baik di negeri mereka sendiri atau bahkan di luar negeri termasuk Indonesia. Para pencinta drakor biasanya  para remaja perempuan, ibu-ibu rumah tangga, hingga pegawai kantor yang tak pernah absen untuk menyaksikan setiap episodenya.

Hal ini mungkin tak berlebihan, karena drakor memberikan cerita ringan dengan suasana yang baru dan seru. Tak ketinggalan, alur ceritanya jelas dan tidak berbelit-belit. Inilah yang menjadi alasan mengapa banyak orang lebih menyukai Drakor daripada sinetron Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepopuleran dan jalan cerita Drakor sering menginspirasi rumah produksi di Indonesia untuk menghasilkan film serupa. Namun sudah banyak juga sinetron Indonesia yang mencoba membuat versi remake dengan hasil yang jauh dari kata memuaskan. Sebenarnya apa sih yang membedakan brakor dengan sinetron Indonesia? Berikut ulasannya:

Sidang Sengketa 2 Kubu PSHT, Ribuan Aparat Dikerahkan Di Madiun

Jumlah episode yang singkat

Baik Drakor maupun sinetron memiliki beberapa episode setiap seriesnya. Bedanya Drakor cenderung mempunyai jumlah episode yang sedikit, biasanya antara 16 hingga 32 episode. Melansir dari Liputan6, Jumat (5/6/2020) ada juga Drakor yang memiliki 100 episode, namun durasi waktu penayangnnya tidak banyak.

Episode yang cenderung pendek ini membuat para penonton tidak bosan dengan alur cerita yang disajikan. Drakor sangat menjaga alur cerita sehingga penonton bisa menikmatinya hingga drama tersebut tamat.

Sementara di Indonesia, jumlah episode sinetron yang semakin banyak dan panjang nampaknya menjadi sebuah pencapaian dan prestasi. Sebut saja sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang memiliki 2185 episode atau Putri yang Ditukar sebanyak 676 episode. Dengan episode yang sepanjang itu, penonton biasanya bosan apalagi dengan alur cerita yang mulai tidak jelas di tengah-tengah episode.

Mengangkat nilai budaya yang bersifat positif

Tidak melulu mengangkat soal percintaan dan pertikaian, Drakor nyatanya juga dibumbui dengan nilai budaya ataupun pesan moral. Sinetron Indonesia sebenarnya juga memiliki nilai kehidupan yang dapat dipetik dari karakter pemain utama atau dari kejadian yang menimpa sang pemain.

Letak perbedaanya adalah pada Drakor selalu menampilkan adegan yang mengejutkan sehingga nilai kehidupan yang disampaikan membuat penonton menyadari sesuatu yang bahkan tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya.

Sedangkan dalam sinetron Indonesia, nilai kehidupan yang di sampaikan adalah nilai secara umum pada kehidupan sehari-hari. Sehingga tanpa menonton sinetron pun mereka sudah paham nilai-nilai tersebut. Nilai moral itu juga kadang tidak sesuai dengan alur cerita, sehingga terkesan berbelit-belit dan diulang-ulang yang membuat penonton merasa telah membuang-buang waktu.

Biaya produksi maksimal

Beberapa Drakor berani mengambil setting tempat untuk syuting di luar negeri demi mendukung dan mendapatkan suasana yang membangun cerita. Inilah alasan mengapa Drakor memiliki biaya produksi yang tidak sedikit. Salah satunya Drakor terbaru berjudul Crash Landing On You yang mengambil salah satu adegannya di Swiss dan Mongolia.

Indonesia sebenarnya memiliki lebih banyak tempat wisata yang indah untuk dijadikan lokasi syuting kalau dibandingkan Korea. Namun yang biasa digunakan hanya di situ-situ saja. Bukannya membandingkan, hanya saja dalam segi setting dan visual sinetron Indonesia masih perlu banyak perbaikan.

Teknologi yang digunakan

Selain tempat syuting yang menakjubkan, Drakor juga tak tanggung-tanggung dalam mengusung teknologi canggih seperti Computer Generated Image (CGI). Melansir dari salah satu sumber, CGI berguna sebagai efek visual komputer sehingga memberikan kesan nyata pada suatu film.

Salah satu Drakor yang menyajikan efek CGI berjudul Memories of The Alhambra, yakni pada saat aktor Hyun Bin berbicara dengan para bajak laut Malaga atau ketika ia berperang melawan musuh tiga dimensinya.

Lain halnya dengan sinetron Indonesia, bukan berarti tidak mengapresiasi karya anak negeri. Hanya memang penggunaan teknologi seperti itu masih belum ada untuk sekelas sinetron Indonesia, yang kebanyakan masih mengusung cerita tentang keluarga dan kehidupan sehari-hari.

Pembunuh Perempuan Dalam Kardus Booking Korban Pakai Uang Kuliah

Penayangan iklan dibuat natural

Iklan atau sponsor sangat penting bagi keberlangsungan baik drama maupun sinetron. Penayangan iklan dalam drama korea dibuat senatural mungkin tapi menggambarkan dengan jelas barang yang diiklankan. Sehingga penonton dibuat tidak sadar kalau terdapat muatan sponsor.

Secara tidak langsung, ini juga memberikan pengaruh pada penonton untuk mengingat produk tersebut yang pernah tampil atau digunakan pemain dalam drama korea. Sedangkan pada sinetron Indonesia, mengiklankan produk dibuat secara terang-terangan dilakukan oleh pemain sehingga menghilangkan kesan natural dan terlihat sangat memaksakan.

Pemilihan soundtrack yang tepat

Drakor menjadikan soundtrack seperti nyawa dari drama tersebut, sehingga sesuai dengan jalan cerita yang berlangsung. Bahkan hanya dengan mendengar musik pengiringnya saja, Anda akan langsung hafal judul serta adegan scene Drakor tersebut. Sebagi contoh seperti soundtrack Drakor Sky Castle berjudul We all lie yang memiliki arti lirik sama dengan alur cerita dalam dramanya.

Kalau dalam Sinetron Indonesia, pemilihan soundtrack masih kurang pas. Selain itu musik yang digunakan juga itu-itu saja, sifat monoton inilah yang membuat penonton kurang mendapatakan feel setiap adegannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya