SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ilustrasi (Dok.SOLOPOS) BAKTERI E COLI--Djumadi mengecek kondisi sumur di RT 05 RW VIII, Jagalan, Solo, Selasa (23/8). Bakteri e coli diduga telah menyebar ke sejumlah sumber air di daerah padat penduduk di Kota Solo. (JIBI/SOLOPOS/JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Solo (Solopos.com)–Komisi IV DPRD Solo meminta Dinas Kesehatan Kota (DKK) mencari solusi permanen atas persoalan air sumur yang terkontaminasi bakteri E.coli.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kalangan legislator juga menyarankan DKK memperluas cakupan penelitian air sumur. Seperti disampaikan Sekretaris Komisi IV, Abdul Ghofar Isma’il saat ditemui wartawan di Ruang Komisi IV, Rabu (14/9/2011).

”Secara teknis DKK lebih paham, kalau bisa penanganannya dengan solusi permanen,” katanya menanggapi hasil penelitian DKK yang menyebutkan adanya 80-an sumur warga yang terkontaminasi bakteri E.coli dengan kadar melebihi toleransi.

Ekspedisi Mudik 2024

Ghofar melanjutkan DKK tidak boleh lamban menyikapi temuan tersebut. Apalagi anggaran program pencegahan/penanggulangan penyakit menular tahun ini dianggarkan Rp 486,9 juta.

Anggaran itu bisa digunakan untuk menangani persoalan bakteri E.coli. Namun sejauh ini menurut dia, Komisi IV belum mendapat laporan resmi dari DKK perihal hasil penelitian kandungan air sumur.

”Anggaran ini selalu ada tiap tahun. Tujuannya untuk antisipasi penyakit menular seperti demam berdarah, AIDS dan sebagainya. Anggaran ini supaya digunakan juga untuk penanggulangan E.coli,” imbuhnya.

Di sisi lain, Ghofar mengungkapkan kondisi permukiman di Kota Bengawan memang sudah tidak lagi representatif. Begitu banyak sumber air yang tidak memenuhi ketentuan jarak minimum dari septic tank. Untuk itu Komisi IV mendorong perluasan jaringan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah tangga.

Jaringan ini dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada 2010 dan 2011 PDAM mendapat bantuan Rp 2 miliar untuk penambahan jaringan IPAL ini. ”Air limbah dari rumah warga disalurkan ke IPAL ini lalu diolah hingga layak dibuang ke sungai,” terang dia.

Pendapat senada disampaikan Wakil Ketua Komisi IV, Teguh Prakoso. Saat ini persentase rumah penduduk yang sudah terjangkau jaringan IPAL ini masih begitu kecil. Namun ke depan diharapkan jaringan itu bisa semakin berkembang menjadi salah satu solusi persoalan keterbatasan lahan pribadi.

Disinggung adanya air PDAM yang juga mengandung E.coli dengan kadar di atas ambang toleransi, Teguh menilai hal itu sebagai konsekuensi dari penggunaan air tanah.

Dia menyarankan PDAM kembali menggunakan air dari sumber-sumber air yang sudah dipastikan kesehatannya seperti dari Cokro, Klaten. ”Demi kesehatan, harus bayar tidak apa-apa,” tegasnya.

(kur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya