SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembayaran digital (Freepik)

Solopos.com, SOLO—Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo menyelenggarakan kegiatan roadshow sosialisasi QRIS di enam kabupaten di Soloraya yang dirangkai dengan Pelatihan Public Speaking.

Sosialisasi ini mendorong awareness pentingnya digitalisasi ekonomi dan keuangan yang inklusif dan efisien untuk perekonomian lndonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala KPw BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan kegiatan ini menyasar generasi muda, kaum milenial di daerah yang dalam era digitalisasi ini dituntut untuk melek teknologi, termasuk dalam pembayaran.

Baca Juga: Makin Diminati, Jumlah Pengguna KRL Jogja – Solo Melonjak

“Pengetahuan teknologi tersebut perlu didukung dengan kemampuan komunikasi yang juga menjadi tuntutan dalam persaingan, terutama untuk menghindari kesalahan penyampaian maksud dalam suatu forum. Dengan peningkatan pengetahuan teknologi dan kemampuan berkomunikasi, generasi muda diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang andal untuk berkontribusi aktif dalam perekonomian,” ujar dia, kepada wartawan, akhir pekan lalu.

Roadshow QRIS yang dikemas dalam Pelatihan Public Speaking ini telah dilaksanakan di empat kabupaten, yakni Kabupaten Wonogiri (17 Maret 2021), Kabupaten Sragen, (24 Maret 2021), Kabupaten Boyolali (31 Maret 2021), dan Kabupaten Klaten (1 April 2021). Selanjutnya agenda tersebut bakal digelar di Kabupaten Karanganyar (6 April 2021) dan Kabupaten Sukoharjo (7 April 2021). Selain Anggota DPD RI Dapil Jawa Tengah dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo, kegiatan ini juga dihadiri oleh kepala daerah, anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, dan DPRD Kabupaten.

Baca Juga: PLN Perpanjang Promo Paket Tambah Daya Super Hemat Buat Rumah Tangga & UMKM

Mendorong Awareness

Menurutnya, kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan Road to Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) 2021 yang akan dilaksanakan secara virtual pada Senin – Jumat (5-8/4/2021).

FEKDI merupakan upaya pemerintah bersama Bank Indonesia untuk mendorong awareness pentingnya digitalisasi ekonomi dan keuangan yang inklusif dan efisien untuk perekonomian lndonesia; meningkatkan kolaborasi otoritas di pusat dan daerah, industri dan masyarakat dalam mempercepat akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan lndonesia; dan mendorong optimalisasi inovasi dan stabilitas di bidang Ekonomi dan Keuangan Digital (EKD) serta mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Baca Juga: Tak Ada Anggaran Lagi, Mensos Risma Tegaskan Penyaluran BST Tak Akan Diperpanjang

Lebih lanjut ia menjelaskan salah satu inovasi di bidang sistem pembayaran adalah Quick Response Indonesia Standard (QRIS) yang telah diluncurkan Bank Indonesia pada 2019. QRIS merupakan standardisasi pembayaran menggunakan metode QR Code agar proses transaksi dengan QR Code lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.

Menurutnya, QRIS menjadi sangat relevan dan diminati masyarakat di masa pandemi karena merupakan contactless payment sehingga mengurangi risiko penularan virus Covid-19. Maka dari itu, Bank Indonesia pada 2021 menggencarkan program 12 juta merchant QRIS dengan sasaran meningkatkan akseptasi QRIS di sisi merchant (supply), sekaligus penggunaan QRIS di sisi pengguna (demand).

“Pada akhir pelatihan, peserta diminta untuk membuat konten menarik mengenai QRIS. Harapannya, peserta pelatihan tidak hanya berada pada level aware/sadar menggunakan QRIS, namun lebih ke level advocate/mengajak lingkungannya untuk menggunakan sehingga dapat mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan di Indonesia,” ungkap dia.

Baca Juga: Dukung UKM, Accor Teken Kerja Sama Dengan Kemenkop-UKM Dan Smesco

Sebelumnya, pembayaran nontunai melejit di masa pandemi Covid-19 di Soloraya. Salah satu kenaikan ini diindikasikan dengan perkembangan jumlah merchant QRIS yang mencapai 201,35% (year to date).

Ketua Tim Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah dan Layanan Administrasi (SPPURLA) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Gunawan Purbowo, mengatakan jumlah merchant QRIS menunjukkan peningkatan sebesar 201,35% (ytd) dari 36.604 pada 31 Desember 2019 menjadi 110.307 pada November 2020.

“Pertumbuhan merchant QRIS Soloraya yang paling melesat adalah Kabupaten Sukoharjo sebesar 285,66%. Ini diikuti Kota Solo 249,48%, Kabupaten Boyolali 201,11%, dan Kabupaten Karanganyar 181,65%,” ujar dia, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Gencarkan Migrasi Kompor Gas Ke Kompor Induksi, PLN Gandeng 10 BUMN

Gunawan menjelaskan Kabupaten Wonogiri paling kecil pertumbuhan merchant QRIS di Soloraya, yakni 109,93%. Di sisi lain, pangsa merchant QRIS paling besar adalah Kota Solo sebesar 31,65%, disusul Sukoharjo 19,19%, Klaten 14,07%, Karanganyar 11,16%, Sragen 9,57%, Boyolali 7,83%, dan Wonogiri 6,98%.

Menurutnya, penggunaan QRIS ini telah menyasar sejumlah sektor, antara lain warung makan, toko oleh-oleh, pasar modern, rumah sakit, tempat ibadah, pondok pesantren, perguruan tinggi, dan tempat ibadah. Implementasi QRIS di pasar tradisional, antara lain di Pasar Gawok, Sukoharjo; Pasar Singosaren, Pasar Nusukan, dan Pasar Triwindu, Solo. Instalasi lain pengguna QRIS ada PDAM Solo dan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya