SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang tunai rupiah. (Freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA – Rupiah ditutup menguat 100 poin atau 0,70 persen ke Rp14.117 per dolar AS pada perdagangan Kamis (14/10/2021). Adapun, indeks dolar AS turun 0,65 poin atau 0,69 persen ke 93,86.

Penguatan nilai tukar rupiah di hadapan dolar AS itu paling besar di Asia lantaran dolar AS tertekan hasil inflasi yang melanjutkan laju kenaikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mengutip data Bloomberg, Kamis, mata uang lainnya di Asia seperti dolar Singapura menguat 0,31 persen ke SG$1,3 per dolar AS. Kemudian, won Korea Selatan menguat 0,57 persen ke 1.186 won per dolar AS.

Sementara itu, nilai tukar rupee India juga menguat 0,14 persen ke 75,26 rupee per dolar AS, dan dolar Hong Kong menguat tipis 0,01 persen ke HK$7,77 per dolar AS.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: BUMN Pelindo Resmi Merger, Ini Harapan Presiden Jokowi

Menurut Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, dolar AS jatuh dari level tertinggi satu tahun pada Rabu karena imbal hasil treasury 10 tahun turun setelah data inflasi AS menunjukkan kelanjutan kenaikan harga.

Imbal Hasil Lebih Lama

Sementara itu, risalah dari pertemuan Federal Reserve pada September juga mengkonfirmasi tapering akan dimulai segera. Indeks harga konsumen AS naik 0,4 persen bulan lalu versus kenaikan 0,3 persen yang diantisipasi oleh para ekonom.

Tahun ke tahun, CPI meningkat 5,4 persen atau naik dari 5,3 persen pada Agustus. Selanjutnya, imbal hasil pada treasury jangka pendek, yang biasanya bergerak seiring dengan ekspektasi suku bunga, meningkat setelah laporan tersebut, sementara imbal hasil yang lebih lama untuk jangka 10 tahun turun.

“Ini menunjukkan pasar masih belum menetapkan harga dalam periode inflasi yang berkelanjutan. Kesenjangan antara catatan treasury dua tahun dan 10 tahun ditutup ke level tersempit dalam dua pekan setelah melebar ke level tertinggi dalam tiga bulan,” tulis Ibrahim dalam riset harian.

Baca juga: Capai Rp13 Triliun Per Hari, Frekuensi Transaksi BEI Tertinggi di ASEAN

Lonjakan harga energi telah menambah kekhawatiran inflasi dan memicu taruhan bahwa Fed mungkin perlu bertindak lebih cepat untuk menormalkan kebijakan daripada yang diproyeksikan sebelumnya.

Risalah dari pertemuan kebijakan The Fed pada September juga mengisyaratkan bahwa para gubernur bank sentral dapat mulai mengurangi stimulus pada pertengahan November, meskipun masih ada ancaman dari inflasi tinggi.

Dari sisi internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2021 yang sebentar lagi akan dirilis diperkirakan akan tumbuh sekitar 3,5 sampai 4,5 persen year on year (yoy).

“Walaupun turun dari kuartal kedua 2021 sebesar 7,07 persen, pemerintah masih optimistis bahwa perekonomian akan kembali bangkit,” urai Ibrahim.

Ibrahim memprediksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.080 – Rp14.130 per dolar AS pada perdagangan besok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya