SOLOPOS.COM - Ilustrasi dokter (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Lo Siauw Ging atau Dokter Lo tidak menampik kebanyakan dokter sekarang mata duitan. Dia juga enggan menyebut telah terjadi komersialisasi profesi tersebut. Dokter keturunan etnis Tionghoa ini secara hati-hati menyebut dedikasi. Keberpihakan pribadi masing-masing dokter kepada sisi kemanusiaan.

Dokter Lo kemudian memberikan gambaran. Ketika dia menempuh pendidikan dokter di Universitas Airlangga hingga lulus pada tahun 1962, tidak serupiah pun dia mengeluarkan uang untuk biaya pendidikan itu. Semua ditanggung Pemerintah. Setelah lulus dia langsung mendapat gaji dari Pemerintah untuk mengabdikan ilmunya pada masyarakat. Karena itulah dia merasa harus tahu diri dan berbalas budi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Zaman Pemerintahan Bung Karno, sekolah dokter digratiskan dan selanjutnya langsung diterjunkan untuk mengabdi pada rakyat. Pemerintahan saat itu paling memikirkan hal ini [kesehatan rakyat]. Saya tidak mau memberati pasien dengan biaya mahal karena saya mendapatkan ilmu ini juga dengan cuma-cuma dan difasilitasi negara. Kalau sekarang sekolah dokter biayanya sangat tinggi. Belum lagi untuk menempuh pendidikan spesialis, lebih tinggi lagi biayanya. Mungkin saja dokter lulusan sekarang ya berpikir untuk setidaknya mengembalikan modalnya ketika menempuh pendidikan,” kata dia.

Kritik Dokter Lo selanjutnya adalah tentang pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter Lo sama sekali tidak setuju dengan kebanyakan rumah sakit saat ini yang mewajibkan pasien harus membayar uang muka sebelum dirawat. Sistem itu dianggapnya sangat memberatkan, terutama bagi pasien kalangan bawah dan pasien darurat karena terkena musibah mendadak.

Dokter Lo pernah dipercaya menjadi direktur RS Kasih Ibu, Solo, dari tahun 1981 hingga 2004. Saat dia menjabat direktur itulah dia menerapkan aturan agar rumah sakit yang dikelolanya tidak memungut uang muka bagi pasien rawat inap. Ketika itu, kata dia, RS Kasih Ibu banyak menerima pasien yang telah ditolak oleh banyak rumah sakit karena tidak mampu membayar uang muka perawatan atau hanya karena sekadar tidak mampu menunjukkan KTP.

“Padahal seharusnya, orang-orang yang tidak mampu membayar uang muka dan tidak bisa mencari KTP. Inilah yang pertama-pertama harus mendapatkan prioritas perawatan. Orang yang tidak bisa mengurus KTP pastilah orang yang hidupnya susah. Belum lagi pasien korban kecelakaan. Bagaimana mungkin orang yang terkena musibah mendadak di jalanan dan pasti tidak membawa uang cukup ini harus membayar uang muka. Padahal dia harus mendapatkan perawatan intensif karena musibah itu. Nilai kemanusiaan inilah yang harus dikedepankan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya