SOLOPOS.COM - Tumpukan sampah di TPA Putri Cempo sedang dikeruk untuk dirapikan, nantinya TPA Putri Cempo akan mengimpor sampah dari daerah di luar Kota Solo untuk operasional PLTSa Putri Cempo (Kamis, 13/5/2022) (Solopos.com/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO — Muncul wacana mengimpor sampah dari luar Kota Solo, namun Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Solo tetap mempertimbangkan kuantitas sampah.

Menurut Kepala Bidang Pengelolaan Sampah & Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Solo Arthaty Mulatsih, sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Putri Cempo harus habis diolah dan tidak boleh tersisa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut dia, secara detail mengenai hal itu belum dibahas. Tapi tentunya memang perlu beberapa pertimbangan, karena jumlah sampah yang masuk juga terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan bahan baku PLTSa.

“Jadi bukan berarti memasukkan sampah sebanyak-banyaknya. Setelah tumpukan sampah di TPA habis, tidak akan terjadi lagi tumpukan sampah dari luar di TPA karena sampah yang masuk, langsung diolah ke PLTSa,” ujar Arthy, Jumat (13/5/2022).

Lebih lanjut, menurut Arthy, perlu pembahasan secara mendalam. Sehingga sejauh ini masih terus dibahas mengenai kerjasama dengan daerah lain.

Baca juga: Keracunan Massal di Pucangsawit Solo, Sampel Sambal Diuji Laboratorium

“Untuk bentuk kerjasamanya sampai saat ini belum kami detailkan. Kami fokus dulu untuk persiapan operasional PLTSa. Nanti secara bertahap akan kami diskusikan dengan wilayah sekitar,” ujarnya.

Operator Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau PLTSa Putri Cempo, PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP), mengganti salah satu bagian teknologi pengolahan sampah dari yang semula wet pirolisis menjadi bio-drying.

Keduanya sama-sama mengubah sampah padat perkotaan menjadi biochar, bahan padat kaya karbon yang menjadi bahan bakar pembangkit listrik. Direktur PT SCMPP, Elan Syuherlan, mengatakan perubahan teknologi merupakan dampak dari mesin gasifier yang digunakan.

“Mesin prototipe yang kami gunakan [yang sudah bisa menghasilkan listrik] pakai gasifier dari Jerman yang membutuhkan lebih banyak kalori untuk menghasilkan listrik. Sekarang ini tidak perlu kalori tinggi karena pakai bio-drying, lebih cepat, lebih murah, dan lebih mudah, didatangkan dari India,” katanya.

Baca juga: Ini Kronologi Kecelakaan Maut di Karangpandan Versi Keluarga Suratno

Elan mengatakan proses pengolahan sampah di PLTSa Putri Cempo Solo dimulai dengan memilah sampah dari material yang tak dapat diproses seperti kaca, logam, dan beton. Satu unit mesin bisa menghasilkan 40 ton sampah jadi dari sampah mentah 160 ton.

Sampah yang belum diolah itu masuk mesin tromol yang bisa memilah sampah organik, plastik, dan sebagainya. Tromol memutar sampah, yang nantinya membuang material kecil dan sampah yang tak bisa diolah.

“Yang diperlukan hanya yang organik dan plastik saja, kalau masyarakat bisa memilah dari awal akan lebih baik,” jelas Elan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya