SOLOPOS.COM - Arca di Sendang Dangkrong, Nglano, Pandeyan, Tasikmadu, Karanganyar, Rabu (01/12/2021). (Solopos.com/Syifa Tri Hastuti)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sendang Dangkrong di Dusun Nglano, Desa Pandeyan, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar merupakan Petilasan Jaga Suto Lan Jaga Suworo. Di lokasi ini pengunjung wajib menjaga percakapan, menjaga pendengaran, dan menjaga perbuatan dari hal-hal negatif.

Sendang yang kerap jadi jujukan orang yang sedang mempunyai hajat ini memiliki sejarahnya sendiri. Namun, yang beredar di masyarakat ada beberapa versi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Sepengetahuan kami, dulu itu ada yang mengatakan bahwa keberadaan sendang itu ada kisah dari cerita Eyang Sondong dan Eyang Koro di Sondokoro,” ujar penjaga Sendang Dangkrong, Budi Raharjo, saat ditemui Solopos.com, di rumahnya di Dusun Nglano, RT 06/RW 02, Pandeyan, Rabu (01/12/2021).

Menurut veris cerita tersebut, lanjut Budi, dua kakak beradik seperguruan itu memperebutkan satu wanita. Akibatnya, keduanya saling bersaing dan bermusuhan hingga terjadi perkelahian hebat. Pertempuran kedua orang sakti itu berlangsung 40 hari 40 malam. Dampak dari pertempuran itu, terbentuklah Sendang Dangkrong.

Baca Juga: Misteri Sendang Dangkrong Tasikmadu yang Jadi Jujukan Orang Punya Hajat

Karena sama-sama sakti, tidak ada yang kalah maupun menang dalam pertempuran itu. Eyang Sondong dan Eyang Koro sama-sama mati. “Tidak ada yang kalah sehingga mati semua, lalu dimakamkan di Sondokoro atau di lokasi pabrik [Pabrik Gula Tasikmadu] ,” kata Budi.

Sejarah versi lainnya, kata dia, terkait kisah seorang petapa pada zaman Mataram Hindu. Ia adalah orang sakti yang menyembah gunung. Nama ajarannya adalah Yamabusi. “Dia seorang petapa dari Jepang,” kata Budi.

Sendang dangkrong
Sendang Dangkrong, Nglano, Pandeyan, Tasikmadu, Karanganyar, Rabu (01/12/2021). (Solopos.com/Syifa Tri Hastuti)

Karena menyembah gunung, si petapa mencoba masuk ke wilayah Nglano karena ada Gunung Lawu. Si petapa itu sempat bertapa di Dusun Nglano lalu terbentuklah Sendang Dangkrong.

Baca Juga: Tradisi Mondisio Juga Digelar di Candi Cetho, Berlangsung Lebih Khidmat

“Dulu lubang sendang itu pernah kering dan ada terowongan di dalamnya. Jadi kenapa itu dinamakan Sendang Dangkrong karena ada terowongan. Jadi ada beberapa versi sejarah dari sendang ini,” ucapnya.

Kini, Sendang Dangkrong kerap menjadi tempat warga menggelar bancakan sebagai wujud syukur atas nikmat yang mereka terima. “Namanya itu bersih desa setahun satu kali di sendang pada Jumat Pon antara April atau Mei berbarengan dengan perayaan Cembeng Pabrik Gula Tasikmadu,” kata Budi.

Tak ada pantangan atau syarat tertentu untuk masuk kompleks Sendang Dangkrong. “Siapa saja boleh masuk tidak ada syarat khusus. Cuma kalau di lokasi itu istilahnya yang namanya wong Jawa itu kulanuwun atau santun ramah tamah, jangan sampai di lokasi itu berbuat aneh-aneh,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya