SOLOPOS.COM - Pengunjung car free sunday (CFS) Wonogiri tampak memadati area dekat Alun-alun Giri Krida Bakti, Kabupaten Wonogiri, Minggu (17/7/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Solopos.com, WONOGIRI — Dinas Perhubungan (Dishub) Wonogiri belum menerima informasi ihwal pengaturan sirkulasi pengunjung car free sunday (CFS) Wonogiri berdasarkan usulan paguyuban pedagang. Nantinya, Dishub tetap akan mencermati dan mengkaji usulan pengaturan sirkulasi pengunjung itu terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan lebih lanjut.

Sebagaimana diketahui, Paguyuban Pedagang CFS Wonogiri berencana membagi lokasi keramaian pengunjung ke seluruh zona pedagang. Setiap pengunjung dari arah barat mesti memutari bundaran patung Ir. Soekarno sebelum menuju ke area timur. Begitu pula dari arah sebaliknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Atas rencana itu, Paguyuban Pedagang CFS Wonogiri akan berkoordinasi lebih lanjut dengan Dishub Wonogiri guna menambah pemasangan sejumlah pembatas jalan sementara.

“Perkara bentuknya [pengaturan sirkulasi] apa? Sampai saat ini kami belum berkomunikasi. Tapi yang harus diingat itu rohnya [tujuan awal] CFS Wonogiri diadakan untuk apa? Jangan sampai inovasi yang ada justru membatasi gerak masyarakat,” kata Kepala Dishub Wonogiri, Waluyo saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (20/7/2022).

Berdasar perubahan konsep CFS Wonogiri, terdapat zona tambahan untuk olahraga dan kreativitas. Meski konsep itu telah diterapkan pada CFS Wonogiri, Minggu (17/7/2022), kedua zona yang berlokasi di Alun-alun Giri Krida Bakti tersebut terpantau belum dimanfaatkan sebagaimana fungsinya. Sehingga dinilai masih perlu dilakukan sosialisasi ke pengunjung/warga tentang zona tambahan itu.

Baca Juga: 85 dari 481 Pedagang Absen Pada Minggu Ketiga CFS Wonogiri, Kenapa?

Waluyo mengatakan, gelaran CFS Wonogiri semula merupakan hari tanpa kendaraan dan dalam rangka menekan emisi. Caranya, menciptakan satu ruang di jalan umum yang dibebaskan dari asap kendaraan. Hal itu mewajibkan dilakukannya rekayasa lalu lintas.

“Kemudian muncul banyak pedagang, itu menjadi dampak pelaksanaan CFS saja. Yang perlu diingat, CFS itu memberi keleluasaan pada masyarakat dengan berkreasi, beraktivitas di situ. Makanya sampai mengembang ke alun-alun itu untuk akses olahraga dan kreativitas. Saya yakin step by step pengembangan itu akan berjalan,” ucapnya.

Ketua Paguyuban Pedagang CFS Wonogiri, Aswin Asmoro Ady, mengaku akan menyiapkan surat perencanaan usulan pengaturan sirkulasi ke Dishub Wonogiri. Rencana pengaturan sirkulasi itu menyusul relokasi 34 pedagang di zona enam atau trotoar alun-alun yang kini harus steril karena menjadi zona olahraga. Puluhan pedagang itu direlokasi ke zona lima atau di area timur dan utara bundaran patung Ir. Sukarno.

Sebagai upaya mempertahankan dan meningkatkan hasil perdagangan di CFS Wonogiri, Aswin, mengatakan akan mendata jumlah pedagang secepat mungkin sebelum dilakukan promosi melalui media sosial.

Baca Juga: Dampak Zonasi CFS Wonogiri, 2 Pedagang Sempat Ngeyel saat Direlokasi

“Kami mengunggah daftar pedagangnya. Sehingga pengunjung yang perlu sesuatu langsung menuju lokasi yang dituju, tidak sekadar jalan-jalan. Kalau ada yang sekadar jalan-jalan juga tidak masalah,” terangnya.

Upaya berikutnya, ia bakal mengarahkan pengunjung dan membagi lokasi keramaian ke seluruh zona pedagang.

“Misalnya, setiap pengunjung CFS dari arah barat mesti memutari bundaran patung Ir. Soekarno sebelum menuju ke area timur. Begitu pula dari arah sebaliknya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya